Rabu, 28 April 2010

Sidaguri Pembabat Asam Urat

Sidaguri Pembabat Asam Urat
Kecocokan tiap orang terhadap obat yang digunakan berbeda satu dengan yang lainya

Penyakit asam urat atau sering disebut gout, merupakan gangguan pada sendi yang terjadi akibat penumpukan kristal urat. Asam urat lazim diproduksi oleh tubuh, tetapi jika produksinya berlebih dan sistem pembuangannya tidak lancar menyebabkan pembentukan kristal urat pada sendi.

Nilai normal kadar asam urat dalam darah untuk pria dewasa berkisar 3,5—7,2 mg/dl, sedangkan pada wanita antara 2,6—6,0 mg/dl. Pada orang tua, nilai normalnya sedikit lebih tinggi. Dari banyak kasus, yang lebih berpeluang terserang asam urat adalah para pria, sedangkan pada wanita presentasinya kecil dan biasanya baru muncul setelah menopause (berhenti haid). Hal tersebut dikarenakan kaum hawa menghasilkan hormon estrogen yang ikut membantu pembuangan asam urat lewat urin.

Mengandung Alkaloid
Penawar asam urat cukup banyak macamnya. Mulai dari obat kimia sampai dengan tanaman herbal. Menurut Ir. Nunuk M. Januwati. MS. APU, peneliti utama Balai Penelitian Tanaman Rempah dan Obat, Bogor, terdapat beberapa jenis herbal yang memiliki kemampuan sama untuk mengatasi asam urat. Di antaranya, sidaguri, daun salam, sambiloto, kecubung, dan buah sirsak.

Tiap tanaman herbal, menurut Nunuk, memiliki kandungan berkhasiat yang berbeda. Tidak semua tubuh penderita asam urat memberikan respon positif terhadap kandungan dari suatu herbal. Seseorang dikatakan cocok atau tidak terhadap suatu produk obat, secara empiris dapat terlihat dari gejala yang timbul. Jika merasa mual, pusing, atau jantung berdebar setelah minum suatu obat, maka dipastikan tubuhnya merespon negatif alias tidak cocok.

Salah satu tumbuhan yang cukup baik mengatasi asam urat adalah sidaguri. Tumbuhan yang statusnya masih dianggap sebagai gulma (pengganggu) ini biasa hidup di bawah tegakan, pekarangan, tepi jalan, hutan atau ladang.

Sidaguri termasuk tumbuhan tropis yang bisa hidup pada ketinggian 10-1.400 m di atas permukaan laut. Hidup pada habitat terbuka maupun di bawah naungan (30—40%). Tumbuhan semak berkayu ini mempunyai daun bulat telur bergerigi, kecil-kecil, dengan bunga tunggal berwarna kuning.

Menurut Nunuk, sidaguri mengandung alkaloid, kalsium oksalat, asam amino, saponin dan fenol. Tanaman bernama ilmiah Sida rhombifolia ini rasanya agak pahit karena mengandung tanin. Selain itu sidaguri juga mengandung minyak asiri sama seperti yang dikandung jahe sehingga memiliki aroma yang khas. Namun kadarnya lebih rendah. “Semua senyawa tersebut utamanya terdapat pada akar dan batang, tapi di daunnya juga ada,” terang peneliti yang telah bergabung di Balittro sejak 1982 tersebut

Cara kerja alkaloid, imbuh Nunuk, adalah menghambat terbentuknya enzim oksidase yang menyebabkan penyakit sendi, termasuk asam urat. Sidaguri juga berkhasiat untuk pencegah radang, asma, flu, demam, hipertensi, peluruh kencing, dan penghilang nyeri. Khusus untuk asam urat yang tinggi, wanita asli Blitar itu menyarankan dosis penggunaan sidaguri sebagai berikut. Ambil segenggam atau sekitar 60 gram sidaguri (akar dan batang), rebus dengan 600 cc air sampai tersisa 300 cc. Selanjutnya rebusan disaring dan diminum 2—3 kali sehari

Selain itu sidaguri juga digunakan untuk pemakaian luar guna mengatasi keluhan seperti kudis, bisul, luka berdarah, sakit gigi dan digigit seranggga. Penggunannya dengan cara mengambil segenggam sidaguri segar, lalu dihaluskan dan dibalurkan pada bagian yang sakit. “Reaksinya cukup cepat,” ucap Nunuk. Anda tertarik mencobanya?

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

GHOSHOB

  Jika di pesantren, istilah ini sudah sangat familiar. Hanya saja pengertian dan prakteknya sesungguhnya ada perbedaan dari makna ghoshob s...