Senin, 20 Desember 2010

Analisa Doktrin Trinitas

Assalamu'alaykum Wr. Wb.
Telah umum dalam pemahaman orang-orang Kristen bahwa Tuhan dikonsepkan menjadi 3 oknum, yaitu : Tuhan Bapa (God the Father), Tuhan anak (Jesus the Christ) dan Tuhan Roh Kudus (The Holy Spirit); Dan ketiga-tiga oknum ini didalam keyakinan mereka merupakan sehakikat dan satu dalam kesatuannya.

Adanya kehadiran Jesus yang disebut sebagai Tuhan anak (The Son of God) didalam salah satu unsur ke-Tuhanan Kristen, tidak hanya dipandang sebagai kiasan (metafora), namun lebih cenderung dalam arti yang sebenarnya. Oleh karena perkataan Tuhan anak disini digunakan dalam arti yang sebenarnya, maka perkataan “Tuhan Bapa” disini seharusnya juga digunakan pula dalam arti "Bapa" yang sesungguhnya, sebab dengan demikian pemahaman ini menjadi benar.

Namun hal ini akan menjadikan suatu hal yang mustahil untuk dapat diterima oleh akal sehat !

Karena diri "anak" yang sebenarnya dari sesuatu, adalah mustahil akan memiliki suatu zat dengan diri sang "Bapa" yang sesungguhnya dari sesuatu itu juga.

Sebab pada ketika "zat" yang satu itu disebut anak, tidak dapat ketika itu juga "zat" yang satu ini disebut sebagai Bapa. Begitupula sebaliknya, yaitu pada ketika zat yang satu itu disebut sebagai Bapa, tidak dapat ketika itu kita sebut zat yang sama ini sebagai anak dari Bapa itu.

Ketika zat yang satu ini kita sebut sebagai Bapa, maka dimanakah zat anak ?
Tentunya kita semua sepakat bahwa kata apapun yang kita pakai dalam membicarakan Tuhan itu semata sebagai pengganti kata DIA (yaitu kata ganti yang tentu saja memang ada kata yang digantikannya, dan kata ZAT dalam konteks pembicaraan kita disini bukanlah kata zat yang dapat dibagi menjadi zat zair, padat dan gas.

Oleh karena dunia Kristen memiliki konsep pluralitas Tuhan dalam satu zat, maka disini telah terjadi suatu dilema yang sukar dan untuk menjawab hal ini, mereka selalu melarikan diri pada jawaban : "Misteri Tuhan yang sulit diungkapkan."

Suatu pernyataan yang mencoba menutupi ketidak berdayaan penganut Kristen didalam memberikan pemahaman mengenai doktrin keTuhanan mereka yang bertentangan dengan akal sehat.

Disatu sisi mereka memberikan kesaksian akan ke-Esaan dari Allah, namun pada sisi lain mereka juga dipaksa untuk menerima kehadiran unsur lain sebagai Tuhan selain Allah yang satu itu, logikanya adalah, jika disebut zat Tuhan Bapa lain dari zat Tuhan anak, maka akan nyata pula bahwa Tuhan itu tidak Esa lagi tetapi sudah menjadi dua (dualisme keTuhanan dan bukan Monotheisme).

Begitu pula dengan masuknya unsur ketuhanan yang ketiga, yaitu Roh Kudus, sehingga semakin menambah oknum ketuhanan yang satu menjadi tiga oknum yang berbeda satu dengan yang lainnya sehingga mau tidak mau pengakuan tentang ke-Esaan Tuhan (prinsip Monotheisme) akan menjadi sirna.

Khusus mengenai diri Tuhan Roh Kudus sendiri, didalam kitab Bible (di-Indonesia sering disebut al-kitab) kadangkala digambarkan sebagai api, sebagai burung dan lain sebagainya. Dan Tuhan Roh Kudus ini menurut kitab Perjanjian Lama (bagian awal dari al-Kitab) sudah seringkali hadir ditengah-tengah manusia, baik sebelum kelahiran Jesus, masa keberadaan Jesus ditengah para murid-muridnya hingga masa-masa setelah ketiadaan Jesus pasca penyaliban.

Dan menghadapi hal ini, kembali kita sebutkan bahwa unsur Tuhan sudah terpecah kedalam tiga zat yang berbeda. Sebab jika tetap dikatakan masih dalam satu zat (satu kesatuan), maka ketika itu juga terjadilah zat Tuhan Bapa adalah zat Tuhan anak kemudian zat Tuhan anak dan zat Tuhan Bapa itu adalah juga zat dari Tuhan Roh Kudus.

Pertanyaannya sekarang, sewaktu zat yang satu disebut Bapa, dimanakah anak ?
Dan sewaktu zat yang yang satu disebut sebagai Tuhan anak, maka dimanakah Tuhan Bapa serta Tuhan Roh Kudus ? Oleh sebab itu haruslah disana terdapat tiga wujud Tuhan dalam tiga zat yang berbeda.

Sebab yang memperbedakan oknum yang pertama dengan oknum yang kedua adalah ‘keanakan’ dan ‘keBapaan’. Sedang anak bukan Bapa dan Bapa bukan anak !

Jadi nyata kembali bahwa Tuhan sudah tidak Esa lagi.

Oleh karena itulah setiap orang yang mau mempergunakan akal pikirannya dengan baik dan benar akan menganggap bahwa ajaran Trinitas, bukanlah bersifat Monotheisme atau meng-Esakan Tuhan melainkan lebih condong kepada paham Polytheisme (sistem kepercayaan banyak Tuhan).

Dengan begitu, maka nyata sudah bahwa ajaran itu bertentangan dengan ajaran semua Nabi-nabi yang terdahulu yang mengajarkan bahwa Tuhan itu adalah Esa dalam arti yang sebenarnya.

Kita dapati dari kitab Perjanjian Lama, Perjanjian Baru (khususnya 4 Injil) sampai kepada kitab suci umat Islam yaitu al-Qur'an, tidak didapati konsep pluralitas ketuhanan sebagaimana yang ada pada dunia Kristen itu sendiri.

Pada masanya, Adam tidak pernah menyebut bahwa Tuhan itu ada tiga, demikian pula dengan Abraham, Daud, Musa, dan nabi-nabi sebelum mereka sampai pada Jesus sendiri juga tidak pernah mengajarkan asas ke-Tritunggalan Tuhan, apalagi dengan apa yang diajarkan oleh Nabi Muhammad Saw.

Lebih jauh lagi bila kita analisa konsep Trinitas ini menyebutkan bahwa oknum Tuhan yang pertama terbeda dengan Ke-Bapaan, karena itu ia disebut sebagai Tuhan Bapa (Dia dianggap sebagai Tuhan yang lebih tua), sementara oknum Tuhan kedua terbeda dengan Keanakan yang lahir menjadi manusia bernama Jesus dalam pengertian singkatnya bahwa Tuhan anak baru ada setelah adanya Tuhan Bapa, karena itu ia disebut sebagai sang anak.

Hal yang paling menarik lagi adalah tentang oknum Tuhan ketiga yaitu Roh Kudus yang justru terbeda sifatnya dengan keluarnya bagian dirinya dari Tuhan Bapa dan Tuhan anak, sehingga Bapa bukan anak dan anak bukan pula Bapak atau Roh Kudus.

Apabila sesuatu menjadi titik perbedaan sekaligus titik keistimewaan pada satu oknum, maka perbedaan dan keistimewaan itu harus juga ada pada zat oknum tersebut. Misalnya, satu oknum memiliki perbedaan dan keistimewaan menjadi anak, maka zatnya harus turut menjadi anak.

Artinya zat itu adalah zat anak, sebab oknum tersebut tidak dapat terpisah daripada zatnya sendiri. Apabila perbedaan dan keistimewaan itu ada pada zatnya, maka ia harus adapula pada zat Tuhan, karena zat keduanya hanya satu.

Oleh karena sesuatu tadi menjadi perbedaan dan keistimewaan pada satu oknum maka ia tidak mungkin ada pada oknum yang lain.

Menurut misal tadi, keistimewaan menjadi anak tidak mungkin ada pada oknum Bapa.
Apabila ia tidak ada pada oknum Bapa, maka ia tidak ada pada zatnya.
Apabila ia tidak ada pada zatnya, maka ia tidak ada pada zat Allah.
Karena zat Bapa dengan zat Tuhan adalah satu (unity).

Dengan demikian terjadilah pada saat yang satu, ada sifat keistimewaan tersebut pada zat Tuhan dan tidak ada sifat keistimewaan itu pada zat Tuhan.

Misalnya, Tuhan anak lahir menjadi manusia.
Apabila Tuhan anak menjadi manusia, maka zat Tuhan Bapa harus menjadi manusia karena zat mereka satu (sesuai dengan prinsip Monotheisme). Namun kenyataannya menurut dunia kekristenan bahwa Tuhan Bapa tidak menjadi manusia. Dengan demikian berarti zat Tuhan Allah tidak menjadi manusia.

Maka pada saat zat Tuhan Allah akan disebut menjadi manusia dan zat Tuhan Allah tidak menjadi manusia, maka ini menjadi dua yang bertentangan dan suatu konsep yang mustahil.

Ajaran Trinitas yang mengakui adanya Tuhan Bapa, Tuhan anak dan Tuhan Roh Kudus hanya dapat dipelajari dan dapat diterima secara baik hanya jika dunia Kristen mendefenisikannya sebagai 3 sosok Tuhan yang berbeda dan terlepas satu sama lainnya, dalam pengertian diakui bahwa Tuhan bukan Esa, melainkan tiga (Trialisme).

Siapapun tidak akan menolak bahwa Tuhan bersifat abadi, Alpha dan Omega, tidak berawal dan tidak berakhir, namun keberadaan Tuhan yang menjadi anak dan lahir dalam wujud manusia telah memupus keabadian sifat Tuhan didalam dunia Kristen, karena nyata ada Bapa dan ada anak alias telah ada Tuhan pertama yang lebih dulu ada yang disebut sebagai Tuhan tertinggi dan ada pula Tuhan yang baru ada setelah Tuhan yang pertama tadi ada.

