Minggu, 02 Mei 2010

Yudas Bukan Penghianat (1/4)



Menyambut "perayaan umat kristiani" pada tanggal 14 April mendatang, berikut ini kami kutipkan Kupasan/Kajian yang bersumber dari situs saudara kembar kami http://www.al-islahonline.com/ yang akan menyajikan 4 (empat) bahasan tentang kisah penyaliban yang oleh umat kristiani diyakini sebagai penyaliban Yesus Kristus sedangkan oleh umat Islam diyakini sebagai penyaliban salah seorang hawariyyin yang diserupakan dengan nabi Isa as.

Bagian Pertama, mengupas tentang Yudas Iskariot yang oleh umat Kristiani diyakini sebagai pengkhianat, ternyata setelah diadakan rekontruksi dan penelusuran teks-teks Injil yang dimiliki oleh umat Kristen, diperoleh hasil bahwa Yudas Iskariot bukanlah seorang pengkhianat tetapi justru merupakan salah seorang hawariyyin yang bersedia diserupakan dengan nabi Isa u dan dijanjikan akan bersama-sama di dalam sorga kelak.

Bagian Kedua, mengupas tentang Petrus –salah seorang hawariyyin- yang di dalam Injil dinyatakan pernah menjadi seorang pengecut karena tidak mengakui gurunya Yesus Kristus, ternyata hal itu sama sekali tidak benar karena memang orang yang disangkal bukanlah Yesus tetapi Yudas Iskariot.

Bagian Ketiga, menyajikan sebuah rekontruksi tentang misteri penyaliban yang ternyata Yudas Iskariotlah yang dibunuh dan disalib, yang dengan sukarela menggantikan posisi Yesus untuk ditangkap.

Bagian Keempat, mengkaji apa yang oleh umat Kristiani disebut sebagai kebangkitan Yesus Kristus, ternyata dari penelusuran teks-teks Injil, ayat-ayat yang menampilkan tentang kebangkitan Yesus Kristus, penuh dengan kejanggalan-kejanggalan.

Kajian ini penting, karena selama ini -dalam diskusi-diskusi lintas agama-, Islam seringkali dikatakan hanya bisa menyatakan tetapi tidak bisa membuktikan, salah satunya adalah Islam dikatakan hanya bisa menyatakan ‘nabi Isa as tidak dibunuh dan tidak pula disalib’ tetapi tidak bisa membuktikannya. Semoga kajian berikut ini dan tiga edisi mendatang dapat memberikan jawaban bahwa yang dibunuh dan disalib adalah seseorang yang diserupakan dengan nabi Isa as.

Tuduhan Pengkhianat

Bagi umat Kristiani, Yudas adalah manusia terhina yang pernah terlahir ke dunia ini, pasalnya, Yudas yang merupakan salah seorang murid Yesus, telah mengkhianati Yesus hanya demi tiga puluh uang perak, konon dengan imbalan uang tersebut Yudas harus memberitahukan persembunyian Yesus dan harus menunjukkan orang yang bernama Yesus (mustahil bila orang-orang Yahudi tidak tahu Yesus).

Sebenarnya, pengkhianatan yang dituduhkan kepada Yudas, merupakan tuduhan yang tidak berperikemanusiaan dan tidak pula berperikeadilan, menurut bahasa hukum harus didahulukan praduga tidak bersalah, mungkinkah Yudas mengkhianati Yesus hanya demi tiga puluh uang perak, apalagi Yesus sendiri tidak pernah mengatakan Yudas muridnya adalah seorang pengkhianat, bahkan bila mau jeli dalam mengkaji ayat-ayat Bible, justru banyak ayat yang secara implisit –tersamar- Yudas adalah orang yang paling mulia.

Ayat-ayat yang menyatakan Yudas sebagai pengkhianat hanyalah kata-kata para penulis injil yang oleh orang-orang Kristen diyakini sebagai ilham dari Roh Kudus, perlu diketahui, bahwa para penulis Injil tidak seorangpun yang menulis Injil-nya dalam bahasa Aram yaitu bahasa sehari-hari Yesus dan para muridnya, tetapi mereka menulis Injilnya dalam bahasa Yunani. Dari sini sudah dapat dibuktikan bahwa para penulis Injil bukanlah murid-murid Yesus dan saksi dari peristiwa sesungguhnya.

AL-Qur’an Tentang Hawariyyin

Berbeda dengan keyakinan umat Kristiani yang memberikan predikat manusia terhina dan pengkhianat kepada Yudas, al-Qur’an menyatakan lain, bahwa para hawariyyin adalah orang-orang sholeh, taat dan setia, tidak satu ayatpun yang menyatakan baik eksplisit maupun implisit –gamblang maupun tersamar- salah seorang hawariyyin telah menjadi pengkhianat.

Kita kutip salah satu ayat yang menyatakan bahwa para hawariyyin adalah orang-orang yang sholeh, taat dan setia :

Dan (ingatlah), ketika Aku ilhamkan kepada pengikut 'Isa yang setia : "Berimanlah kamu kepada-Ku dan kepada rasul-Ku". Mereka menjawab:"Kami telah beriman dan saksikanlah (wahai rasul) bahwa sesungguhnya kami adalah orang-orang yang patuh (kepada seruanmu)".
QS. 5:111

Kesetiaan merekapun telah teruji, ketika nabi Isa mulai mencium keingkaran dan niat orang-orang Yahudi untuk membunuhnya, maka beliau menawarkan kepada ke-12 muridnya

“siapakah di antara kalian yang bersedia diserupakan dengan aku, lalu dibunuh untuk menggantikan aku, maka ia akan menjadi temanku di sorga”

Maka tampillah salah seorang hawariyyin yang paling muda umurnya di antara mereka sebagai tanda kesediaannya, namun nabi Isa berkata :

“Duduklah”

Kemudian nabi Isa as mengulang lagi pertanyaan serupa, namun pemuda tersebut kembali berdiri sebagai tanda kesediannya, nabi Isa as pun menolaknya untuk kedua kalinya :

“Duduklah”

Kemudian nabi Isa as mengulang lagi pertanyaannya yang ketiga kalinya, dan pemuda itupun kembali berdiri menyatakan kesediannya, barulah nabi Isa as menerima dengan rasa haru atas keteguhan iman pemuda tersebut :

“Engkaulah orang itu”

Beberapa hari berikutnya, ketika orang-orang Yahudi telah berhasil mengepung nabi Isa as, maka pemuda tersebut berubah menyerupai nabi Isa, akhirnya ia ditangkap oleh orang-orang Yahudi dan nabi Isa as selamat yang akhirnya terangkat ke langit –Diriwayatkan oleh Abi Hatim dari Ibnu Abbas, tafsir Ibnu Katsir QS. 5:157- dan akan turun kelak menjelang hari kiamat untuk menghakimi orang-orang Yahudi/Israel.

Dari kisah tersebut, sangat nyata bahwa orang yang disalib bukanlah nabi Isa as dan bukan seorang pengkhianat, melainkan seseorang yang rela mati karena keteguhan iman dan kesetiaannya kepada nabi Isa as .

Namun, pemahaman tersebut tentulah tidak serta merta dapat diberikan kepada orang-orang Kristen, karena mereka tidak mempercayai al-Qur’an dan al-Hadits, untuk itu adalah adil dan obyektif bila mereka diberikan bukti dari kitab yang mereka imani yaitu Bible.

Dengan kajian yang cermat, banyak sekali ayat-ayat Bible yang secara implisit –tersamar- mengisyaratkan Yudas Iskariot adalah murid Yesus yang paling muda dan terbesar dari antara murid-murid yang lain, dan secara implisit pula, Yudas Iskariot bukanlah seorang pengkhianat tetapi seorang yang mulia.

Bukti-Bukti Dari Bible

Ada banyak bukti dari Bible yang mendukung pernyataan al-Qur’an dan al-Hadits yang menyatakan Yudas bukanlah pengkhianat :

Bukti pertama, Ketika Yesus duduk semeja dengan ke-12 muridnya, Yesus berkata :

Tetapi, lihat, tangan orang yang menyerahkan Aku, ada bersama dengan Aku di meja ini. Lukas 22:21

Ayat tersebut ditafsirkan oleh umat Kristiani sebagai pemberitahuan Yesus bahwa ada salah seorang murid yang mengkhianatinya. Namun setelah pemberitahuan tersebut, ke-12 murid Yesus ribut mempersoalkan siapa orang yang dimaksud Yesus, mereka tidak mempersoalkan seorang pengkhianat tetapi seorang yang mulia.

