Sabtu, 25 September 2010

Foto Penggerebekan “Teroris” Di Medan Beredar di Internet


Oleh Hanin Mazaya pada Rabu 22 September 2010, 10:12 AM

JAKARTA (Arrahmah.com) - Tim Densus 88 membekuk 4 orang yang diduga "teroris" di desa Tanjung Bunga, Tanjung Balai Asahan, yang berjarak sekitar 317 Km dari Medan pada Minggu (19/9/2010) lalu.

Dari empat orang yang digerebek, dua diantaranya tewas di tempat dan dua lainnya terluka. Korban tewas bernama Deden (25) dan Deni (27) sedang yang terluka adalah Khairul Ghazali (35) dan Alex (27).

Pernyataan polisi tentang terjadinya baku tembak saat penangkapan di rumah kontrakan Khairul Ghazali di Kota Tanjung Balai, dibantah pihak keluarga. Penelusuran yang dilakukan keluarga menunjukkan, tidak ada yang mendengar terjadinya baku tembak di rumah tersebut.

Adil Akhyar, adik kandung Ghazali, menuding penangkapan itu sarat rekayasa. Termasuk soal senjata yang ditemukan Densus 88 di rumah Ghazali saat penangkapan di Bunga Tanjung, Kecamatan Datuk Bandar Timur, Kota Tanjung Balai, Sumatera Utara (Sumut), sekitar 200 kilometer dari Medan.

“Kami menilai Kapolri sudah menebarkan kebohongan besar. Tidak ada kontak senjata di sana, dan tidak ada pagar manusia. Namanya di rumah, ya ada anak dan istri, mereka bukan pagar manusia,” kata Adil kepada wartawan di Medan, Selasa (21/9/2010).

Pihak keluarga meyakini, senjata-senjata jenis AK-47, pistol jenis FN serta sangkur yang dinyatakan Kapolri Jenderal Bambang Hendarso Danuri (BHD) ditemukan di rumah Ghazali, bisa saja memang dibawa polisi dan diletakkan di sana. Kemudian dinyatakan sebagai barang bukti.

Pasalnya, kata dia, Ghazali sangat jauh dari urusan senjata, dia hanya bekerja sebagai tabib, dan menulis. Ghazali, yang pernah tinggal di Malaysia selama hampir 10 tahun sebelum ke pindah ke Kota Tanjung Balai, punya pengalaman sebagai jurnalis untuk sebuah terbitan di sana.

Selain itu, keluarga juga mempertanyakan di mana anak dan istri Ghazali saat ini. Densus membawa serta istri Ghazali Cicih (35), dan empat orang anaknya. Termasuk salah seorang anak yang masih berusia sekitar satu bulan.

“Kami tidak mengetahui di mana Ghazali, dan di mana anak istrinya yang dibawa saat penangkapan itu. Kami sangat khawatir,” tukas Adil.

Berkenaan dengan dua orang yang ditembak mati di rumah Ghazali, Adil menyatakan keduanya adalah tamu yang datang saat berlebaran. Sebagai tabib, Ghazali banyak berkenalan dengan orang, dan sebagian di antaranya datang bersilaturrahmi.

Beberapa hari setelah penggerebekan, beredar foto-foto penggerebekan tersebut di internet. Selain beredarnya foto, mulai terkuak beberapa kejanggalan dalam aksi brutal Densus 88 ini. Salah satu korban tewas yang ditembak oleh Tim Densus 88, Yuki Wantoro (20), dikatakan oleh pihak keluarga bukanlah pelaku perampokan Bank CIMB yang dikait-kaitkan dengan "terorisme". Kaka Yuki Wantoro berujar bahwa adiknya berada di rumah saat aksi perampokan terjadi, dan Yuki mengetahui berita perampokan tersebut melalui televisi.

"Waktu terjadi perampokan dia (Yuki) dirumah," kata Yudi Mansur (34), kaka Yuki Wantoro.

Berikut foto-foto yang beredar di internet :

(dbs/arrahmah.com)



Source: http://arrahmah.com/index.php/news/read/9222/foto-penggerebekan-teroris-di-medan-beredar-di-internet#ixzz10bMTyL62

Astaghfirullah! Densus 88 Biadab Habisi Jamaah Sedang Shalat, Dua Tewas


Oleh Saif Al Battar pada Sabtu 25 September 2010, 11:09 PM

Medan (Arrahmah.com) - Tindakan yang dilakukan Densus 88 terhadap Khairul Ghozali bersama 4 orang jemaahnya saat shalat maghrib di Jalan Besar Medan-Tanjung Balai Asahan, dinilai sebagai tindakan yang biadab tidak berperikemanusiaan.