Akal manusia dapat membenarkan, jika Bapa dalam pengertian yang sebenarnya harus lebih dahulu ada daripada anaknya.

Akal manusia akan membantah bahwa anak lebih dahulu daripada Bapa atau sang anak bersama-sama ada dengan Bapa, sebab bila demikian adanya tentu tidak akan muncul istilah Bapa maupun anak.

Apabila Tuhan Bapa telah terpisah dengan Tuhan anak dari keabadiannya, maka Tuhan anak itu tidak dapat disebut ‘diperanakkan’ oleh Tuhan Bapa. sebab Tuhan Bapa dan Tuhan anak ketika itu sama-sama abadi, Alpha dan Omega, sama-sama tidak berpermulaan dan tidak ada yang lebih dahulu dan yang lebih kemudian hadirnya.

Apabila ia disebut diperanakkan, maka yang demikian menunjukkan bahwa ia adanya terkemudian daripada Bapa. Karena sekali lagi, anak yang sebenarnya harus ada terkemudian daripada Bapa yang sebenarnya.

Apabila antara Tuhan Bapa serta Tuhan anak telah terbeda dari kekekalan, maka Tuhan Roh Kudus pun telah terbeda pula dari kekekalannya masing-masing, mereka bukan satu kesatuan tetapi 3 unsur yang berbeda.

Kenyataan ini justru didukung penuh oleh kitab Perjanjian Baru sendiri, bukti pertama bisa kita baca dalam Injil karangan Matius pasal 3 ayat 16 sampai 17 :

"Sesudah dibaptis, Jesus segera keluar dari air dan pada waktu itu juga langit terbuka dan ia (Jesus) melihat Roh Allah seperti burung merpati hinggap ke atasnya, lalu terdengarlah suara dari sorga (apakah sorga = langit? :-red) yang mengatakan: "Inilah Anak-Ku yang Kukasihi, kepada-Nyalah Aku berkenan." (Matius 3:16-17)

Pada ayat diatas secara langsung kita melihat keberadaan 3 oknum dari zat Tuhan yang berbeda secara bersamaan, yaitu satu dalam wujud manusia bernama Jesus dengan status Tuhan anak, satu berwujud seperti burung merpati (yaitu Tuhan Roh Kudus) dan satunya lagi Tuhan Bapa sendiri yang berseru dari sorga dilangit yang sangat tinggi.

Dengan berdasar bukti dari pemaparan Matius diatas, bagaimana bisa sampai dunia Kristen mempertahankan argumentasi paham Monotheisme didalam sistem ketuhanan mereka ?

Bukti lainnya yang menunjukkan perbedaan antara masing-masing zat Tuhan didalam dunia Kristen yang semakin membuktikan keterpisahan antara Tuhan yang satu dengan Tuhan yang lainnya dalam kemanunggalan mereka.

"Maka kata Jesus sekali lagi: Damai sejahtera bagi kamu! Sama seperti Bapa mengutus aku, demikian juga sekarang aku mengutus kamu !; dan sesudah berkata demikian, ia (Jesus) menghembusi mereka dan berkata: "Terimalah Roh Kudus" !." (Johanes 20:21-22)

Ayat Johanes diatas sebagaimana juga Matius pasal 3 ayat 16 dan 17, memaparkan mengenai keterbedaan zat Tuhan anak dan Tuhan Roh Kudus sehingga semakin jelas bahwa antara Tuhan Bapa, Tuhan anak dan Tuhan Roh Kudus tidak ada ikatan persatuan dan tidak dapat disebut Tuhan yang Esa, masing-masing Tuhan memiliki pribadinya sendiri, inilah sistem kepercayaan banyak Tuhan (Pluralisme ketuhanan) sebagaimana juga yang diyakini oleh orang-orang Yunani maupun Romawi tentang keragaman dewa-dewa mereka.

Konsep ini sama dengan konsep 3 makhluk bernama manusia, ada si Amir sebagai Bapa, ada si Jhoni sebagai anak dan adapula si Robin, ketiganya berbeda pribadi namun tetap memiliki kesatuan, yaitu satu dalam wujud, sama-sama manusia, tetapi apakah ketiganya sama ? Tentu saja tidak, mereka tetaplah 3 orang manusia.

Tuhan Bapa, Tuhan anak maupun Tuhan Roh Kudus adalah sama-sama Tuhan namun mereka tetap 3 sosok Tuhan yang berbeda, inilah sebenarnya konsep yang terkandung dalam paham Trinitas atau Tritunggal pada dunia Kristen.

Sebagai akhir dari Bab ini, maka kita kemukakan dua hal penting lain sebagai pengantar pemikiran kritis bagi orang-orang yang meyakini ide Trinitas dan mempercayai akan kemanunggalan Jesus dengan Allah.

Pertama, dunia Kristen Trinitas meyakini bahwa Jesus merupakan anak Tuhan sekaligus Tuhan itu sendiri yang lahir menjadi manusia untuk menerima penderitaan diatas kayu salib demi menebus kesalahan Adam yang telah membuat jarak yang jauh antara Tuhan dengan manusia.

Sekarang, bila memang demikian adanya, bisakah anda menyatakan bahwa pada waktu penyaliban terjadi atas diri Jesus maka pada saat yang sama Tuhan Bapa (Allah) telah ikut tersalibkan ?

Hal ini perlu diangkat sebagai acuan pemikiran yang benar, bahwa ketika Tuhan telah memutuskan diri-Nya untuk terlahir dalam bentuk manusia oleh perawan Mariah maka secara otomatis antara Jesus dengan Tuhan Bapa tidak berbeda, yang disebut Jesus hanyalah phisik manusiawinya saja tetapi isi dari ruhnya adalah Tuhan sehingga hal ini menjadikan diri Jesus disebut Tuhan anak.

Dalam keadaan apapun selama tubuh jasmani Jesus masih hidup dan melakukan aktivitas layaknya manusia biasa, pada waktu itu Ruh Tuhan pun tetap ada dalam badan jasmani tersebut dan tidak bisa dipisahkan, sebab jika Ruh Tuhan telah keluar dari badan kasarnya maka saat itu juga Jesus mengalami kematian, karena tubuh jasmani telah ditinggalkan oleh ruhnya.

Jadi logikanya, sewaktu tubuh jasmaniah Jesus disalibkan, maka zat Tuhan juga telah ikut tersalib, artinya secara lebih gamblang, Tuhan Bapa telah ikut disalib pada waktu bersamaan (sebab mereka satu kesatuan).

Pada waktu tubuh jasmani Jesus bercakap-cakap dengan para murid serta para sahabat lainnya maka pada waktu yang bersamaan sebenarnya Tuhan-lah yang melakukannya dibalik wadag tersebut.

Dan sekarang bila Jesus mengalami kejadian-kejadian tertentu seperti mengutuki pohon Ara karena rasa laparnya namun ia tidak menjumpai apa-apa disana selain daun (Matius 21:18-19) maka hal ini menyatakan ketidak tahuan dari diri Jesus mengenai segala sesuatu dan implikasinya bahwa Tuhan yang mengisi jiwa dari wadag manusia Jesus pun bukanlah Tuhan yang sebenarnya, sebab ia tidak bersifat maha mengetahui sedangkan pencipta alam semesta ini haruslah Tuhan yang mengenal ciptaan-Nya sekalipun itu dalam wujud makhluk paling kecil dan hitam yang tidak tampak secara kasat mata berjalan pada malam yang paling kelam sekalipun.

Dan pada waktu Jesus merasa sangat ketakutan sampai peluhnya membasahi sekujur tubuhnya bagaikan titik-titik darah yang berjatuhan ketanah (Lukas 22:44) maka pada saat yang sama kita menyaksikan Tuhan yang penuh kecacatan, betapa tidak, Tuhan justru frustasi dan kecewa sampai Dia mau mati (Matius 26:38) akibat ketakutan-Nya kepada serangan para makhluk ciptaan-Nya sendiri yang seharusnya justru menjadi lemah dan bukan ancaman menakutkan dimata Tuhan.

Dan didetik-detik tersebut kita dapati pada Matius pasal 26 ayat 36 sampai 39 Jesus telah memanjatkan doa yang ditujukan kepada Tuhan. Sungguh suatu kejanggalan yang sangat nyata sekali, betapa Tuhan telah menjadi makhluk dalam bentuk manusia dan Tuhan itu masih memerlukan bantuan dari pihak lain (dalam hal ini Tuhan itu butuh bantuan Tuhan juga), disinilah sebenarnya kita melihat kenyataan bahwa Jesus itu sendiri bukan Tuhan, dia hanyalah makhluk dan sebagai makhluk maka seluruh dirinya terlepas dari unsur-unsur ketuhanan, baik jasmani maupun rohaninya.

Karena itu dia pasti membutuhkan bantuan Tuhan yang sebenarnya, Tuhan yang Maha Tahu, Tuhan yang Maha Berkuasa atas segala sesuatu dari ciptaan-Nya serta Tuhan yang Maha Gagah.

Silahkan anda sebagai penganut paham Trinitas memikirkan hal-hal ini secara lebih kritis lagi. Adapun sekarang hal kedua yang ingin saya kemukakan sebagai penutup Bab pertama ini adalah sehubungan kembali dengan dakwaan Trinitas akan kemanunggalan Jesus dengan Tuhan dan mereka itu dianggap sebagai satu kesatuan, sehingga Jesus disebut sebagai Tuhan itu sendiri (makanya dikenal sebagai Tuhan Jesus).