Terjadilah juga pertengkaran di antara murid-murid Yesus, siapakah yang dapat dianggap terbesar di antara mereka. Lukas 22:24

Menanggapi siapa orang yang dipersoalkan oleh murid-muridnya, Yesus menjawab :

…melainkan yang terbesar di antara kamu hendaklah menjadi sebagai yang paling muda dan pemimpin sebagai pelayan. Lukas 22:26

Adalah mustahil frase “menyerahkan aku” dalam Lukas 22:21 bila ditafsirkan sebagai orang yang mengkhianati Yesus, karena para murid Yesus langsung merespon informasi Yesus tersebut dengan mempersoalkan siapa orang yang terbesar yang dimaksudkan oleh Yesus, mereka sama sekali tidak merespon informasi Yesus tersebut sebagai seorang pengkhianat. Jadi Lukas 22:21 adalah pemberitahuan Yesus akan adanya seseorang yang terangkat derajatnya menjadi yang terbesar/termulia dari antara mereka sendiri. Para penafsir Kristen tentu tidak menyangkal bila orang yang dimaksud dalam Lukas 22:21 adalah Yudas Iskariot, jadi dengan kajian yang cermat, ternyata Yudas Iskariot adalah orang yang terbesar/termulia dari antara murid-murid Yesus, mengapa bisa demikian ?, karena dia rela menggantikan Yesus untuk ditangkap. Tafsiran seperti tersebut di atas ternyata sejalan dengan ayat lainnya :

Setelah Yesus berkata demikian Ia sangat terharu, lalu bersaksi: "Aku berkata kepadamu, sesungguhnya seo-rang di antara kamu akan menyerahkan Aku. Injil Yohanes 13:21

Kalimat Ia sangat terharu menunjukkan bahwa orang yang dimaksud menyerahkan aku pastilah bukan seorang pengkhianat, tetapi sebagai seorang yang sangat dicintainya yang rela berkorban demi keselamatan diri Yesus sehingga Yesus terangkat ke langit. Karena keterharuan tidak mungkin terjadi kepada seseorang yang mengkhianatinya.

Siapakah yang mendapatkan derajat yang sama dengan Yesus, dialah yang termuda, dialah yang terbesar, dialah yang rela diserupakan dengan Yesus, dialah yang membuat Yesus terharu, dialah Yudas Iskariot salah seorang murid Yesus, dia bukan pengkhianat, demikianlah al-Qur’an dan al-Hadits mengisahkan, demikian pula Bible secara Implisit berkisah.

Bukti kedua, Ketika Yesus berada di taman Getsemani sedang bercakap-cakap dengan ke-11 muridnya, datanglah sepasukan musuh dengan membawa pentung, senjata dan lentera bersama Yudas untuk menangkap Yesus, lalu Yudas berkata kepada mereka –pasukan- untuk menunjukkan orang yang disebut Yesus :

"Orang yang akan kucium, itulah Dia, tangkaplah Dia." Injil Matius 26:48

Cara Yudas mengindentifikasi Yesus dengan menciumnya, secara psikologis adalah mustahil dilakukan oleh seorang pengkhianat kepada orang yang dikhianatinya, kalau memang benar Yudas berkhianat kepada gurunya, maka cara yang paling mungkin secara psikologis adalah cukup hanya menunjuk dengan jari telunjuknya dari kejauhan dan mengatakan :

“Itulah Yesus, orang yang akan kalian tangkap”

Dengan cara tersebut, tentulah akan membebaskan dia dari tekanan psikologis yang datangnya dari Yesus dan ke-11 murid yang lainnya, dan tentu imbalan tiga puluh uang perak merupakan imbalan yang sangat tidak sebanding dengan beban psikologis yang akan dia terima bila ia mengindentifikasi Yesus dengan sebuah ciuman.

Lalu apa maksud Yudas mencium Yesus ?, karena dia sudah berjanji kepada Yesus untuk diserupakan dengan Yesus, saat itulah saat di mana dia akan memenuhi janjinya, yang berarti dia akan berpisah dengan gurunya karena dia akan segera ditangkap dan Yesus-gurunya akan terangkat ke langit. Dan ciuman kepada gurunya bisa jadi dia maksudkan untuk mendapatkan kekuatan moril dari Yesus agar dia tetap teguh menghadapi penangkapan dirinya dengan resiko dibunuh. Makanya Yesus terharu ketika menyampaikan kepada ke-12 muridnya bahwa ada seseorang yang akan menyerahkan dirinya dari antara ke-12 murid-nya –Yohanes 13:21-, ternyata kata menyerahkan dirinya bukanlah berarti mengkhianatinya tetapi menjadikan Yesus terangkat ke langit dalam keadaan selamat dan hidup.

Menafsirkan ciuman Yudas sebagai indentifikasi Yesus agar para pasukan tidak salah tangkap adalah tafsiran yang tidak memperhatikan kata-kata Yesus sendiri :

Pada saat itu Yesus berkata kepada orang banyak: "Sangkamu aku ini penyamun, maka kamu datang lengkap dengan pedang dan pentung untuk menangkap aku? Padahal tiap-tiap hari aku duduk mengajar di Bait Allah, dan kamu tidak menangkap Aku. Injil Matius 26:55

Dari ayat tersebut sudah jelas, bahwa orang-orang yang akan menangkap Yesus sudah mengenal siapa dan bagaimana rupa Yesus, karena mereka sudah sering melihat Yesus mengajar di bait Allah dan berdakwah secara terang-terangan, apalagi Yesus adalah tokoh yang sangat kontroversial bahkan sentral pada saat itu, banyak mukjizat yang telah ia berikan kepada orang-orang Yahudi tetapi sebagian besar mengingkarinya dan membencinya, adalah mustahil bila mereka tidak mengenal Yesus dan rupa wajahnya, adalah aneh bila ciuman Yudas diartikan untuk mengindentifikasi Yesus. Mari kita kutip kisah lain yang lebih menarik.

Kisah ini sama dengan kisah sebelumnya, yaitu terjadi di taman Getsemani jum’at malam, namun di tulis oleh penulis Injil yang lain yaitu Yohanes :

1. Maka datanglah Yudas juga ke situ dengan sepasukan prajurit dan penjaga-penjaga Bait Allah yang disuruh oleh imam-imam kepala dan orang-orang Farisi lengkap dengan lentera, suluh dan senjata.

2. Maka Yesus, yang tahu semua yang akan menimpa diri-Nya, maju ke depan dan berkata kepada mereka: "Siapakah yang kamu cari?"

3. Jawab mereka: ‘Yesus dari Nazaret’ Kata-Nya kepada mereka: ‘Akulah Dia’ Yudas yang mengkhianati Dia berdiri juga di situ bersama-sama mereka.

4. Ketika Ia berkata kepada mereka: "Akulah Dia," mundurlah mereka dan jatuh ke tanah.

5. Maka Ia bertanya pula: "Siapakah yang kamu cari?" Kata mereka: "Yesus dari Nazaret."

6. Jawab Yesus: "Telah Kukatakan kepadamu, Akulah Dia. Jika Aku yang kamu cari, biarkanlah mereka ini pergi."
Injil Yohanes 18:3-8

Bila diamati dengan jeli fragmen no 2-3, bagaimana mungkin bisa terjadi dialog :

Yesus : siapakah yang kamu cari
Pasukan : Yesus dari Nazaret
Yesus : Akulah dia

Dialog tersebut menunjukkan keragu-raguan pasukan akan diri Yesus yang sesungguhnya, bagaimana mungkin para pasukan dalam keraguan bila ciuman Yudas kepada Yesus diartikan sebagai ciuman pengkhianatan untuk indentifikasi Yesus ?, pasti ciuman Yudas bukanlah untuk mengkhianati, tetapi ciuman perpisahan dan untuk mendapatkan kekuatan moril dari Yesus. Pada fragmen ke 4 terjawablah misteri tersebut, yaitu ketika Yesus menjawab ‘Akulah dia’ para pasukan mundur dan terjatuh ke tanah, mengapa terjadi demikian ? inilah rencana Allah SWT, mereka dibuat terjatuh oleh Allah SWT agar mereka tidak menyaksikan penyerupaan Yudas kepada Yesus, dan sesaat setalah itu, Yudas yang telah serupa dengan Yesus berkata ’Telah Kukatakan kepadamu, Aku-lah Dia. Jika Aku yang kamu cari, biarkanlah mereka ini pergi’, maka pasukan itupun menangkap Yudas yang telah diserupakan dengan Yesus. Wallahu a’lam. Bersambung ke Bagian 2/4 (al-islahonline.com)

Petrus Bukan Pengecut (2/4)



Pada artikel sebelumnya dengan judul ‘Yudas Bukan Pengkhianat’ telah kita kutip teks-teks Al-Qur’an yang menyatakan bahwa secara umum murid-murid nabi Isa as -Hawariyyin- adalah orang-orang yang beriman, taat dan setia kepada nabi Isa as, dan dari sebuah Hadits yang kita kutip menunjukkan bahwa orang yang kemudian ditangkap dan disalib adalah salah seorang murid nabi Isa as yang dengan kerelaannya bersedia untuk diserupakan dengan nabi Isa as, sehingga dari al-Qur’an dan al-Hadits kita memperoleh kesimpulan bahwa orang yang dibunuh dan disalib bukanlah nabi Isa as dan bukan pula seorang pengkhianat. Dan dari penelusuran teks-teks Bible sendiri, yaitu sebuah kitab yang diimani oleh umat Kristiani yang meyakini bahwa Yudas adalah seorang pengkhianat, ternyata banyak ayat yang secara implisit –tersamar– menyatakan bahwa Yudas Iskariot bukanlah seorang pengkhianat, namun seorang yang disebut Yesus sebagai seorang yang terbesar/termulia dari antara ke-12 murid-muridnya, dan secara implisit pula kita dapatkan dari Bible bahwa kemudian Yudas diserupakan dengan Yesus ketika orang-orang yang akan menangkap Yesus terjatuh ke tanah, sehingga tidak menyaksikan proses penyerupaan Yudas ke Yesus. Sehingga mereka menyangka bahwa orang yang mereka tangkap adalah Yesus Kristus, padahal sesungguhnya adalah Yudas Iskariot yang telah diserupakan dengan Yesus.