Pernyataan tersebut ditegaskan Adil Akhyar Al Medani, didampingi putri kandung ustadz Ghozali, Rabbaniyah (17) kepada Sumut Pos (grup Padang-Today.Com) Jumat (24/9) di Lembaga Bantuan Hukum (LBH) Medan Jalan Hindu Medan.

"Biadab. Saat orang shalat dihabisi, seolah-olah negera ini bukan Negara hukum. Dalam penyerangan biadab itu, dua orang jemaah itu tewas di tempat akibat ditembaki Densus 88, sedangkan seorang lagi dapat melarikan diri. Sementara itu abang saya, ustadz Ghozali itu terus dianiaya diinjak-injak densus, namun abang saya itu tetap terus shalatnya," tegas pemilik Pondok Pesantren Dakwah Daarul Syifaa.

Atas penyerangan yang tidak berprikemanusiaan itu, sambung Akhyar, diharapkan agar presiden segera meninjau dan membubarkan Densus 88 karena telah melanggar dan bertindak diluar hukum.

"Saya minta agar presiden SBY agar memperhatikan konfrensi pers ini. Jangan presiden hanya mendengarkan laporan sepihak dari Kapolri BHD. Kami juga meminta pada komisi III DPR-RI, untuk segera mngusut tuntsa kasus ini, dan segera meninjau kembali densus 88, karena sudah tidak berprikemanusiaan," tegas Akhyar.

Akhyar sendiri sudah mengetahui keberadaan abang kandungnya tersebut, ustadz Ghozali yang saat ini info yang dia terima berada di Mebes Polri.Sementara itu langkah hukum yang akan ditempuh keluarga besar Ghozali yakni sudah melamporkan kasus ini ke Amnesty Internasional.

"Saat ini kami sudah memberikan keterangan pada Amnesty Internasional, laporan tersebut sudah diterjemahkan kedalam bahasa Inggris, nah untuk keponakan saya yang masih berumur beberapa bulan yang ditahan Polres Tanjung Balai, bersama ibunya Kartini Panggabean, kami juga sudah melaporkan ke Komisi Perli Anak Indonesia," beber pria berjubah putih ini.

Akhyar juga menceritakan selamatnya Kartini Panggabean istri dari ustadz Ghozali, karena Cici (Kartini Panggabean red) berada di ruangan lain. "Namun usai penyerangan tersebut tidak berapa lama datang Polres Tanjung Balai, ke kediaman abang saya seolah-olah tidak mengetahui penyerangan tersebut.Saat itulah Kartini Panggabean bersama anaknya yang masih berumur beberapa bulan diboyong ke Polres, dengan alasan polisi untuk diminta keterangannya," terangnya.

Sementara itu salah seorang putri ustadz Ghozali, yakni Rabbaniyah, pelajar Kelas 2 SMA Kelas Muhammdiyah 18 Kampung Lalang yang turut mendampingi pamannya Adil Akhyar Al Medani, di LBH Medan Jalan Hindu Medan, berharap orangnya tuanya tersebut segera pulang kerumah untuk berkumpul bersama keluarganya.

"Saya berhaharap buya (ayah) pulang secepatnya untuk berkumpul bersama keluarga lagi.Saya yakin buya tidak bersalah untuk itu saya hanya hanya bisa menyerahkan dan berdoa pada Allah SWT," beber gadis manis berkerudung hijau ini. Walaupun, ayahnya dicap teroris oleh Densus 88, namun Rabbaniyah tetap percaya pada orang tuanya dan tetap bersemangat untuk bersekolah.

"Saya berharap kasus penganiayaan buya saya dilakukan Densus 88, saat menjalankan ibadah shalat maghrib, dapat menjadi perhatian serius dari bapak Presiden SBY, agar polisi-polisi itu segera ditindak tegas sesuai hukum yang berlaku," tegas Rabbaniyah. (padang-today/arrahmah.com)

Raih amal shalih, sebarkan informasi ini...



Source: http://arrahmah.com/index.php/news/read/9270/astaghfirullah-densus-88-biadab-habisi-jamaah-sedang-shalat-dua-tewas#ixzz10bC1OmUX

GHOSHOB

  Jika di pesantren, istilah ini sudah sangat familiar. Hanya saja pengertian dan prakteknya sesungguhnya ada perbedaan dari makna ghoshob s...