Dalam banyak kitab dan pasal pada Perjanjian Baru, kita sebut saja misalnya Matius 26:64, Kisah Para Rasul 7:55-56, Roma 8:34 dan sebagainya telah disebut bahwa Jesus sebagai Tuhan anak telah duduk disebelah kanan Tuhan Bapa, artinya mereka berdua (antara Tuhan Bapa dengan Tuhan anak) merupakan dua Tuhan yang berbeda, tidakkah ini menyalahi sendiri konsep kemanunggalan Jesus pada Tuhan Bapa yang diklaim oleh pihak Trinitas sendiri ?

Bukankah semakin jelas kita melihat ada dua Tuhan dan bukan satu Tuhan, dan jika paham satu Tuhan disebut sebagai Tauhid atau Monotheisme maka sistem banyak Tuhan (lebih dari satu Tuhan) disebut sebagai Pluralisme Tuhan atau Polytheisme.

Semoga hal ini bisa membawa anda kepada pemikiran yang benar, logis serta penuh kedamaian kembali kepada ajaran yang bisa anda terima secara lurus... ISLAM.
Wassalam,

Imran Djau

Minggu, 19 Desember 2010

CHRISTIAN GONZALES STRIKER TIMNAS PSSI SANG MUALAF

Assalaamu'alaikum warohmatullohi wabarokatuh.

Berikut adalah artikel menarik, tentang Christian Gonzales atau Mustafa Habibi, striker Timnas PSSI, seorang mualaf. Semoga bermanfaat:


Setiap kali pertandingan akan digelar keesokan harinya, Eva sang istri selalu mengadakan pengajian yang dihadiri oleh ibu-ibu sekitar rumahnya dan diakhiri dengan pembacaan doa. Sementara pengajian berlangsung, Gonzales selalu memperhatikan pengajian dan duduk disamping Eva atau terkadang ia duduk di belakang ibu-ibu pengajian. Maka tidak heran jika Eva lupa tidak mempersiapkan pengajian orang yang pertama kali menegurnya adalah suaminya sendiri.

Namun Gonzales bukanlah manusia yang sempurna, sama seperti pemain lainnya dalam pertandingan sepak bola, konflik kadang tidak bisa dihindari. Tercatat pada tahun 2004, Gonzales pernah memiliki masalah dengan Abu Shaleh Pengurus Pengda PSSI Banten saat PSM Makassar menjamu Persikota Tanggerang. Tahun 2006, Gonzales bermasalah dengan Emanuel de Porras striker PSIS. Setahun kemudian Gonzales berurusan dengan wasit Rahmat Hidayat saat melawan Pelita Jaya Jawabarat dan pada tahun 2008 Gonzales berurusan dengan Erwinsyah Hasibuan bek dari PSMS.

Tentunya permaslahan ini berujung pada sanski yang dikeluarkan tim disiplin PSSI, mulai dari denda sampai larangan bermain. Sanksi ini bagi Gonzales merupakan ujian berat, dan pada saat yang sama guru-guru spiritual Gonzales selalu membingbing dan menyemangati Gonzales untuk tetap bangkit dan bersabar menerima cobaan. Terbukti, nasehat ini berhasil membawa Gonzales terus bangkit dan kembali berlaga untuk menciptakan gol di lapangan hijau.

Popularitas dan harta yang melimpah ruah tidak begitu mempengaruhi Gonzales, ia bukanlah tipe orang yang suka menghambur hamburkan uang. Bahkan ia akan sangat marah jika ada orang yang mengajaknya ke klub atau tempat hiburan malam dan tak segan Gonzales akan memutuskan hubungan dengan orang tersebut.

Harta yang ia raih dari perjuangannya di persepakbolaan lebih suka ia berikan kepada anak yatim, fakir miskin dan ibu-ibu pengajian sebagai zakat dan shadaqah. Hal ini dilakukan karena Gonzales mengetahui kewajiban zakat yang ia baca dari buku-buku keislaman milik istrinya.

Sempat Gonzales beserta istrinya berkeinginan untuk menunaikan haji tahun 2008, namun Allah berkehendak lain uang yang di dapatkan dari peralihan top skor sebanyak 50 juta digunakan guna membiayai operasi istrinya untuk melahirkan anak keempat, Vanesa Siregar Gonzales .

Menyangkut kebiasaanya dalam pertandingan sepak bola, pemain yang rajin bersih-bersih rumah ini setiap kali berangkat bertanding selalu membawa tasbih di dalam tasnya dan beberapa buku doa sebagai perbekalan.

Selain itu tidak seperti pemain muslim lainnya yang sujud syukur ketika menciptakan gol, bagi Gonzales bentuk rasa syukur ketika berhasil mencetak gol adalah dengan mengangkat telunjuknya ke mulut seraya menengadah ke langit, hal ini merupakan isyarat rasa syukur terhadap Allah yang Maha Esa. Tetapi kadang juga dengan sujud syukur.

Bahkan pada saat membela tim Persib Bandung, pria berkalung ayat kursi ini menggunakan nomor punggung 99. Nomor ini dipilih bukan tanpa alasan, 99 merupakan isyarat asma Allah yang dikenal dengan asmaul husna.

Terkait harapannya ke depan, Gonzales sangat perhatian dengan keluarga “Saya berharap anak-anak menjadi anak yang shaleh dan sehat wal afiyat, semoga Allah melindungi, supaya ketika masalah datang ya cepat hilang” demikian keinginan Gonzales.


Sahabat Hikmah...
Kadang seorang Mualaf lebih bersemangat dalam beragama.
Karena dia mau belajar dan karena mau mengamalkannya sedikit demi sedikit.

Sedangkan orang muslim yang tidak mau belajar, pasti dia tidak yakin dan tidak memahami agamanya sehingga untuk mengamalkannya pun menjadi beban.

Semoga kita tidak kalah dalam beribadah dengan Christian Gonzales.
Dan semoga Christian Gonzales atau Mustafa Habibi diberikan keistiqomahan, dan Indonesia bisa juara dalam piala AFF 2010 ini.

Kamis, 16 Desember 2010

Tiga Obat Buat Rakus dan Tamak

Jumat 17 Desember 2010 08:50

Previous
Left arrow key Next
Right arrow key Close
ILUSTRASI. (foto: Google)

ILUSTRASI. (foto: Google)
Ketahuilah bahwa obat ini terdiri dari tiga unsur: sabar, ilmu, dan amal. Secara keseluruhan terangkum dalam hal-hal berikut ini:

1. Ekonomis dalam kehidupan dan arif dalam membelanjakan harta.

2. Jika seseorang bisa mendapatkan kebutuhan yang mencukupinya, maka dia tidak perlu gusar memikirkan masa depan, yang bisa dibantu dengan membatasi harapan-harapan yang hendak dicapainya dan merasa yakin bahwa dia pasti akan mendapatkan rezeki dari Allah. Jika sebuah pintu rezeki tertutup baginya, sesungguhnya rezeki akan tetap menunggunya di pintu-pintu yang lain. Oleh karena itu hatinya tidak perlu merasa gusar.

وَكَأَيِّنْ مِنْ دَآبَّةٍ لاَ تَحْمِلُ رِزْقُهَا اللهُ يَرْزُقُهَا وَإيَّاكُمْ وَهُوَ السَّمِيْعُ الْعَلِيْمُ

“Dan berapa banyak binatang yang tidak (dapat) membawa (mengurus) rezekinya sendiri. Allah-lah yang memberi rezeki kepadanya dan kepadamu dan Dia Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.” (Qs. Al-’Ankabut: 60)

3. Hendaklah dia mengetahui bahwa qana`ah itu adalah kemuliaan karena sudah merasa tercukupi, dan dalam kerakusan dan tamak itu ada kehinaan karena dengan kedua sifat tersebut, dia merasa tidak pernah cukup. Barangsiapa yang lebih mementingkan hawa nafsunya dibandingkan kemuliaan dirinya, berarti dia adalah orang yang lemah akalnya dan tipis imannya.

4. Memikirkan orang-orang Yahudi dan Nasrani, orang-orang yang hina dan bodoh karena tenggelam dalam kenikmatan. Setelah itu hendaklah dia melihat kepada para nabi dan orang shalih, menyimak perkataan dan keadaan mereka, lalu menyuruh akalnya untuk memilih antara makhluk yang mulia di sisi Allah ataukah menyerupai penghuni dunia yang hina.

5. Dia harus mengerti bahwa menumpuk harta itu bisa menimbulkan dampak yang kurang baik. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

أُنْظُرُوا إِلَى مَنْ أَسْفَلَ مِنْكُمْ وَلاَ تَنْظُرُوا إِلَى مَنْ هُوَ فَوْقَكُمْ فَأَنَّهُ أَجْدَرُ أَنْ لاَ تَزْدَرُوا نِعْمَةَ اللهِ عَلَيْكُمْ

“Lihatlah orang yang di bawah kalian dan janganlah melihat orang yang di atas kalian, karena yang demikian itu lebih layak bagi kalian untuk tidak memandang hina nikmat yang Allah limpahkan kepada kalian.” (Hadits riwayat Muslim)

Hadits ini berlaku dalam urusan dunia. Adapun dalam urusan akhirat, maka hendaklah setiap muslim berlomba-lomba untuk mencapai derajat kedudukan tertinggi.

Penopang urusan ini adalah sabar dan membatasi harapan serta menyadari bahwa sasaran kesabarannya di dunia hanya berlangsung tidak seberapa lama untuk mendapatkan kenikmatan yang abadi, seperti orang sakit yang harus menunggu pahitnya obat saat menelannya, karena dia mengharapkan kesembuhan selama-lamanya.

Selasa, 07 Desember 2010

Mengapa Wanita Banyak Menghuni Neraka?




Sebuah pernyataan yang cukup lazim terdengar di telinga kita bahwa kebanyakan penduduk neraka dihuni oleh para wanita.

Berdasarkan Hadist Riwayat Bukhari dan Muslim, Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wassalam bersabda, “Aku melihat ke dalam surga maka aku melihat kebanyakan penduduknya adalah fuqara (orang-orang fakir) dan aku melihat ke dalam neraka maka aku menyaksikan kebanyakan penduduknya adalah wanita.”