Pada artikel tersebut telah terbukti bahwa orang yang ditangkap adalah Yudas Iskariot, dan pada kajian ini, kita akan membuktikan juga bahwa orang yang ditangkap adalah Yudas Iskariot, namun dari sisi yang lain, kalau pada kesempatan yang lalu kita membuktikan dari sisi fragmen saat-saat menjelang pengepungan dan menjelang penangkapan, kali ini kita akan membuktikan dari sisi setelah proses penangkapan dan pengadilan atas orang yang ditangkap. Ternyata murid Yesus yang lain yang bernama Petrus mengetahui bahwa orang yang telah ditangkap dan sedang di adili oleh orang-orang Yahudi bukanlah Yesus melainkan temannya yaitu Yudas yang telah diserupakan dengan Yesus, sehingga Petrus menyangkal kalau dikatakan orang yang telah ditangkap dan sedang diadili adalah Yesus Kristus gurunya.

Petrus adalah salah seorang dari 12 orang murid Yesus yang selalu setia menemani dan mengikuti ajaran Yesus, Petrus adalah orang yang paling berani dalam membela Yesus. Ketika orang-orang Yahudi bersama sejumlah pasukan mengepung Yesus dan murid-muridnya, Petrus dengan heroiknya tampil ke depan tanpa rasa takut sedikitpun menghadapi mereka yang berjumlah jauh lebih banyak. Konon Petrus dengan pedangnya berhasil memotong telinga salah seorang dari pasukan yang bernama Malchus, namun Yesus yang telah mengetahui kekuatan musuh jauh lebih besar dan mengeta-hui perlawanan tidak akan menghasilkan ke-menangan sedikitpun, seketika itu juga Yesus menghentikan perlawanan Petrus.

Yang perlu dicatat dalam kisah di atas adalah keberanian Petrus menghadapi orang-orang yang ingin menangkap Yesus yang jumlahnya jauh lebih banyak, sikap semacam itu adalah sikap orang yang teguh iman, tidak takut mati, rela berkorban jiwa, pendek kata sikap sema-cam itu adalah sikap seorang kesatria. Hal semacam itu adalah hal biasa dimiliki bagi seorang yang mempunyai prinsip dan ideologi, se-perti halnya dalam Islam, para sahabat utama yang rela mengorbankan harta dan jiwa demi Islam dan nabi Muhammad saw, begitu juga dengan hawariyyin seperti Petrus adalah wajar bila dia menjadi kesatria untuk membela Ye-sus-gurunya, apalagi 12 murid Yesus adalah orang-orang pilihan Yesus sendiri yang diambil dari 12 suku Israel.

Namun Bible juga mengisahkan, konon Petrus menyangkal pernah bersama-sama dengan Yesus, menyangkal mengenal Yesus dan menyangkal sebagai murid Yesus, menurut Bible, secara implisit penyangkalan tersebut dilakukan Petrus hanyalah untuk menghindari agar dirinya tidak ikut ditangkap bersama-sama Yesus atau dengan kata lain Petrus takut untuk ditangkap. Kisah tersebut tentu saja melahirkan pertanyaan-pertanyaan yang mengusik akal sehat, apakah mungkin Petrus yang heroik dan tidak takut mati hanya dalam beberapa jam saja, tiba-tiba menjadi seorang pengecut yang takut ditangkap dan takut mati, apakah Yesus telah salah memilih orang untuk dijadikan muridnya ataukah Yesus telah gagal membangun keimanan bagi murid-muirdnya. Untuk dapat menjawab semua itu, perlu diselidiki dan dikaji apa makna dan motif sesungguhnya dari penyangkalan Petrus tersebut.

LINTASAN KISAH

Sebelum kita mengkaji makna dan motif penyangkalan Petrus, marilah kita lihat lintasan kisah yang melatar-belakanginya.

Ketika orang-orang Yahudi dan sepasukan prajurit berhasil mengepung Yesus dan murid-muridnya, tampilah Petrus melawan mereka untuk membela dan menyelamatkan Yesus. Dalam sekejap salah seorang dari mereka terpotong telinganya oleh pedang Petrus, namun melihat kekuatan musuh yang jauh lebih besar dan melihat perlawanan Petrus tidak akan berarti apa-apa, maka Yesus menghentikan perlawanan Petrus tersebut.

Lalu Yesus tampil ke depan berkata kepada orang-orang yang ingin menagkapnya :

"Siapakah yang kamu cari?" Tanya Yesus
"Yesus dari Nazaret" Jawab pasukan
"Akulah Dia" Kata Yesus menegaskan.

Dan sesaat setelah itu mereka mundur hingga terjatuh ke tanah. Tentu bukan tanpa sebab hingga mereka mundur dan terjatuh ke tanah, pasti ada sesuatu yang menyebabkannya, penyebab itulah yang oleh para penulis Injil tidak disampaikan dalam tulisan Injilnya.

Dalam artikel yang lalu juga, telah kita bahas bahwa saat-saat itulah saat terjadinya proses perubahan wajah Yudas yang menyerupai wajah Yesus, karena mereka terjatuh ke tanah, maka mereka tidak menyaksikan proses tersebut perubahan tersebut, inilah rencana Allah SWT untuk menyelamatkan Yesus.

Dan setelah itu, Yudas yang telah diserupakan dengan Yesus berkata kepada mereka yang ingin menangkap Yesus :

"Siapakah yang kamu cari?" Tanya Yudas yang berwajah Yesus.
"Yesus dari Nazaret." Jawab pasukan
"Telah Kukatakan kepadamu, Akulah Dia. Jika Aku yang kamu cari, biarkanlah mereka ini pergi" Tegas Yudas yang berwajah Yesus.

Maka orang-orang Yahudi itupun menangkap Yudas yang dikiranya Yesus dan membawanya kepada imam-imam Yahudi untuk diadili. Sementara itu Petrus mengikuti dari kejauhan untuk mengetahui nasib yang akan terjadi pada orang yang ditangkap, sepertinya Petrus mengetahui bahwa bukan Yesus yang ditang-kap oleh mereka tetapi seseorang yang diseru-pakan dengan Yesus.

Namun, umat Kristiani meyakini bahwa orang yang ditangkap adalah Yesus bukan Yudas, karena ayat-ayat dalam Bible secara tekstual memang menyatakan demikian. Tetapi keyakinan tersebut sangat lemah, karena banyak mengabaikan kejanggalan-kejanggalan kontekstualnya, yang pada kesempatan yang lalu (artikel Yudas bukan penghianat) telah membuktikan secara kontekstual bahwa Yesus dan murid-muridnya sama sekali tidak membicarakan seorang pengkhianat, tetapi seorang yang terbesar dari anatara ke-12 murid-murid, dan umat Kristiani tentu sepakat bahwa orang yang di-maksud Yesus adalah Yudas Iskariot, dan itu berarti Yudas bukanlah seorang pengkhianat.

Kembali lagi pada kisah Petrus, Petrus terus mengikuti Yudas yang ditangkap orang-orang Yahudi untuk diserahkan kepada imam-imam Yahudi, sesampainya mereka di bait Allah tempat Yudas akan disidang, Petrus berhenti dan menunggu dari luar untuk mengetahui nasib Yudas selanjutnya.

Ketika Petrus sedang menunggu jalannya sidang, datanglah orang-orang Yahudi kepada Petrus, dan sepertinya mereka mengenali Petrus sebagai orang yang selalu bersama-sama dengan Yesus dan sebagai murid Yesus. Disinilah terjadi dialog antara orang-orang Yahudi dengan Petrus, dalam dialog tersebut orang-orang Yahudi mendakwa Petrus sebagai orang yang selalu bersama-sama dengan orang yang sedang diadili, dan mendakwa Petrus sebagai murid orang yang sedang diadili, namun Petrus menyangkal semua dakwaan tersebut, Petrus tidak mengakui selalu bersama-sama, mengenal dan sebagai murid orang yang sedang disidang. Penyangkalan-penyangkalan Perus itulah yang diyakini oleh Umat Kristiani sebagai penyangkalan terhadapa Yesus. Sekarang mari kita lihat dialog selengkapnya.