Muncul pertanyaan di benak kita, apa yang menyebabkan kebanyakan wanita menjadi penduduk neraka? Dalam sebuah kisah ketika Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wassalam dan para shahabatnya melakukan shalat gerhana, Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wassalam melihat Surga dan neraka.

Ketika beliau melihat neraka beliau bersabda kepada para shahabatnya radhiyallahu 'anhum, “ … dan aku melihat neraka maka tidak pernah aku melihat pemandangan seperti ini sama sekali, aku melihat kebanyakan penduduknya adalah kaum wanita. Shahabat pun bertanya, “Mengapa (demikian) wahai Rasulullah?” Beliau Shalallahu ‘alaihi wassalam menjawab, “Karena kekufuran mereka.” Kemudian ditanya lagi, “Apakah mereka kufur kepada Allah?” Beliau menjawab, “Mereka kufur terhadap suami-suami mereka, kufur terhadap kebaikan-kebaikannya. Kalaulah engkau berbuat baik kepada salah seorang di antara mereka selama waktu yang panjang kemudian dia melihat sesuatu pada dirimu (yang tidak dia sukai) niscaya dia akan berkata, ‘Aku tidak pernah melihat sedikitpun kebaikan pada dirimu.’ ” (HR. Bukhari dari Ibnu Abbas radliyallahu 'anhuma)

Dalam hadits lainnya, Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wassalam menjelaskan tentang wanita penduduk neraka, beliau bersabda, “ … dan wanita-wanita yang berpakaian tetapi hakikatnya mereka telanjang, melenggak-lenggokkan kepala mereka karena sombong dan berpaling dari ketaatan kepada Allah dan suaminya, kepala mereka seakan-akan seperti punuk onta. Mereka tidak masuk Surga dan tidak mendapatkan wanginya Surga padahal wanginya bisa didapati dari jarak perjalanan sekian dan sekian.” (HR. Muslim dan Ahmad dari Abu Hurairah radliyallahu 'anhu)

Bagi para muslimah atau umumnya wanita ketika membaca atau mendengar hadist-hadist di atas sontak naik darah dan tidak bisa menerima sepenuhnya. Minimal akan berhujjah bahwasanya wanita bisa berbuat demikian karena ada penyebabnya, bukan tiba-tiba ingin berlaku demikian. Siapapun kalau ditanya tentu saja tidak ada yang ingin masuk neraka apalagi diklaim akan masuk neraka. Naudzubillah mindzalik!

Memang, berlayar mengarungi bahterah rumah tangga itu tidak semudah yang dibayangkan. Seorang muslimah tepatnya seorang istri, tidak saja harus membekali dirinya dengan ilmu agama yang cukup tapi juga mutlak dibutuhkan mental baja dan manajemen yang baik dalam mengelola gelombang kehidupan beserta segala pernak pernik yang menyertainya. Ketika urusan rumah tangga tidak pernah ada habisnya, anak-anak rewel dan kondisi fisik sedang tidak fit, kemudian suami pulang kerja minta dilayani tanpa mau perduli dengan kondisi kita, biasanya, dalam kondisi seperti ini tidak banyak wanita yang tetap mampu mengendalikan kesabarannya. Manusiawi bukan? Belum tentu!Justru dalam situasi seperti inilah keimanan dan kesabaran kita akan teruji. Apakah kita masih bisa mengeluarkan kata-kata manis sekaligus rona muka penuh dengan senyum ketulusan? Sulit memang! Tapi sulit bukan berarti tidak bisa!

Jika kita cermati hadist diatas secara seksama, maka akan kita dapati beberapa sebab mengapa wanita bisa menjadi penduduk minoritas di surga, di antaranya :

Pertama, kufur terhadap kebaikan-kebaikan suami. Sebuah fenomena yang sering kita saksikan, seorang istri yang mengingkari kebaikan-kebaikan suaminya dalam waktu yang panjang hanya karena satu hal yang tidak sesuai dengan keinginannya. Padahal seharusnya seorang istri selalu bersyukur terhadap apa-apa yang diberikan suaminya, karena Allah SWT tidak akan melihat istri yang seperti ini sebagaimana dijelaskan Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wassalam,“Allah tidak akan melihat kepada wanita yang tidak mensyukuri apa yang ada pada suaminya dan tidak merasa cukup dengannya.” (HR. Nasa’i di dalam Al Kubra dari Abdullah bin ‘Amr).

Kedua, durhaka terhadap suami. Durhaka yang sering dilakukan seorang istri adalah durhaka dalam ucapan dan perbuatan. Wujud durhaka dalam ucapan di antaranya ketika seorang istri membicarakan keburukan-keburukan suaminya kepada teman-teman atau keluarganya tanpa alasan yang dibenarkan oleh syar’i. Sedangkan durhaka dalam perbuatan diantaranya bersikap kasar atau menampakkan muka yang masam ketika memenuhi panggilan suami, tidak mau melayani suami dengan alasan yang tidak syar’i, pergi atau ke luar rumah tanpa izin suami, mengkhianati suami dan hartanya, membuka dan menampakkan apa yang seharusnya ditutupi dari anggota tubuhnya, atau sebaliknya enggan berdandan dan mempercantik diri untuk suaminya padahal suaminya menginginkan hal itu.

Jika demikian keadaannya maka sungguh merugi wanita-wanita yang kufur dan durhaka terhadap suaminya. Mereka lebih memilih jalan ke neraka daripada surga karena mengikuti hawa nafsu belaka.

Jalan ke surga memang tidaklah dihiasi dengan bunga-bunga nan indah, melainkan melalui rintangan-rintangan yang berat dan terjal. Tetapi ingatlah di ujung jalan ini Allah menjanjikan surga bagi orang-orang yang sabar menempuhnya.

Sementara, jalan menuju ke neraka penuh dengan keindahan yang menggoda dan setiap manusia sangat tertarik untuk melaluinya. Tetapi, sadarlah bahwa di ujung jalan ini, neraka telah menyambut dengan beragam siksa-Nya.

Lalu, bagaimana caranya agar para wanita atau para istri tidak terperosok ke dalam neraka?

Jangan pesimis, masih banyak cara dan tidak ada kata terlambat untuk memperbaiki diri jika kita ingin menjadi penduduk minoritas di surga.

Masih ingat kan, ketika rasulullah bersabda dalam sebuah hadist shahih jami’, “Perempuan apabila shalat 5 waktu, puasa di bulan ramadhan, memelihara kehormatannya serta taat kepada suaminya, maka masuklah dia dari pintu surga mana saja yang dia kehendaki.”

Mengacu dari hadist di atas, mari kita berlomba menegakkan sholat dengan lebih khusu’, memperbayak sholat-sholat sunah karena sholat yang benar dan khusu’ bisa membentengi diri kita dari perbuatan yang munkar. Selain puasa/shaum wajib di bulan romadhon, latihlah diri untuk terbiasa melakukan shaum sunah. Hiasilah diri dengan sabar dalam ketaatan dengan suami dan banyak-banyaklah beristigfar karena istigfar bisa meruntuhkan dosa-dosa kecil yang tidak kita sadari.

Dan juga ada sebuah amalan yang sepele tapi sering terlupakan adalah bershodaqoh (sedekah). Bershodaqohlah dalam keadaan lapang dan sempit karena Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wassalam pernah menuntunkan satu amalan yang dapat menyelamatkan kaum wanita dari adzab neraka.

Ketika beliau selesai khutbah hari raya yang berisikan perintah untuk bertakwa kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala dan anjuran untuk mentaati-Nya. Beliau pun bangkit mendatangi kaum wanita, beliau menasehati mereka dan mengingatkan mereka tentang akhirat kemudian beliau bersabda, “Bershadaqahlah kalian! Karena kebanyakan kalian adalah kayu bakarnya Jahanam!” Maka berdirilah seorang wanita yang duduk di antara wanita-wanita lainnya yang berubah kehitaman kedua pipinya, iapun bertanya, “Mengapa demikian, wahai Rasulullah?” Beliau menjawab, “Karena kalian banyak mengeluh dan kalian kufur terhadap suami!” (HR. Bukhari)

Bershadaqahlah! Karena shadaqah adalah satu jalan untuk menyelamatkan kalian dari adzab neraka. Semoga Allah Subhanahu wa Ta’ala menyelamatkan kita dari adzabnya. Amin. Wallahu’alam.

Minggu, 21 November 2010

Do'a Pemimpin Yang Adil, Satu Dari Do'a Mustajab

Pemimpin yang adil ibarat bayang-bayang Tuhan, sebab pengambilan kata adil sendiri berasal dari salah satu nama Allah SWT, yaitu Al-Adlu (Allah Yang Mahaadil). Adil bermakna menempatkan sesuatu pada tempatnya yang proporsional dan tepat.

Kebalikan adil adalah zalim, yaitu meletakkan sesuatu bukan pada tempat yang tepat. Allah SWT telah mengharamkan sifat dan perilaku zalim atas diri-Nya, dan ia juga diharamkan atas diri hamba-hamba-Nya. Perilaku adil akan menciptakan kesejateraan untuk rakyat. Sebagaimana zalim akan menghadirkan bencana, musibah, dan malapetaka.

Dalam hadis Qudsi-Nya Allah berfirman, "Sesungguhnya aku telah mangharamkan zalim itu atas diri-Ku, dan telah Aku jadikan zalim di antara kalian itu sesuatu yang diharamkan, karena janganlah kalian saling berlaku zalim.''

Dalam sebuah hadis juga diriwayatkan, ada tiga doa yang tidak akan ditolak oleh Allah SWT, yakni: doa orang yang berpuasa hingga ia berbuka, doa pemimpin yang adil, dan doa orang yang terzalimi (hak-haknya)." Mengapa doa pemimpin yang adil itu sangat mudah dikabulkan? Karena di pundaknya terletak berbagai pengharapan hajat hidup orang banyak.

Dikisahkan dalam sebuah riwayat yang masyhur, ketika Umar bin Khattab sedang menjabat sebagai khalifah, saat itu Gubernur Mesir, Amr bin Ash, mengadu tentang musim paceklik hebat dan berkepanjangan yang menimpa kaum Muslimin di negeri itu. Sungai Nil yang menjadi sumber penghidupan rakyat banyak tak lagi mengalirkan air.

Umar lalu memanggil Amr bin Ash untuk datang ke Madinah. Sang Khalifah lalu berkata, "Wahai Amr bin Ash bawalah suratku ini lalu lemparkanlah ia ke Sungai Nil!" Isi surat itu berupa doa Sang Khalifah.

Dalam surat itu, Umar yang dikenal sebagai pemimpin yang adil memanjatkan doa, "Wahai sungai, engkau adalah makhluk Allah yang diciptakan oleh-Nya untuk menolong hamba-Nya yang lain, jika engkau adalah makhluk ciptaan Allah bantulah hamba-hamba Allah dan mengalirlah engkau!" Sejak saat itu Sungai Nil tidak pernah lagi mengalami kekeringan.

Rasulullah SAW bersabda, "Ada tujuh golongan manusia yang akan mendapatkan perlindungan Allah, pada saat itu (hari Kiamat) tidak ada perlindungan siapa pun kecuali perlindungan-Nya." Di antara tujuh golongan yang kelak akan mendapatkan jaminan perlindungan-Nya adalah "pemimpin yang adil".

Dalam sebuah riwayat juga disebutkan bahwa pemimpin yang adil kelak akan disandingkan di dalam surga bersama para nabi dan rasul, syuhada, dan siddiqin (orang-orang yang membenarkan ajaran agama Islam), dan orang-orang shaleh.

Lalu bagaimana jika seorang pemimpin berkhianat? Rasulullah bersabda, "Barang siapa yang diangkat oleh Allah untuk memimpin suatu urusan rakyatnya, kemudian ia meninggal dunia, di mana saat ia meninggal dunia ia sedang berkhianat kepada rakyatnya, maka tiada lain kecuali telah Allah haramkan baginya masuk surga.''

Rabu, 17 November 2010

Hindarilah Kebathilan Agar Tidak Tersesat Dari Jalan Allah

oleh Fathuddin Ja’far

إن الحمد لله وحده, نحمده و نستعينه و نستغفره ونتوب اليه ونعوذ بالله من شرور أنفسنا وسيئات أعمالنا من يهده الله فهو المهتد ومن يضلله فلن تجد له وليا مرشدا, أشهد أن لا اله الا الله وحده لا شريك له وأشهد أن محمدا عبده ورسوله بلغ الرسالة وأدى الأمانة ونصح للأمة وتركنا على المحجة البيضاء ليلها كنهارها لا يزيغ عنها الا هلك, اللهم صل وسلم على نبينا محمد وعلى آله وصحبه ومن دعا بدعوته الى يوم الدين. أما بعد, فيا عباد الله اوصيكم ونفسي الخاطئة المذنبة بتقوى الله وطاعته لعلكم تفلحون. وقال الله تعالى في محكم التنزيل بعد أعوذ بالله من الشيطان الرجيم :

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آَمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلَا تَمُوتُنَّ إِلَّا وَأَنْتُمْ مُسْلِمُونَ (ال عمران : 102)

Kaum muslimin rahimakumullah..

Pertama-tama, marilah kita tingkatkan kualitas taqwa kita pada Allah dengan berupaya maksimal melaksanakan apa saja perintah-Nya yang termaktub dalam Al-Qur’an dan juga Sunnah Rasul saw. Pada waktu yang sama kita dituntut pula untuk meninggalkan apa saja larangan Allah yang termaktub dalam Al-Qur’an dan juga Sunnah Rasul Saw. Hanya dengan cara itulah ketaqwaan kita mengalami peningkatan dan perbaikan...

Selanjutnya, shalawat dan salam mari kita bacakan untuk nabi Muhammad Saw sebagaimana perintah Allah dalam Al-Qur’an :

أعوذ بالله من الشيطان الرجيم

إِنَّ اللَّهَ وَمَلائِكَتَهُ يُصَلُّونَ عَلَى النَّبِيِّ يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آَمَنُوا صَلُّوا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوا تَسْلِيمًا

Sesungguhnya Allah dan malaikat-Nya bershalawat atas Nabi (Muhammad Saw). Wahai orang-orang beriman, ucapkan shalawat dan salam atas Nabi (Muhammad) Saw. (Al-Ahzab : 56)

Kaum Muslimin rahimakumullah..

Di akhir zaman seperti sekarang ini banyak hal terjadi yang sulit dicerna oleh akal sehat kita. Di antaranya ialah kaum Muslimin seakan berlomba meninggalkan ajaran Islamnya. Mereka lebih suka menjalankan ajaran ciptaan manusia dan peninggalan nenek moyang, ketimbang sistem ciptaan Allah, Pencipta mereka sendiri. Padahal jelas semua ajaran itu tidak akan dapat menyelamatkan diri baik di dunia apalagi di akhirat. Hanya sistem ciptaan Allah yang mampu menjamin keselamatan manusia di dunia dan juga akhirat kelak. Allah berfirman :

وَمَنْ يَبْتَغِ غَيْرَ الْإِسْلَامِ دِينًا فَلَنْ يُقْبَلَ مِنْهُ وَهُوَ فِي الْآَخِرَةِ مِنَ الْخَاسِرِينَ

Dan siapa yang mencari selain Islam sebagai dien (sistem hidup), maka tidak akan diterima darinya dan di akhirat dia termasuk orang-orang yang merugi. (QS. Ali Imran : 85)

Di tingkat Penguasa dan pemerintah negeri-negeri Muslim yang masih mengaku Muslim, dengan berbagai dalih, mereka malah memerangi Islam, ajarannya dan para penyeru Islam dengan terang-terangan. Lebih menyedihkan lagi, para pejuang Islam dan para da’i yang dulunya mati-matian menyebarkan nilai-nilai Islam tak sedikit yang telah berubah orientasi. Di mata mereka, Islam bukan lagi hal yang menarik untuk dijadikan jalan hidup dan sistem hidup yang akan mengatur detil-detil kehidupan di dunia ini. Mereka tanpa malu mencari dan menerapkan jalan lain selain Islam yang digunakan untuk mengatur semua aspek kehidupan di dunia ini, kendati terkadang masih memakai nama dan baju Islam.

Sesungguhnya meyakini kebenaran Islam dan memahami ajarannya dengan baik belum cukup sebagai bukti keimanan dan keislaman kita. Keyakinan dan pemaham tersebut menuntut perjuangan yang tak kenal henti dan tak kenal menyerah dan kompromi sampai titik darah penghabisan. Karena hakikat dakwan dan perjuangan dalam Islam bukanlah penguasaan atas berbagai fasilitas kehidupan seperti, kedudukan, harta, dan sekeping tanah tertentu, melainkan ketaatan yang mutlak kepada apa saja perintah Allah, baik dalam bentuk amar (perintah) maupun nahyi (larangan). Itulah puncak tauhid ubudiyah seorang Muslim. Itu pulalah yang membedakan antara Muslim yang berdakwah dan berjuang karena Allah dan yang berdakwah dan berjuang karena harta dan kedudukan.

Perjalanan dakwah yang sudah berumur lebih 14 abad itu mengajarkan kepada kita bahwa istiqomah fi thariqillah (konsisten di jalan Allah) dan tsabat fi sabiliddakwah (kokoh di jalan dakwah) serta ‘adamul isti’jal wal intifa’ minaddakwah (tidak tergesa-gesa dan tidak memanfaatkan dakwah untuk kepentingan duniawi) adalah syarat mutlak yang harus dimiliki oleh para du’at ilallah. Orang-orang yang tidak istiqomah, tidak tsabat serta isti’jal dan memiliki sifat intifa’ dalam meniti jalan dakwah akan mudah tersesat dari jalan dakwah yang lurus bila menghadapi berbagai ujian dan cobaan, khususnya cobaan keduniaan berupa harta dan kekuasaan. Ketersesatan itu akan semakin jauh dan nyata apabila dakwah itu dijadikan sumber meraup keuntungan dunia berupa pangkat, kedudukan, harta, status sosial dan berbagai plakat dunia lainnya.

Sebab itu Rasul Saw. mengajarkan kepada kita doa agar tetap dalam hidayah-Nya dan mampu melihat dan menghindari kebatilan agar tidak tersesat dari jalan Allah, seperti yang dituiskan Ibnu Katsir dalam tafsirnya ketika menjelaskan ayat 214 dari surat Al-Baqoroh :

اللهم، أرنا الحق حَقّا وارزقنا اتباعه، وأرنا الباطل باطلا ووفّقنا لاجتنابه، ولا تَجْعَلْه ملتبسًا علينا فنضل، واجعلنا للمتقين إمامًا.

Yaa Allah. Perlihatkanlah kepada kami yang Hak itu adalah Hak dan anugerahkanlah kepada kami kemampuan mengkutinya. Dan perlihatkanlah kepada kami yang Bathil itu adalah Bathil dan anugerahkanlah kepada kami taufik untuk menghindarinya. Janganlah Engkau jadikan kebathilan itu samar di mata kami, nanti kami bisa tersesat (dari jaln-Mu). Dan jadikanlah kami pemimpin bagi orang-orang yang bertaqwa.

Kaum Muslimin rahimakumullah..