FRAGMEN PENYANGKALAN

Berikut kutipan dialog antara orang-orang Yahudi dengan Petrus :

Injil Matius 26:69-74, Injil Markus 14:67-71
Injil Lukas 22:56-60 , Injil Yohanes 18-25-28

Yahudi 1 : Engkau juga selalu bersama-sama dengan ...Yesus, orang Galilea itu.

Petrus : Aku tidak tahu, apa yang engkau maksud.

Yahudi 2 : Orang ini bersama-sama dengan Yesus, …orang Nazaret itu.

Petrus : Aku tidak kenal orang itu.

Yahudi 3 : Pasti engkau juga salah seorang dari…. ....mereka, itu nyata dari bahasamu.

Petrus : Aku tidak kenal orang itu.


Kata itu dalam fragmen di atas adalah sebagai kata ganti yang menunjuk kepada seseorang yang sedang diadili. Ketika orang-orang Yahudi berkata kepada Petrus ‘Engkau juga selalu bersama-sama dengan Yesus, orang Galilea itu’, orang-orang Yahudi tersebut mendakwa bahwa Petrus adalah orang yang selalu bersama-sama dengan orang yang sedang diadili, yang menurut orang Yahudi tersebut orang yang sedang diadili adalah Yesus. Terhadap dakwaan tersebut, Petrus menyangkal dengan mengatakan ‘Aku tidak tahu apa yang engkau maksud’. Jawaban Petrus tersebut menunjukkan bahwa dia tidak dapat memahami bila dikatakan orang yang sedang diadili adalah Yesus dan tidak dapat mengerti bila dikatakan dia selalu bersama-sama dengan orang yang sedang diadili. Jawaban Petrus tersebut mempunyai dua kemungkinan : pertama, Petrus menyangkal bila dikatakan selalu bersama-sama dengan Yesus, dan itu berarti orang yang sedang diadili adalah Yesus. kedua, Petrus menyangkal bila dikatakan orang yang sedang diadili adalah Yesus, sehingga dia juga menyangkal bila dikatakan selalu bersama-sama dengan orang tersebut.

Dalam dakwaan berikutnya yaitu yang kedua dan ketiga, Petrus didakwa ‘Orang ini bersama-sama dengan Yesus, orang Nazaret itu’, Petrus secara konsisten berturut-turut menyangkal ‘Aku tidak kenal orang itu.’, Jawaban Petrus tersebut juga mempunyai dua kemungkinan, pertama, Petrus menyangkal kenal dengan Yesus, hal itu berarti orang yang sedang disidang adalah Yesus, yang kedua, Petrus hanya menyangkal kenal dengan orang yang disidang, hal itu berarti bukan Yesus orang yang sedang disidang.

Dalam Injil Yohanes 18:25 dakwaannya berbunyi ‘Bukankah engkau juga seorang muridnya?’. Dalam dakwaan tersebut, kata nya yang bergaris bawah adalah sebagai kata ganti orang yang menunjuk kepada orang yang sedang diadili. Terhadap dakwaan tersebut Petrus menyangkal ‘Aku bukan muridnya’ yang mempunyai dua kemungkinan juga, pertama, Petrus menyangkal bila dikatakan sebagai murid Yesus, hal itu berarti orang yang sedang diadili adalah Yesus, kedua, Petrus hanya menyangkal bila dikatakan murid dari orang yang sedang diadili, hal itu berarti bukan Yesus orang yang sedang diadili.

YESUS ATAU YUDAS

Sekarang mari kita uji dua kemungkinan di atas, siapa sebenarnya yang sedang disangkal oleh Petrus, apakah Yesus ataukah orang lain yang diserupakan dengan Yesus.

Bila kita mengasumsikan orang yang sedang disidang adalah Yesus, maka berarti orang yang disangkal oleh Petrus adalah Yesus. Asumsi tersebut melahirkan pertanyaan yang mendasar, mungkinkah Petrus tidak mau mengakui mengenal dan selalu bersa-masama dengan Yesus dan tidak mengakui sebagai murid Yesus ?. Lalu apa motif Petrus melakukan itu semua ?.

Asumsi di atas, telah memberikan label pengecut, pembohong, munafik, dan tidak teguh iman kepada Petrus. Disebut pengecut dan pembohong, karena Petrus adalah benar-benar murid Yesus dan orang yang selalu bersama-sama dengan Yesus, disebut munafik dan tidak teguh iman karena Petrus beberapa jam sebelumnya telah menjadi seorang yang sangat heroik dalam membela Yesus.

Ditinjau dari motif yang melatarbelakanginya, maka tidak ada satu motifpun yang mendorong Petrus untuk menjadi seorang pengecut, apakah Petrus takut ditangkap hingga harus menyangkal segala dakwaan orang-orang Yahudi ?, tentu saja tidak, kalau orang-orang Yahudi ingin menangkap murid-murid Yesus ju-ga, tentu mereka sudah menangkapnya ketika mereka mengepung Yesus dan murid-muridnya ditaman Getsemani, tetapi kenyataannya tidak, mereka membiarkan murid-murid Yesus pergi.

Menyebut Petrus sebagai pengecut, secara tidak langsung telah memberikan label kepada Yesus sebagai orang yang tidak teliti dan gagal, gagal membangun keimanan Petrus sehingga menjadi seorang pengecut, pembohong, munafik dan tidak teguh iman, dan tidak teliti karena telah salah memilih orang yang akan diberi pelimpahan kepemimpinan selanjutnya :

Kata Yesus kepadanya untuk ketiga kalinya: "Simon, anak Yohanes, apakah engkau mengasihi Aku?" Maka sedih hati Petrus karena Yesus berkata untuk ketiga kalinya: "Apakah engkau mengasihi Aku?" Dan ia berkata kepada-Nya: "Tuan, Engkau tahu segala sesuatu, Engkau tahu, bahwa aku mengasihi Engkau."Kata Yesus kepadanya: "Gembalakanlah domba-domba-Ku." Yohanes 21:17

Tentu saja semua itu tidak mungkin, sejarah telah membuktikan bahwa Petruslah yang kemudian memegang kepemimpinan. Mustahil Petrus menjadi seorang pengecut, menyangkal gurunya yang sangat dikasihinya.

Bila bukan Yesus yang diadili, lalu siapa yang disangkal Petrus ?, tentu semua orang Kristen yang gemar membaca Bible akan dapat menjawab, bahwa orang yang diadili adalah orang yang ditangkap di taman Getsemani yang selanjutnya disalib. Memberikan nama Yudas sebagai orang yang diadili ternyata selaras dengan keseluruhan konteks ayat, selaras bahwa Yesus secara kontekstual menyebut Yudas sebagai orang yang terbesar dan bukan pengecut, Yudas telah membuat Yesus sangat terharu, kenapa Yesus terharu?, karena Yudas akan menggantikan Yesus untuk ditangkap dan dibunuh oleh orang-orang Yahudi. Dan selaras dengan sifat Petrus yang pemberani, heroik dan sebagai seorang pengganti kepemimpinan Yesus. Dengan demikian yang disalib adalah Yudas. wallahu'alam (al-islahonline.com)

Yesus tidak DiSalib (3/4)



Al-Qur’an secara umum menyatakan, bahwa murid-murid nabi Isa as, (Hawariyyin) adalah orang-orang yang sholeh, setia dan beriman. Dalam sebuah Hadits yang diriwayatkan oleh Abi Hatim yang diterima dari Ibnu Abbas dikisahkan, bahwa ketika nabi Isa as sudah mengetahui akan keingkaran kaum Israel dan ingin membunuhnya, nabi Isa u menawarkan kepada murid-muridnya untuk diserupakan dengan dirinya, maka tampillah salah seorang yang paling muda menyatakan kesediaanya. Seingga secara implisit –tersamar- orang yang diserupakan dengan nabi Isa as adalah orang yang rela berkorban demi menyelamatkan gurunya, umat Islam tentu sepakat bahwa orang yang diserupakan dengan nabi Isa as adalah orang yang kemudian dibunuh dan disalib.

Sementara itu Bible mengisahkan bahwa Yesus memberikan informasi kepada murid-muridnya perihal salah seorang dari antara mereka yang akan menyerahkan dirinya, kemudian para murid-murid Yesus mempersoalkan siapa yang terbesar di antara mereka sebagai respons atas informasi Yesus tersebut, menyaksikan perbincangan siapa yang terbesar di antara murid-muridnya, Yesus memberikan petunjuk, bahwa orang yang terbesar diantara mereka adalah yang paling muda, dalam kisah yang lain, Yesus terharu akan orang tersebut.