Sebagaimana Hidayah ada sebab pemberiannya, maka Dholalah (Kesesatan) juga ada sebabnya. Penyebabnya bisa karena tergiur dan tertipu oleh godaan setan dan bisa juga kerena dorongan syahwat dalam diri sendiri, sperti :

1. Mengingkari (Kufur) dan menyekutukan (syirik) Tuhan Pencipta serta menolak agama-Nya yang bersih dari ajaran syirik, seperti yang Allah jelaskan dalam firman-Nya :

أَلا لِلَّهِ الدِّينُ الْخَالِصُ وَالَّذِينَ اتَّخَذُوا مِنْ دُونِهِ أَوْلِيَاءَ مَا نَعْبُدُهُمْ إِلا لِيُقَرِّبُونَا إِلَى اللَّهِ زُلْفَى إِنَّ اللَّهَ يَحْكُمُ بَيْنَهُمْ فِي مَا هُمْ فِيهِ يَخْتَلِفُونَ إِنَّ اللَّهَ لا يَهْدِي مَنْ هُوَ كَاذِبٌ كَفَّارٌ

“Ingatlah, hanya kepunyaan Allah-lah agama yang bersih (dari syirik). Dan orang-orang yang mengambil pelindung selain Allah (berkata): "Kami tidak menyembah mereka melainkan supaya mereka mendekatkan kami kepada Allah dengan sedekat-dekatnya". Sesungguhnya Allah akan memutuskan di antara mereka tentang apa yang mereka berselisih padanya. Sesungguhnya Allah tidak menunjuki orang-orang yang pendusta dan sangat ingkar.” (Q.S. Az-Zumar: 3)

2. Merubah aturan hidup yang ditetapkan Allah, (menghalalkan yang diharamkan Allah dan mengharamkan yang dihalalkan Allah), seperti yang Allah jelaskan dalam firman-Nya :

إِنَّمَا النَّسِيءُ زِيَادَةٌ فِي الْكُفْرِ يُضَلُّ بِهِ الَّذِينَ كَفَرُوا يُحِلُّونَهُ عَامًا وَيُحَرِّمُونَهُ عَامًا لِيُوَاطِئُوا عِدَّةَ مَا حَرَّمَ اللَّهُ فَيُحِلُّوا مَا حَرَّمَ اللَّهُ زُيِّنَ لَهُمْ سُوءُ أَعْمَالِهِمْ وَاللَّهُ لا يَهْدِي الْقَوْمَ الْكَافِرِينَ

Sesungguhnya mengundur-undurkan bulan Haram itu adalah menambah kekafiran, disesatkan orang-orang yang kafir dengan mengundur-undurkan itu, mereka menghalalkannya pada suatu tahun dan mengharamkannya pada tahun yang lain, agar mereka dapat mensesuaikan dengan bilangan yang Allah mengharamkannya maka mereka menghalalkan apa yang diharamkan Allah. (Setan) menjadikan mereka memandang baik perbuatan mereka yang buruk itu. Dan Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang kafir. (Q.S. Attaubah: 37)

3. Berbuat zalim dengan mengingkari Tuhan Pencipta atau bersikap sebagai Tuhan, seperti yang dijelaskan Allah dalam firman-Nya :

أَلَمْ تَرَ إِلَى الَّذِي حَاجَّ إِبْرَاهِيمَ فِي رَبِّهِ أَنْ آتَاهُ اللَّهُ الْمُلْكَ إِذْ قَالَ إِبْرَاهِيمُ رَبِّيَ الَّذِي يُحْيِي وَيُمِيتُ قَالَ أَنَا أُحْيِي وَأُمِيتُ قَالَ إِبْرَاهِيمُ فَإِنَّ اللَّهَ يَأْتِي بِالشَّمْسِ مِنَ الْمَشْرِقِ فَأْتِ بِهَا مِنَ الْمَغْرِبِ فَبُهِتَ الَّذِي كَفَرَ وَاللَّهُ لا يَهْدِي الْقَوْمَ الظَّالِمِينَ

“Apakah kamu tidak memperhatikan orang yang mendebat Ibrahim tentang Tuhan Penciptanya (Allah) karena Allah telah memberikan kepada orang itu pemerintahan (kekuasaan). Ketika Ibrahim mengatakan: "Tuhan Penciptaku ialah Yang menghidupkan dan mematikan," orang itu berkata: "Saya dapat menghidupkan dan mematikan". Ibrahim berkata: "Sesungguhnya Allah menerbitkan matahari dari timur, maka terbitkanlah dia dari barat," lalu heran terdiamlah orang kafir itu; dan Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang zalim.” (Q.S. Al-Baqarah: 258)

4. Menukar keimanan kepada Allah dengan kekufuran kepada-Nya, seperti dijelaskan Allah dalam firman-Nya :

أَمْ تُرِيدُونَ أَنْ تَسْأَلُوا رَسُولَكُمْ كَمَا سُئِلَ مُوسَى مِنْ قَبْلُ وَمَنْ يَتَبَدَّلِ الْكُفْرَ بِالإِيمَانِ فَقَدْ ضَلَّ سَوَاءَ السَّبِيلِ

“Apakah kamu menghendaki untuk meminta kepada Rasul kamu seperti Bani Israel meminta kepada Musa pada zaman dahulu? Dan barang siapa yang menukar iman dengan kekafiran, maka sungguh orang itu telah sesat dari jalan (hidup) yang lurus. (Q.S. Al-Baqarah: 108)

5. Mengaku beriman pada Kitab-Kitab Allah, akan tetapi dalam kehidupan menginginkan dan menerapkan sistem (hukum) thaghut (selain hukum Allah), seperti yang Allah jelaskan dalam firman-Nya :

أَلَمْ تَرَ إِلَى الَّذِينَ يَزْعُمُونَ أَنَّهُمْ آمَنُوا بِمَا أُنْزِلَ إِلَيْكَ وَمَا أُنْزِلَ مِنْ قَبْلِكَ يُرِيدُونَ أَنْ يَتَحَاكَمُوا إِلَى الطَّاغُوتِ وَقَدْ أُمِرُوا أَنْ يَكْفُرُوا بِهِ وَيُرِيدُ الشَّيْطَانُ أَنْ يُضِلَّهُمْ ضَلالا بَعِيدًا (60)

Apakah kamu tidak memperhatikan orang-orang yang mengaku dirinya telah beriman kepada apa yang diturunkan kepadamu dan kepada apa yang diturunkan sebelum kamu? Mereka hendak berhakim kepada thaghut, padahal mereka telah diperintah mengingkari thaghut itu. Dan setan bermaksud menyesatkan mereka (dengan) penyesatan yang sejauh-jauhnya. (Q.S. An-Nisa’: 60)

Kaum muslimin rahimakumullah..

Penyebab kesesatan yang lain ialah :

6. Sifat nifaq (kemunafikan), di antaranya, suka menipu Allah, malas menunaikan shalat, beramal untuk mendapatkan pujian manusia dan tidak bisa banyak berzikir pada Allah, seperti yang dijelaskan Allah dalam firman-Nya :

إِنَّ الْمُنَافِقِينَ يُخَادِعُونَ اللَّهَ وَهُوَ خَادِعُهُمْ وَإِذَا قَامُوا إِلَى الصَّلاةِ قَامُوا كُسَالَى يُرَاءُونَ النَّاسَ وَلا يَذْكُرُونَ اللَّهَ إِلا قَلِيلا (142) مُذَبْذَبِينَ بَيْنَ ذَلِكَ لا إِلَى هَؤُلاءِ وَلا إِلَى هَؤُلاءِ وَمَنْ يُضْلِلِ اللَّهُ فَلَنْ تَجِدَ لَهُ سَبِيلا (143)

Sesungguhnya orang-orang munafik itu menipu Allah, dan Allah akan membalas tipuan mereka. Dan apabila mereka berdiri untuk shalat mereka berdiri dengan malas. Mereka bermaksud riya (dengan shalat) di hadapan manusia. Dan tidaklah mereka menyebut Allah kecuali sedikit sekali (142) Mereka dalam keadaan ragu-ragu antara yang demikian (iman atau kafir): tidak masuk kepada golongan ini (orang-orang beriman) dan tidak (pula) kepada golongan itu (orang-orang kafir). Barang siapa yang disesatkan Allah, maka kamu sekali-kali tidak akan mendapat jalan (untuk memberi petunjuk) baginya.(143) (Q.S. An-Nisa’: 142 – 143)

7. Membunuh anak karena takut miskin, karena perbuatan tersebut menolak rezeki (anak) yang diberikan Allah. Tindakan tersebut juga menyebabkan mereka mengalami kerugian besar. Hal ini dijelaskan Allah dalam firman-Nya:

قَدْ خَسِرَ الَّذِينَ قَتَلُوا أَوْلادَهُمْ سَفَهًا بِغَيْرِ عِلْمٍ وَحَرَّمُوا مَا رَزَقَهُمُ اللَّهُ افْتِرَاءً عَلَى اللَّهِ قَدْ ضَلُّوا وَمَا كَانُوا مُهْتَدِينَ

“Sesungguhnya rugilah orang yang membunuh anak-anak mereka karena kebodohan lagi tidak mengetahui, dan mereka mengharamkan (menolak) apa yang Allah telah rezekikan kepada mereka dengan semata-mata mengada-adakan terhadap Allah. Sesungguhnya mereka telah sesat dan tidaklah mereka mendapat petunjuk.” (Q.S. Al-An’am: 140)

8. Tidak mau menggunakan hati, mata dan telinga (kecerdasan Spritual, Emotional dan Intellectual) untuk mengenal dan memahami Kebesaran dan Keagungan Allah, seperti yang Allah jelaskan dalam firman-Nya :

وَلَقَدْ ذَرَأْنَا لِجَهَنَّمَ كَثِيرًا مِنَ الْجِنِّ وَالإِنْسِ لَهُمْ قُلُوبٌ لا يَفْقَهُونَ بِهَا وَلَهُمْ أَعْيُنٌ لا يُبْصِرُونَ بِهَا وَلَهُمْ آذَانٌ لا يَسْمَعُونَ بِهَا أُولَئِكَ كَالأَنْعَامِ بَلْ هُمْ أَضَلُّ أُولَئِكَ هُمُ الْغَافِلُونَ (179)