Ada keserasian antara kisah al-Qur’an, al-Hadits dan Bible yaitu, pertama, al-Qur’an dan al-Hadits mengisahkan bahwa salah seorang dari murid nabi Isa as bersedia untuk diserupakan dengan nabi Isa as, sementara Bible mengisahkan bahwa Yesus memberikan informasi salah seorang muridnya akan menyerahkan dirinya dan hal itu membuat Yesus sangat terharu, bukankah salah satu sebab yang membuat seseorang sangat terharu adalah pengorbanan demi dirinya?. Kedua, al-Qur’an, al-Hadits dan Bible sama-sama sepakat bahwa orang yang telah menjadi fokus pembicaran adalah yang termuda dari antara murid-muridnya. Umat Kristiani tentu sepakat bahwa orang itu adalah Yudas, jadi dengan demikian Yudaslah yang diserupakan, dibunuh dan disalib.

Selanjutnya bible mengisahkan, ketika orang-orang Yahudi dan sepasukan tentara telah berhasil mengepung Yesus dan murid-muridnya, Yesus bertanya kepada mereka ‘siapa yang kalian cari’, mereka menjawab ‘Yesus dari Nazaret’, Yesus menjawab ‘akulah dia’, sesaat setelah itu, orang-orang Yahudi dan pasukannya mundur dan terjatuh ke tanah. Bible sama sekali tidak menyinggung penyebab dan maksud hingga mereka mundur dan terjatuh ke tanah, padahal mundur hingga terjatuh pastilah bukan kejadian biasa, pasti ada sesuatu yang luar biasa, karena sebelum dan sesudah mereka mundur hingga terjatuh, mereka menghadapi Yesus biasa-biasa saja.

Dalam al-Hadits yang diriwayatkan Abi Hatim dari Ibnu Abbas, sesaat sebelum penangkapan, terjadilah proses penyerupaan dari wajah Yudas menyerupai wajah Yesus dan sebaliknya. Sangat mungkin apa yang dikisahkan Bible mereka mundur dan terjatuh ke tanah adalah saat proses penyerupaan wajah Yudas ke wajah Yesus dan sebaliknya, sehingga mereka tidak mengetahui proses tersebut, atau saat mereka mundur dan terjatuh ke tanah adalah saat penggenapan dari nubuat yang disampaikan Yesus bahwa salah seorang muridnya akan membuatnya sangat terharu, dan satu alasan yang paling mungkin yang membuat Yesus sangat terharu adalah karena pengorbanan muridnya tersebut, umat Kristiani tentu sepakat bahwa orang yang dinubuatkan Yesus tersebut yang membuatnya sangat terharu adalah Yudas Iskariot, jadi secara kontekstual, Yudas sebenarnya adalah seseorang yang berkorban demi Yesus, dan bentuk pengorbanan itu sangat mungkin seperti yang diinformasikan al-Hadits yaitu penyerupaan wajah Yudas ke wajah Yesus yang menjadikan Yudas ditangkap untuk menggantikan Yesus.

Setelah itu orang-orang Yahudi membawa Yudas yang dikiranya Yesus untuk diadili dan ditentukan nasibnya. Petrus salah seorang murid Yesus mengikuti Yudas dari kejauhan, sesampainya di tempat Yudas diadili, Petrus menunggu dari luar memperhatikan jalannya sidang dan menunggu putusan nasib atas Yudas tersebut.

Ketika Petrus sedang menunggu, datanglah orang-orang Yahudi kepada Petrus dan mendakwa Petrus sebagai orang yang selalu bersama-sama dan sebagai murid Yesus orang yang sedang diadili, namun Petrus menyangka dakwaan tersebut, karena Petrus yakin bahwa orang yang sedang diadili bukanlah Yesus.

Kisah selanjutnya, orang yang diadili tersebut diserahkan kepada penguasa setempat yaitu Pontius Pilatus untuk diadili, dan Pontius Pilatus akhirnya memutuskan untuk menyalib Yesus yang sesungguhnya adalah Yudas. Umat Kristiani tentu sepakat bahwa orang yang disalib adalah orang yang sebelumnya diadili dan orang yang disangkal oleh Petrus, dan orang itu adalah orang yang ditangkap di taman Getsemani, berdasarkan argumentasi sebelumnya, bahwa yang ditangkap, diadili oleh orang-orang Yahudi dan disangkal oleh Petrus adalah Yudas, maka orang yang disalib dengan sendirinya adalah Yudas Iskariot yang telah diserupakan dengan Yesus.

IBU, ITU ANAK IBU

Sebetulnya, dari kisah pra penyaliban tersebut di atas, sudah cukup untuk membuktikan bahwa bukan Yesus yang disalib, melainkan Yudas Iskariot yang bersedia diserupakan de-ngan Yesus, namun, sangat menarik untuk menggali bukti bahwa yang disalib adalah Yudas Iskariot bukan Yesus, dari sisi saat-saat penyaliban itu sendiri.

Ketika Yudas Iskariot telah disalib, datanglah Ibu Yesus untuk menyaksikan orang yang disalib. Kemudian ibu Yesus berdiri dekat tiang salib, Yudas Iskariot yang disalib me-lihat Ibu Yesus dan salah seorang murid yang dikasihi Yesus berdiri disamping ibu Yesus, kemudian Yudas berkata kepada ibu Yesus :

“Ibu, itu anak Ibu”

dan berkata kepada murid yang dikasihi Yesus yang ada disamping Ibu Yesus :

“Itu Ibumu”

Perkataan Yudas tersebut sepertinya untuk menunjukkan kepada ibu Yesus bahwa anaknya adalah yang ada di sampingnya, bukan dirinya yang sedang disalib. Adalah wajar bila ibu Yesus mengira orang yang disalib adalah anaknya, karena memang orang yang disalib berwajah Yesus. Karena alasan itulah Yudas memberitahu kepada ibu Yesus ‘ibu, itulah anakmu’, dan berkata kepada orang yang di samping ibu Yesus ‘Itu Ibumu’, perkataan Yudas kepada kedua orang tersebut, seakan-akan ingin menyentuh dari sisi bathiniah bahwa antara keduanya terdapat ikatan yaitu antara ibu dan anak.

Sekarang mari kita kutip kisah selengkapnya tentang perkataan orang yang disalib tersebut dalam Alkitab bahasa Indonesia sehari-hari :

Ketika Yesus melihat ibu-Nya dan pengikut yang dikasihi-Nya berdiri di situ, Ia berkata kepada ibu-Nya, "Ibu, itu anak Ibu." Kemudian Yesus berkata kepada pengikut-Nya itu, "Itu ibumu." Semenjak itu pengikut itu menerima ibu Yesus untuk tinggal di rumahnya. Injil Yohanes 19:26-27

Kata-kata yang bergaris bawah adalah ucapan orang yang disalib, dan kata-kata yang tidak bergaris bawah adalah komentar atau narasi dari penulis Injil –Yohanes-, penulis berusaha menggiring pembacanya agar meyakini bahwa orang yang disalib adalah Yesus, namun, narasi tersebut menjadikan ucapan orang yang disalib tampak janggal, karena kata-kata ‘ibu, itu anak ibu’ berarti yang mengatakan bukan anaknya.

Dalam Alkitab terjemahan lama, ucapan orang yang disalib berbunyi sebagai berikut :

"Hai perempuan, tengoklah anakmu"

Perkataan semacam itu, tidak mungkin keluar dari mulut seorang anak kepada ibunya, kalimat seru ‘hai perempuan’ menunjukkan bahwa yang menyeru bukanlah anak dari orang yang diseru, berarti orang yang disalib bukanlah anak dari ibu Yesus, dan itu berarti orang yang disalib bukanlah Yesus.

Kalimat seru ‘hai perempuan’, terasa sangat kasar dan menjadikan orang yang diseru bisa terperanjat dan bertanya-tanya, apakah mungkin anaknya berkata seperti itu, kasar dan seperti orang lain ?, Namun sepertinya Yudas memang menginginkan ibu Yesus segera berpikir dan percaya bahwa orang yang disalib bukanlah anaknya, tetapi anaknya adalah yang ada di sampingnya, hal itu ditunjukan oleh Yudas dengan ucapan selanjutnya ‘tengoklah anakmu’, dan kepada pengikut Yesus yang ada disamping ibu itu Yudas berkata ‘tengoklah ibu-mu’, ucapan Yudas ini akan menjadikan Ibu Yesus mengok kepada pemuda yang ada disampingnya dan menjadikan pemuda yang di sampingnya menengok kepada ibu Yesus, maka selanjutnya yang akan terjadi adalah naluri seorang ibu akan mengetahui bahwa pemuda yang ada di sampingnya adalah Yesus anak-nya. Fragmen tersebut di atas sudah lebih dari cukup untuk membuktikan bahwa orang yang disalib bukanlah Yesus.

Sekarang mari kita kutip ucapan orang yang disalib dari berbagai versi Alkitab :

King James Version : KJV : ‘Woman, behold thy son’

Cotemporary English Version : "This man is now your son."

Alkitab today’s Englis Version : "He is your son."

Alkitab Terjemahan Dunia Baru : "Wanita, lihatlah Putramu!"