"Dan sesungguhnya Kami jadikan untuk isi Neraka Jahannam kebanyakan dari jin dan manusia, mereka mempunyai hati, tetapi tidak dipergunakannya untuk memahami (ayat-ayat Allah) dan mereka mempunyai mata (tetapi) tidak dipergunakannya untuk melihat (tanda-tanda kekuasaan Allah), dan mereka mempunyai telinga (tetapi) tidak dipergunakannya untuk mendengar (ayat-ayat Allah). Mereka itu sebagai binatang ternak, bahkan mereka lebih sesat lagi. Mereka itulah orang-orang yang lalai." (Q.S. Al-A’raf: 179)

9. Mengikuti hawa nafsu, seperti yang dijelaskan Allah dalam firman-Nya :

بلِ ا تَّبَعَ الَّذِينَ ظَلَمُوا أَهْوَاءَهُمْ بِغَيْرِ عِلْمٍ فَمَنْ يَهْدِي مَنْ أَضَلَّ اللَّهُ وَمَا لَهُم مِنْ نَاصِرِينَ

“Tetapi orang-orang yang zalim mengikuti hawa nafsunya tanpa ilmu pengetahuan; maka siapakah yang akan menunjuki orang yang telah disesatkan Allah? Dan tiadalah bagi mereka seorang penolong pun.” (Q.S. Ar-Rum: 29)

10. Sifat dan sikap melampaui batas (melanggar) aturan Allah dan ragu-ragu terhadap Risalah Rasulullah, seperti yang Allah jelaskan dalam firman-Nya :

وَلَقَدْ جَاءَكُمْ يُوسُفُ مِنْ قَبْلُ بِالْبَيِّنَاتِ فَمَا زِلْتُمْ فِي شَكٍّ مِمَّا جَاءَكُمْ بِهِ حَتَّى إِذَا هَلَكَ قُلْتُمْ لَنْ يَبْعَثَ اللَّهُ مِنْ بَعْدِهِ رَسُولا كَذَلِكَ يُضِلُّ اللَّهُ مَنْ هُوَ مُسْرِفٌ مُرْتَابٌ

Dan sesungguhnya telah datang sebelumnya Yusuf kepadamu dengan membawa keterangan-keterangan, tetapi kamu senantiasa dalam keraguan tentang apa yang dibawanya kepadamu, hingga ketika dia meninggal, kamu berkata: "Allah tidak akan mengirim seorang (rasul pun) sesudahnya". Demikianlah Allah menyesatkan orang-orang yang melampaui batas dan ragu-ragu.” (Q.S. Al-Mu’min: 34)

11. Tidak mau meyakini kebenaran ayat-ayat Allah ( Al-Qur’an) dan ayat-ayat Allah dalam alam semesta, seperti yang dijelaskan Allah dalam firman-Nya :

إِنَّ الَّذِينَ لا يُؤْمِنُونَ بِآيَاتِ اللَّهِ لا يَهْدِيهِمُ اللَّهُ وَلَهُمْ عَذَابٌ أَلِيمٌ

“Sesungguhnya orang-orang yang tidak beriman (meyakini kebenaran) kepada ayat-ayat Allah (Al Qur'an) Allah tidak akan memberi petunjuk kepada mereka dan bagi mereka azab yang pedih.” (Q.S. An-Nahl: 104)

Kaum Muslimin rahimakumullah...

Demikianlah khutbah ini, semoga Allah membantu dan menolong kita dalam menjalani kehidupan dunia yang sementara ini sesuai dengan kebenaran Islam. Semoga Allah pilih kita menjadi orang-orang yang sukses di akhirat kelak, yakni dijauhkan dari neraka dan dimasukkan ke dalam Syurga. Semoga Allah berkenan menghimpunkan kita di syurga Firdaus yang paling tinggi bersama Rasul Saw, para shiddiqin, syuhada’, dan shalihin sebagaimana Allah himpunkan kita di tempat yang mulia ini. Allahumma amin..

بارك الله لي ولكم في القرآن العظيم ونفعني وإياكم بما فيه من الآيات و الذكر الحكيم أقول قولي هذا وأستغفر الله لي ولكم إنه تعالى جواد كريم ملك رؤوف رحيم إنه هو السميع العليم ......

Mengapa Kita Memilih Islam

oleh Fathuddin Ja’far

إن الحمد لله وحده, نحمده و نستعينه و نستغفره ونتوب اليه ونعوذ بالله من شرور أنفسنا وسيئات أعمالنا من يهده الله فهو المهتد ومن يضلله فلن تجد له وليا مرشدا, أشهد أن لا اله الا الله وحده لا شريك له وأشهد أن محمدا عبده ورسوله بلغ الرسالة وأدى الأمانة ونصح للأمة وتركنا على المحجة البيضاء ليلها كنهارها لا يزيغ عنها الا هلك, اللهم صل وسلم على نبينا محمد وعلى آله وصحبه ومن دعا بدعوته الى يوم الدين. أما بعد, فيا عباد الله اوصيكم ونفسي الخاطئة المذنبة بتقوى الله وطاعته لعلكم تفلحون. وقال الله تعالى في محكم التنزيل بعد أعوذ بالله من الشيطان الرجيم :

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آَمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلَا تَمُوتُنَّ إِلَّا وَأَنْتُمْ مُسْلِمُونَ (ال عمران : 102)

Kaum muslimin rahimakumullah..

Pertama-tama, marilah kita tingkatkan kualitas taqwa kita pada Allah dengan berupaya maksimal melaksanakan apa saja perintah-Nya yang termaktub dalam Al-Qur’an dan juga Sunnah Rasul saw. Pada waktu yang sama kita dituntut pula untuk meninggalkan apa saja larangan Allah yang termaktub dalam Al-Qur’an dan juga Sunnah Rasul Saw. Hanya dengan cara itulah ketaqwaan kita mengalami peningkatan dan perbaikan...

Selanjutnya, shalawat dan salam mari kita bacakan untuk nabi Muhammad Saw sebagaimana perintah Allah dalam Al-Qur’an : أعوذ بالله من الشيطان الرجيم

إِنَّ اللَّهَ وَمَلائِكَتَهُ يُصَلُّونَ عَلَى النَّبِيِّ يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آَمَنُوا صَلُّوا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوا تَسْلِيمًا

Sesungguhnya Allah dan malaikat-Nya bershalawat atas Nabi (Muhammad Saw). Wahai orang-orang beriman, ucapkan shalawat dan salam atas Nabi (Muhammad) Saw. ( Al-Ahzab : 56)

Kaum Muslimin rahimakumullah..

Mengapa kita memilih Islam sebagai agama dan sistem hidup? Inilah pertanyaan besar saat ini yang perlu kita jawab. Karena banyak usaha yang dilakukan oleh musuh-musuh Islam untuk tasykik (membuat ragu) kaum Muslimin pada agama mereka. Kita mendengar dan melihat upaya kaum sekuler yang berpendidikan Barat atau yang terpengaruh oleh Barat agar Islam itu dipahami dan diyakini hanya dalam masalah ubudiyah individual dan tidak ada ajarannya yang terkait dengan masyarakat, Negara dan pemerintahan. Ada lagi yang mencoba untuk menggiring umat Islam untuk takut kepada Islamnya dengan mengangkat dan mengembangkan agenda terorisme terus menerus seperti yang dilakukan Amerika dan sekutunya di seluruh dunia Islam. Padahal sampai saat ini, defenisi teroris yang mereka rumuskan adalah menjurus kepada para aktivis Islam yang menginginkan Islam tegak di negerinya dan berusaha untuk membebaskan negeri-negeri Islam dari berbagai pengaruh asing yang bertentangan dengan Islam. Apa yang dituduhkan terhadap mereka, belum tentu seperti yang mereka lakukan. Karena penanganannya sangat represif dan jauh dari proses yang adil, kendati dalam batas-batas hukum yang berlaku yang mereka ciptakan sendiri.

Yang lebih menyedihkan lagi, tak sedikit pula dari kalangan Islam itu sendiri dan yang mengaku memperjuangkan Islam berupaya menarik dan menyimpangkan perjuangan umat Islam demi meraih kepentingan politik dan dunia yang amat sedikit itu jika dibandingkan dengan apa yang dijanjikan Allah bagi mereka di akhirat kelak berupa ampunan, syurga dan keridhaan-Nya. Ditambah lagi ta’ash-shub (fanatik buta) jamaah dan kelompok-kelompok umat Islam sehingga seakan kebenaran itu mutlak milik mereka. Bagi yang berbeda pendapat, mereka anjurkan keluar saja dan mencari jamaah atau kelompok lain saja. Apalagi ada pula jamaah atau kelompok yang seakan kunci syurga atau neraka ada di tangan mereka. Sebab itu, dengan mudahnya mereka mengobral kunci tersebut kepada kaum Muslimin yang masih awam terhadap Islam dan memerlukan pengajaran dan bimbingan tentang hakikat ajaran Islam.

Akhirnya, banyak umat Islam menjadi bingung dan ragu terhadap agama mereka sendiri. Tak jarang pula di antara mereka yang menjadi jauh dari Islam dan dakwah Islam serta takut pada Islam. Kondisi seperti ini tentunya tidak menguntungkan umat Islam, melainkan yang diuntungkan adalah umat lain yang benci dan selalu memerangi Islam dan umatnya.

Kaum Muslimin rahimakumullah..

Sekali lagi, kita harus bertanya kepada diri kita : Mengapa kita memilih Islam sebagai agama yang kita yakini kebenarannya dan kecanggihannya dalam mengatur kehidupan kita dan juga umat manusia dalam mewujudkan kebahagiaan dan keselamatan di dunia dan terlebih lagi di akhirat kelak.