Alkitab Sunda : "Ibu, eta teh putra ibu!"

Alkitab Jawa : "Ibu, menika ingkang Putra."

Tidak satupun kutipan ucapan orang yang disalib dari berbagai versi Alkitab di atas me-nunjuk bahwa dirinya adalah anak ibu Yesus, bahkan lebih tegas orang yang disalib mengatakan bahwa orang yang ada di samping ibu Yesus itulah yang sebagai anaknya.

Namun di dalam Alkitab Terjemahan Baru yang diterbitkan LAI –Lembaga Alkitab Indonesia- kata ‘itulah’ telah berubah menjadi ‘inilah’, seperti kutipan berikut :

‘Ibu, Inilah anakmu’

Tentu saja perubahan itu telah mengubah makna secara radikal, bila yang diucapkan orang yang disalib ‘Ibu, itulah anak ibu’ maka artinya orang yang disalib bukanlah Yesus, tetapi bila yang diucapkan ‘Ibu, inilah anakmu’ berarti orang yang disalib adalah Yesus. Tentu saja perubahan tersebut telah menjadikan para pembaca Alkitab tergiring dalam satu pemahaman bahwa yang disalib adalah Yesus, namun bagi siapa saja yang kritis perubahan itu justru melahirkan sebuah keraguan, untuk apa Yesus menunjukkan bahwa dirinya adalah Yesus, bukankah kalau memang benar bahwa yang disalib adalah Yesus, Ibu Yesus pasti mengenali?

KISAH DALAM AL-QUR’AN

dan karena ucapan mereka:
"Sesungguhnya kami telah membunuh Al-Masih, Isa putera Maryam, Rasul Allah",
padahal mereka tidak membunuhnya dan tidak (pula) menyalibnya, tetapi (yang mereka bunuh ialah) orang yang diserupakan dengan Isa bagi mereka. Sesung-guhnya orang-orang yang berselisih paham tentang (pembunuhan) Isa, benar-benar dalam keragu-raguan tentang yang dibunuh itu. Mereka tidak mempunyai keyakinan tentang siapa yang dibunuh itu, kecuali mengikuti persangkaan belaka, mereka tidak (pula) yakin bahwa yang mereka bunuh itu adalah Isa. QS. 4:157


Al-Qur’an sama sekali tidak menyangkal adanya penyaliban, al-Qur’an menyatakan bahwa yang dibunuh dan disalib adalah seseorang yang diserupakan dengan nabi Isa as yaitu Yudas.

Al-Qur’an lebih jauh menyatakan, bahwa mereka dalam keragu-raguan tentang orang yang disalib, mereka tidak yakin bahwa yang disalib adalah nabi Isa as, mereka hanya mengikuti persangkaan belaka.

Setelah kita kaji ucapan orang yang disalib, telah cukup membuktikan apa yang dinyatakan al-Qur’an bahwa mereka dalam keragu-raguan terhadap orang yang disalib. Kalau mau secara jujur menafsirkan apa yang diucapkan oleh orang yang disalib, tentulah akan timbul pertanyaan, apa mungkin orang yang disalib itu Yesus, mengapa dia mengatakan bahwa anak dari Ibu Yesus adalah yang disamping ibu Yesus, bukan orang yang disalib, mengapa orang yang disalib menyatakan ‘hai perempuan’ kepada ibu Yesus kalau orang yang menyatakan itu adalah anak dari ibu Yesus ?

Perubahan dari ‘Ibu, itulah anakmu’ menjadi ‘Ibu, inilah anakmu’, juga membuktikan bahwa sebenarnya mereka dalam keragu-raguan terhadap orang yang dibunuh dan disalib, kalau mereka sudah yakin mengapa harus mengubah-ubah apa yang diucapakan orang yang disalib ?.

SEJARAH MEMBUKTIKAN

Pada abad-abad petama -s/d110 M-, telah banyak aliran-aliran dalam agama Kristen, setiap aliran mempunyai versi kitab dan keyakinan yang berbeda dengan aliran yang lain. Salah satu contoh, ada sebuah aliran yang meyakini bahwa penyaliban Yesus merupakan ilusi belaka. Ignatius, uskup Antiokia menyerang mati-matian aliran tersebut, Ignatius merasa kuatir terhadap perkembangan aliran Kristen yang meyakini penyaliban Yesus hanyalah ilusi . Serangan dan kekuatiran Ignatius membuktikan bahwa aliran tersebut berkembang sangat luas dan kuat, artinya, pada masa-masa Kristen awal banyak yang meyakini penyaliban Yesus adalah ilusi.

Iganatius dalam bukunya ‘Trallians’ menulis :
‘Namun jika, seperti yang dikatakan sebagian orang …penderitaannya hanyalah penampakan/ilusi, maka mengapa aku dipenjara, dan mengapa aku harus melakukan perjuangan panjang melawan hewan-hewan liar? Jika memang demikian, aku hanya mati sia-sia’

Tulisan Ignatius tersebut membuktikan, betapa kuat keyakinan orang-orang yang meyakini penyaliban Yesus hanya merupakan ilusi, sehingga Ignatius harus mati-matian melawan mereka hinga dipenjara dan mati karenanya.

Bukti sejarah tersebut telah menguatkan apa yang dikatakan al-Qur’an, bahwa bukan nabi Isa as yang disalib dan dibunuh, tetapi orang yang diserupakan dengan beliau, sekaligus membuktikan bahwa mereka ragu-ragu tentang orang yang disalib dan dibunuh.

Sampai di sini dulu kajian tentang penyaliban, semoga, kajian ini dapat bermanfaat bagi kita dan semakin mempertebal keimanan kita. Amin. (al-islahonline.com)

Kebangkitan Yudas (4/4)




Dalam beberapa artikel yang lalu, telah kita kaji tentang orang yang disalib dan dibunuh. Dari Bible sendiri, bukti-bukti secara kontekstual yang menyatakan Yudaslah orang yang disalib dan dibunuh ternyata jumlahnya cukup banyak, mulai ayat-ayat yang mengisahkan saat-saat beberapa hari sebelum penangkapan, saat penangkapan, saat diadili hingga saat penyaliban, semua memberikan gambaran bahwa Yudaslah orang yang dinubu-atkan Yesus sebagai orang yang terbesar, ditangkap, diadili dan disalib.

Bila yang disalib adalah Yudas, maka harus dapat dibuktikan bahwa orang yang selama ini dianggap bangkit dari kematian pastilah bukan Yesus tetapi Yudas. Dalam kajian kali ini kita akan membuktikan memang Yudaslah orang yang dianggap bangkit dari kematian.

Memang, bagi siapa saja yang membaca Alkitab kanonik -yang diterima oleh gereja- tanpa sikap kritis, maka ia akan tergiring kepada suatu pemahaman bahwa Yesus telah dibangkitkan dari kematian. Hal itu wajar saja, karena memang itulah yang ingin disampaikan oleh para penulis Injil.

Namun, bila pembaca Injil mau memberikan sikap kritis terhadap kisah-kisah yang disajikan oleh para penulis Injil, tentu akan menjumpai banyak kontradiksi antara penulis Injil yang satu dengan penulis Injil yang lainnya, dimana kontradiksi-kontradiksi tersebut bukan disebabkan adanya sudut pandang atau latarbelakang yang berbeda dari penulis Injil dalam menyajikan sebuah kisah, tetapi lebih disebabkan adanya subyektivitas penulisnya atau karena ketidaksempurnaan dan ketidakakuratan penulis yang menyebabkan kisah-kisah yang mereka susun tidak mempresentasikan fakta yang sesungguhnya.

Kajian ini akan membuktikan bahwa Yesus yang dianggap dibangkitkan dari kematian ternyata adalah Yudas, namun bukan dari kematian, tetapi dari pingsan yang disebabkan rasa sakit ketika disalib dan ditombak perutnya.

Pada bagian awal kita akan menampilkan ayat-ayat tentang kebangkitan yang saling kontradiktif antara narasi penulis Injil yang satu dengan narasi penulis Injil yang lainnya, kemudian kita akan membuktikan kebangkitan Yudas.

Kisah-Kisah Yang Berbeda


Alkitab mengisahkan bahwa pada Minggu pagi, ada wanita-wanita yang berziarah ke ku-bur Yesus, ke-4 Injil tidak sama dalam mengi-sahkan nama-nama orang yang berziarah :

Injil Matius 28:1 : Maria Magdalena dan Maria yang lain
Injil Markus 16:2 : Maria Magdalena, Maria Ibu Yakobus dan Salome
Injil Lukas 24:10 : Maria dari Magdala, Maria Ibu Yakobus, dan Yohana.
Injil Yohanes 20:1 : Maria Magdalena

Markus kontradiksi dengan Lukas perihal nama wanita ketiga, menurut Markus adalah Salome dan menurut Lukas adalah Yohana. Sementara Matius dan Yohanes berbeda dalam hal jumlah wanita yang berziarah. Walaupun perbedaan di atas tidak merubah pesan yang ingin disampaikan, namun perbedaan tersebut telah menunjukkan bahwa para penulis Injil ti-dak akurat bahkan bisa disebut salah dalam mendokumentasikan kisah tersebut.

Masih dalam kisah yang sama, ke-4 Injil berbeda dalam melaporkan waktu ziarah ke kubur Yesus :

Injil Matius 28:1 : Menjelang menyingsingnya fajar.
Injil Markus 16:1 : Setelah matahari terbit.
Injil Lukas 24:1 : Pagi pagi benar.
Injil Yohanes 20:1 : Pagi-pagi benar ketika hari masih gelap.

Di sini nampak adanya kontradiksi, terutama Markus yang mengisahkan waktu berziarah setelah matahari terbit, yang kontradiktif dengan laporan Matius dan Yohanes, sementara laporan Lukas dapat ditafsirkan sebelum atau sesudah matahari terbit. Menilai empat laporan di atas benar semua adalah tidak mungkin, pasti ada yang salah bahkan bisa semua salah, Logikanya, kalau Markus bisa salah, maka Matius, Lukas dan Yohanes juga bisa salah. Kontradiksi tersebut menunjukkan bahwa narasi para penulis Injil tidak didasari oleh data yang akurat, tetapi hanya oleh perkiraan/persangkaan belaka, atau berdasarkan cerita dari mulut ke mulut tanpa memperhatikan sumbernya.

Ke-4 Injil juga berbeda dalam melaporkan jumlah Malaikat yang disaksikan oleh wanita-wanita yang berziarah :

Injil Matius 28:2 : Seorang Maliakat.
Injil Markus 16:5 : Seorang muda.
Injil Lukas 24:4 : Dua orang.
Injil Yohanes 20:12 : Dua orang Malaikat.

Matius dan Markus melaporkan, hanya ada satu Malaikat yang disaksikan oleh wanita-wanita yang berziarah, namun Lukas dan Yohanes melaporkan ada dua. Perbedaan tersebut juga merupakan contoh bahwa informasi yang dimiliki oleh para penulis Injil tidak akurat bahkan bisa jadi salah.

Dalam kisah yang lain, Matius melaporkan bahwa kuburan Yesus dijaga oleh tentara-tentara yang dikirim Pilatus atas permintaan Imam-imam Yahudi, tetapi Markus, Lukas dan Yohanes tidak melaporkan sama sekali. Padahal laporan adanya penjaga-penjaga kuburan mempunyai kedudukan yang sangat penting karena berhubungan dengan berita bohong tentang pencurian mayat Yesus.

Perbedaan-perbedaan tersebut di atas bisa terjadi karena :
Para penulis Injil dalam menulis Injilnya hanya berdasarkan pemahamannya saja.

Para penulis Injil mempunyai keterbatasan dalam melaporkan pemahamannya.

Para penulis Injil telah mendapatkan data yang tidak sesuai dengan faktanya bahkan bisa jadi salah total.

Para penulis Injil menganggap bahwa ada kisah yang perlu disampaikan juga ada yang tidak perlu untuk disampaikan. Sehingga bisa jadi di satu Injil tertulis sebuah kisah sementara di Injil yang lainnya tidak ada.

Para penulis telah mengarang sebuah kisah yang sama sekali tidak ada faktanya.

Ke-5 kemungkinan di atas, sudah cukup untuk mempertanyakan keabsahan perihal kisah kebangkitan yang diarahkan sebagai kebangkitan Yesus, juga ditambah adanya dalil kuat yang secara kontekstual menunjukkan bahwa Yudaslah orang yang disalib. Maka pada paragraf-paragraf berikutnya akan dikaji setiap narasi dari para penulis Injil dan dialog-dialog antara orang yang dibangkitkan dengan para murid-murid Yesus, untuk mengetahui Yesus atau Yudas yang dibangkitkan.


MURID-MURID TIDAK PERCAYA


Ke-4 Injil sepakat dalam meriwayatkan murid-murid Yesus yang tidak percaya ketika mendapat berita bahwa Yesus telah bangkit dari kematian -hidup kembali-.

Injil Matius 28:16 : beberapa orang ragu-ragu.
Injil Markus 16:11 : mereka tidak percaya.
Injil Lukas 24:10 : mereka tidak percaya
Injil Yohanes 20:1 : aku tidak akan percaya.

Padahal, menurut tradisi ke-Kristen-an, Yesus adalah anak Tuhan bahkan diyakini sebagai Tuhan itu sendiri, dan masih menurut tradisi ke-Kristen-an, Tuhan Yesus telah mati, tetapi tidak satupun ayat yang menjelaskan ada murid Yesus yang tidak percaya. Adalah aneh bila mereka tidak percaya ketika menerima kabar Yesus telah bangkit dari kematian. Bukankah mempercayai Yesus telah mati akan jauh lebih sulit daripada mempercayai Yesus telah bangkit dari kematian ?, Keanehan tersebut semakin kental kadarnya bila dihubungkan dengan narasi Matius yang menyatakan bahwa imam-imam Yahudi pernah mendengar Yesus berkata ‘Sesudah tiga hari Aku akan bangkit’. Matius 27:63.

Tentu saja nubuat yang menyatakan bahwa Yesus akan bangkit pada hari ketiga, akan menjadikan murid-muridnya mempersiapkan segala sesuatunya dan menunggu hari kebangkitannya, dan bila Yesus telah bangkit pada hari yang ketiga pastilah murid-murid tidak akan ada yang tidak percaya, karena mereka telah me-ngetahui sebelumnya.

Sulit bagi kita untuk mempercayai riwayat yang menyatakan murid-murid Yerus tidak percaya ketika mendapat kabar Yesus telah bangkit dari kematian. Seperti seorang polisi, yang tentu tidak akan percaya terhadap keterangan seseorang yang nampak rancu dan tidak selaras dengan keterangan-keterangan lainnya, pastilah ada sesuatu yang tersembunyi.

Lalu, apa sebenarnya yang telah membuat murid-murid Yesus tidak percaya ?, investigasi terhadap ayat-ayat tentang kebangkitan Yesus sangat menarik untuk mengetahui kebenaran tersembunyi. Untuk itu mari kita kutip kisah selengkapnya pada salah satu narasi penulis Injil berikut.

Pagi-pagi benar ketika hari masih gelap, Maria Magdalenada pergi ke kubur orang yang disalib, dia terkejut karena batu penutup kubur telah terbuka, kemudian dia lari dan bertemu dengan Petrus. Petrus langsung pergi ke kubur orang yang disalib dan hanya mendapatkan kain kapan di tempat orang yang disalib dibaringkan. Lalu pulanglah Petrus sementara Maria tetap berdiri didekat kubur sambil menangis, setelah itu ia menjenguk ke dalam kubur. Lalu ia mendapatkan orang yang disalib berdiri dibelakangnya dan berkata kepada dirinya :
"Janganlah engkau memegang Aku, sebab Aku belum pergi kepada Bapa, tetapi pergilah kepada saudara-saudaraKu dan katakanlah kepada mereka, bahwa seka-rang Aku akan pergi kepada BapaKu dan Bapamu, kepada AllahKu dan Allahmu." Injil Yohanes 20:17

Kata-kata ‘janganlah negkau memegang aku’ menunjukkan bahwa orang yang berkata tubuhnya masih merasakan sakit bekas penyaliban, dan kata-kata ‘aku belum pergi kepada bapa’ sangat mungkin dia belum mati, tetapi selama ini dia hanya pingsan karena rasa sakit yang amat sangat akibat penyaliban dan tusukan tombak diperutnya.

Setelah itu Maria menyampaikan apa yang dialaminya kepada murid-murid Yesus, namun mereka menganggap semua itu hanyalah sebagai omong kosong – Mereka tidak percaya-.

Tetapi bagi mereka perkataan-perkataan itu seakan-akan omong kosong dan mereka tidak percaya kepada perempuan-perempuan itu. Injil Lukas 24:11

Sikap para murid-murid Yesus inilah yang sulit untuk diterima akal sehat, padahal Injil mengisahkan secara implisit murid-murid telah tahu bahwa Yesus pernah mengatakan akan bangkit dari antara orang yang mati, dan menurut nubuat dalam Perjanjian Lama, katanya Yesus akan bangkit dari kematian. Adalah mustahil bila kemudian mereka mengatakan OMONG KOSONG terhadap berita kebangkitan Yesus, pastilah bukan berita kebangkitan Yesus yang membuat mereka sangat tidak percaya dan mengatakan OMONG KOSONG. Tetapi sangat mungkin mereka tidak percaya bila disampaikan berita bahwa orang yang disalib adalah Yudas, karena selama ini mereka menyangka Yesuslah orang yang disalib.


Ketika hari sudah malam pada hari itu juga, murid-murid Yesus berkumpul di suatu tempat dengan pintu terkunci karena takut kepada orang-orang Yahudi, lalu datanglah orang yang disalib dan bangkit :

"Damai sejahtera bagi kamu!" Dan sesudah berkata demikian, Ia menunjukkan tangan-Nya dan lambung-Nya kepada mereka. Murid-murid itu bersukacita ketika mereka melihat Tuhan. Injil Yohanes 20:19-20

Kepada murid-murid Yesus, orang tersebut memberikan bukti luka tusukan paku di tangannya bekas penyaliban dan tusukan tombak pada perutnya, Yohanes memberikan narasi dalam Injilnya bahwa orang tersebut adalah Yesus dan sikapnya menunjukkan tangan dan perut yang luka menurut narasi Yohanes adalah untuk membuktikan bahwa Yesus telah bangkit dari kematian.

Adalah aneh, bila Yesus menunjukkan luka tangan dan perutnya untuk membukti-kan bahwa dia telah bangkit dari kematian, kalau memang untuk membuktikan Yesus telah bangkit dari kematian, maka kehadiran Yesus di hadapan mereka sudah cukup sebagai bukti bahwa Yesus telah hidup lagi?.

Menunjukkan luka di tangan dan perut, bukanlah bukti-bukti sebab kebangkitan, tetapi lebih ke arah untuk membuktikan bah-wa luka di tangan dan peut adalah bekas pe-nyaliban dan tusukan tombak, jadi orang yang berdiri dihadapan murid-murid Yesus sebetulnya ingin membuktikan bahwa dirinya-lah yang disalib. Dan hal berarti, bahwa orang tersebut bukan Yesus, karena kalau orang itu Yesus, pastilah tidak perlu membuktikan bahwa dirinyalah yang disalib.

Setelah orang tersebut membuktikan bahwa dirinya yang disalib dengan menunjukkan luka tusukan paku di tangan dan luka di perut ketika penyaliban, maka murid-murid Yesus menjadi percaya. Tetapi salah seorang murid Yesus tidak hadir dalam pertemuan tersebut, sehingga tidak percaya ketika murid-murid Yesus yang telah percaya menyampaikan berita bahwa Yudaslah orang yang disalib.

Murid tersebut adalah Tomas, ia tidak akan percaya sebelum membuktikannya sendiri :

"Sebelum aku melihat bekas paku pada tangan-Nya dan sebelum aku mencucukkan jariku ke dalam bekas paku itu dan mencucukkan tanganku ke dalam lambung-Nya, sekali-kali aku tidak akan percaya." Injil Yohanes 20:25

Wajar saja kalau Tomas tidak percaya kalau dikatakan orang yang disalib adalah Yudas Iskariot, sehingga dia ingin membuktikan sendiri benarkah orang yang telah disalib adalah Yudas dengan mengecek secara langsung benarkah ada bekas tusukan paku di tangan dan bekas tusukan tombak di perut pada diri Yudas ?.

Delapan hari kemudian, murid-muird Yesus termasuk Tomas berkumpul di rumah yang sama dengan pertemuan sebelumnya, kemudian datanglah Yudas menemui mereka, dan berkata kepada Tomas :

"Taruhlah jarimu di sini dan lihatlah tanganKu, ulurkanlah tanganmu dan cucukkan ke dalam lambungKu dan jangan engkau tidak percaya lagi, melainkan percayalah." Injil Yohanes 20:27

Setelah Tomas membuktikannya sendiri, barulah dia percaya bahwa orang yang disalib adalah Yudas Iskariot.

Sikap Tomas tersebut membuktikan bahwa ketidak-percayaan murid-murid Yesus bukan karena mendapat kabar Yesus telah bangkit lagi, tetapi karena mendapat kabar bahwa Yudaslah orang yang disalib. Setelah mereka melihat Yudas secara langsung dan melihat ada bekas tusukan paku di tangan dan bekas tusukan tombak di perutnya, barulah mereka percaya.

Satu bukti lagi, bahwa orang yang disalib dan kemudian dikubur adalah Yudas adalah, Ibu Yesus sama sekali tidak pernah berziarah ke kubur.

Sekian kajian tentang kebangkitan yang ternyata sebagai kebangkitan Yudas. Semoga bisa menambah keyakinan dan keimanan kita sebagai seorang muslim akan kebenaran Islam. Insya-Allah, lain waktu akan kita buktikan secara medis bahwa Yudas hanya pingsan karena rasa sakit. (al-islahonline.com)

Aku ini TUAN bukan TUHAN



Suatu ketika Yesus membenarkan dirinya dipanggil murid-muridnya dengan sebutan guru dan tuan, bahkan ditegaskan lagi oleh Yesus memang akulah guru dan tuan :

“Kamu menyebut aku guru dan tuan, dan katamu itu tepat, sebab memang akulah guru dan tuan.”

Yesus disebut sebagai guru karena mengajarkan kebaikan-kebaikan, kebenaran-kebenaran dan petunjuk hidup kepada murid-muridnya dan Yesus disebut tuan karena nasehat dan pengajarannya selalu ditaati murid-muridnya, maka pantaslah Yesus disebut guru dan tuan.

Kata tuan dalam ayat di atas adalah terjemahan dari kata mar dalam bahasa Ibrani/Aramaic yaitu bahasa sehari-hari Yesus, kata mar biasa diberikan kepada orang yang dihormati dan di taati. Namun ternyata dalam penterjemahan ayat tersebut ke dalam bahasa yang bukan bahasanya Yesus kata tuan dalam ayat di atas telah berubah menjadi Tuhan, yang jauh menyimpang dari ucapan Yesus, sehingga lafal ucapan Yesus tersebut menjadi :

“Kamu menyebut aku guru dan Tuhan, dan katamu itu tepat, sebab memang akulah guru dan Tuhan.” Yohanes 13:13

Tentu saja perubahan ini di manfaatkan oleh umat Kristen sebagai dalil bahwa Yesus pernah mengatakan dirinya sebagai Tuhan.

Sesungguhnya perubahan kata dari tuan menjadi Tuhan justru akan semakin menimbulkan kontradiksi di dalam Injil itu sendiri, bahkan akan sangat bertentangan dengan ucapan- ucapan Yesus di dalam puluhan ayat-ayat yang lain, satu saja contoh ucapan Yesus yang bertentangan dengan Yohanes 13:13 bila kata tuan dirubah menjadi Tuhan :

"Inilah hidup yang kekal itu, yaitu bahwa mereka mengenal Engkau, satu-satunya Allah yang benar, dan mengenal Yesus Kristus yg telah Engkau utus." Yohanes 17:3

Dalam Yohanes 17:3 tersebut Yesus mengatakan bahwa Tuhan satu-satunya hanyalah Allah dan dipertegas lagi bahwa Yesus hanyalah seorang utusan Allah, kalau kata mar diterjemahkan menjadi Tuhan maka Yohanes 13:13 akan sangat kontradiktif dengan Yohanes 17:3, tetapi kalau kata mar diterjemahkan sebagai tuan maka antara Yohanes 13:13 dan Yohanes 17:3 akan saling mendukung dan menguatkan.

Umat Kristen nampaknya sangat memaksakan untuk mengubah ucapan Yesus yang berarti tuan menjadi Tuhan, agar ada dalil yang mengokohkan ketuhanan Yesus, hal ini karena tidak ada satu ayat-pun yang mendukung ketuhanan Yesus yang berupa pengakuan Yesus secara langsung bahwa dirinya adalah Tuhan, dan satu-satunya ayat yang mudah untuk diubah artinya adalah Yohanes 13:13, namun dengan mengorbankan keabsahan dan keserasian Alkitab itu sendiri.

Perubahan kata tuan menjadi Tuhan terjadi ketika kata MAR dalam bahasa Ibrani yang berarti tuan, diterjemahkan ke dalam bahasa Yunani menjadi KURIOS, kata kurios dalam bahasa Yunani memiliki empat arti yaitu :

-- Pemilik -- tuan -- tuhan – Tuhan --


Rupanya para penginjil mengartikan kurios sebagai Tuhan dalam ayat tersebut, padahal semestinya arti yg sesuai dengan ucapan Yesus dan tdk bertentangan dengan ayat-ayat yg lain adalah tuan.

Dari uraian di atas baik ditinjau dari segi tata-bahasa Ibrani ke Yunani dan ditinjau dari keserasian dengan ucapan-ucapan Yesus yang lain, maka pengakuan Yesus yang sesungguhnya adalah :

AKULAH GURU DAN TUAN
Bukan
AKULAH GURU DAN TUHAN


Sehingga tidak ada satu ayatpun dalam Alkitab Yesus pernah mengatakan akulah Tuhan, tetapi akan banyak ditemukan ayat-ayat pengakuan Yesus bahwa dirinya hanyalah utusan Allah dan bahwa hanyalah Allah satu-satunya Tuhan yang benar dan Esa. (al-islahonline)


GHOSHOB

  Jika di pesantren, istilah ini sudah sangat familiar. Hanya saja pengertian dan prakteknya sesungguhnya ada perbedaan dari makna ghoshob s...