Paling tidak ada lima (5) alasan mengapa kita memilih Islam itu sebagai agama atau sistem yang mengatur kehidupan kita di dunia :

1. Islam itu datang dari Allah untuk kepentingan manusia yang diciptakan-Nya. Islam itu berupa sistem (software) yang diciptakan Allah spesial untuk manusia, bukan untuk makhluk yang lainnya. Allah menjelaskan dalam firman-Nya :

إِنَّ الدِّينَ عِنْدَ اللَّهِ الْإِسْلَامُ وَمَا اخْتَلَفَ الَّذِينَ أُوتُوا الْكِتَابَ إِلَّا مِنْ بَعْدِ مَا جَاءَهُمُ الْعِلْمُ بَغْيًا بَيْنَهُمْ وَمَنْ يَكْفُرْ بِآَيَاتِ اللَّهِ فَإِنَّ اللَّهَ سَرِيعُ الْحِسَابِ

Sesungguhnya agama (yang diridhai) disisi Allah hanyalah Islam. Tiada berselisih orang-orang yang telah diberi Al Kitab (Yahudi dan Nasrani) kecuali sesudah datang pengetahuan kepada mereka, karena kedengkian (yang ada) di antara mereka. Barangsiapa yang kafir terhadap ayat-ayat Allah maka sesungguhnya Allah sangat cepat perhitungan-Nya. (QS. Ali Imran : 19)

Sebab itu, mengamalkan ajaran Islam dengan benar dan menyeluruh adalah bukti otentik ubudiyah kepada Allah dan bukti tidak syirik (menyekutukan) kepada Allah dengan sesuatu apapun. Misi ibadah yang Allah tetapkan untuk manusia hanya dapat diimplementasikan melalui ajaran Islam, bukan dengan ajaran lainnya. Allah berfirman :

وَمَا خَلَقْتُ الْجِنَّ وَالْإِنْسَ إِلَّا لِيَعْبُدُونِ (56) مَا أُرِيدُ مِنْهُمْ مِنْ رِزْقٍ وَمَا أُرِيدُ أَنْ يُطْعِمُونِ (57) إِنَّ اللَّهَ هُوَ الرَّزَّاقُ ذُو الْقُوَّةِ الْمَتِينُ (58)

Dan aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka mengabdi kepada-Ku.(56) Aku tidak menghendaki rezki sedikitpun dari mereka dan Aku tidak menghendaki supaya mereka memberi-Ku makan.(57) Sesungguhnya Allah Dialah Maha Pemberi rezki Yang mempunyai Kekuatan lagi Sangat Kokoh.(58) (QS. Adz-Dzariyat : 56 – 58).

2. Islam dengan segala ajarannya adalah yang terunggul dibandingkan sistem dan ideology apa saja yang ada di dunia ini. Keunggulan tersebut terbukti sejak ia diturunkan sampai sekarang dan sampai hari kiamat nanti. Namun demikian, Islam yang unggul itu ialah yang bersumberkan Al-Qur’an dan Sunnah Rasul Saw. bukan Islam tafsiran manusia. Karena tafsiran manusia, siapapun dia, bisa benar dan bisa juga salah. Islam itu adalah sistem ciptaan Pencipta Manusia, yakni Allah Ta’ala, melalui apa yang termaktub dalam Al-Qur’an dan Sunnah Rasul Saw. Sebab itu, ajaran Islam itu pasti unggul dan tidak akan ada sistem ciptaan manusia lain mampu mengunggulinya. Allah menjelaskannya :

قُلْ لَئِنِ اجْتَمَعَتِ الْإِنْسُ وَالْجِنُّ عَلَى أَنْ يَأْتُوا بِمِثْلِ هَذَا الْقُرْآَنِ لَا يَأْتُونَ بِمِثْلِهِ وَلَوْ كَانَ بَعْضُهُمْ لِبَعْضٍ ظَهِيرًا (88) وَلَقَدْ صَرَّفْنَا لِلنَّاسِ فِي هَذَا الْقُرْآَنِ مِنْ كُلِّ مَثَلٍ فَأَبَى أَكْثَرُ النَّاسِ إِلَّا كُفُورًا (89)

Katakanlah: "Sesungguhnya jika manusia dan jin berkumpul untuk membuat yang serupa Al Quran ini, niscaya mereka tidak akan dapat membuat yang serupa dengan dia, sekalipun sebagian mereka menjadi pembantu bagi sebagian yang lain.(88) Dan sesungguhnya Kami telah mengulang-ulang kepada manusia dalam Al Quran ini tiap-tiap macam perumpamaan, tapi kebanyakan manusia tidak menyukai kecuali mengingkari (nya). (89). (QS. Al-Isro’ : 88 – 89)

Salah satu bukti keunggulan Al-Qur’an dan ajaran Islam ialah, bahwa apa yang ditemukan manusia dalam dunia sains dan teknologi saat ini, seperti ilmu embryology, antariksa, astronomi dan sebagainya serta berbagai ilmu sosial dan humaniora lainnya, Al-Qur’an dan Sunnah Rasul Saw. sudah menjelaskannya sejak lebih dari 14 abad yang lalu. Bahkan lima ayat pertama yang Allah turunkan kepada Nabi Muhammad Saw. dalam surat Al-‘Alaq adalah dasar ilmu embryology yang baru diketahui manusia hakikat dan detailnya sekitar satu abad belakangan.

3. Islam itu, sesuai namanya “ Al-Islam”, diturunkan Allah untuk menyelamatkan kehidupan manusia di dunia dan akhirat. Kita memilih Islam itu bukan karena ikut-ikutan atau taklid buta. Kita menerima Islam itu bukan karena rayuan kehidupan dunia. Kita meyakini Islam itu bukan karena nenek moyang kita adalah Muslim. Kita menerima Islam sebagai the way of life bukan karena kita tinggal di negeri yang mayoritas penduduknya Muslim. Kita menerima Islam itu sebagai agama dan sistem hidup bukan karena tidak enak kepada manusia. Kita mengimani kebenaran Islam itu bukan supaya kita menjadi teroris atau berkuasa di atas muka bumi ini. Akan tetapi, kita terima Islam dan kita pilih Islam sebagai sistem hidup karena hanya Islamlah yang mampu menyelamatkan kehidupan kita di dunia dan di akhirat.

Sistem apapun yang ada sekarang, baik yang berbau-bau langit, seperti Yahudiyyah dan Nashraniyyah, apalagi yang berbau tanah berupa ciptaan dan karangan manusia seperti sosialisme, komunisme, kapitalisme, nasionalisme dan seterusnya, maka dijamin tidak akan mampu meberikan keselamatan kepada umat manusia di dunia apalagi di akhirat kelak. Karena yang menentukan manusia itu selamat atau tidak bukanlah manusia itu sendiri, melainkan Tuhan Pencipta mereka, yakni Allah Subhanahu Wata’ala. Yang menentukan mereka berjalan dari dunia sampai ke akhirat nanti adalah Allah, Rabbul ‘Alamin, bukan manusia. Yang menciptakan dan menguasai dunia dan akhirat itu adalah Allah Ta’ala, bukan manusia, setinggi apapun pangkatnya ketika hidup di dunia. Yang menentukan syarat keselamatan atau celaka di dunia dan akhirat itu adalah Allah Subhanahu Wata’ala, bukan manusia, sebanyak apapun hartanya saat ia diberi Allah jatah hidup di dunia. Semua syarat keselamatan di dunia dan diakhirat itu sudah Allah jelaskan dalam Al-Qur’an sebagaimana firman-NYa :

وَمَنْ يَبْتَغِ غَيْرَ الْإِسْلَامِ دِينًا فَلَنْ يُقْبَلَ مِنْهُ وَهُوَ فِي الْآَخِرَةِ مِنَ الْخَاسِرِينَ

Dan siapa yang mencari selain Islam sebagai dien (sistem hidup), maka tidak akan diterima darinya dan di akhirat dia termasuk orang-orang yang merugi (QS. Ali Imran : 85)

Allah menjelaskan dalam ayat yang lain :

وَمَا أُمِرُوا إِلَّا لِيَعْبُدُوا اللَّهَ مُخْلِصِينَ لَهُ الدِّينَ حُنَفَاءَ وَيُقِيمُوا الصَّلَاةَ وَيُؤْتُوا الزَّكَاةَ وَذَلِكَ دِينُ الْقَيِّمَةِ (5) إِنَّ الَّذِينَ كَفَرُوا مِنْ أَهْلِ الْكِتَابِ وَالْمُشْرِكِينَ فِي نَارِ جَهَنَّمَ خَالِدِينَ فِيهَا أُولَئِكَ هُمْ شَرُّ الْبَرِيَّةِ (6) إِنَّ الَّذِينَ آَمَنُوا وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ أُولَئِكَ هُمْ خَيْرُ الْبَرِيَّةِ (7) جَزَاؤُهُمْ عِنْدَ رَبِّهِمْ جَنَّاتُ عَدْنٍ تَجْرِي مِنْ تَحْتِهَا الْأَنْهَارُ خَالِدِينَ فِيهَا أَبَدًا رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمْ وَرَضُوا عَنْهُ ذَلِكَ لِمَنْ خَشِيَ رَبَّهُ (8)

Dan mereka tidak disuruh kecuali supaya menyembah Allah dengan memurnikan ketaatan kepada-Nya dalam (menjalankan) agama yang lurus dan supaya mereka mendirikan shalat dan menunaikan zakat; dan yang demikian itulah agama yang lurus(5). Sesungguhnya orang-orang yang kafir yakni ahli Kitab dan orang-orang yang musyrik (akan masuk) ke neraka Jahannam; mereka kekal di dalamnya. Mereka itu adalah seburuk-buruk makhluk. (6) Sesungguhnya orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh, mereka itu adalah sebaik-baik makhluk. (7) Balasan mereka di sisi Tuhan mereka ialah syurga 'Adn yang mengalir di bawahnya sungai-sungai; mereka kekal di dalamnya selama-lamanya. Allah ridha terhadap mereka dan merekapun ridha kepadaNya. Yang demikian itu adalah (balasan) bagi orang yang takut kepada Tuhannya. (8) (QS. Al-Bayyinah : 6 – 8)

4. Islam adalah sistem hidup yang sempurna. Hal tersebut sangat logis karena datang dari Dzat yang Maha Pencipta dan Maha Sempurna, yakni Allah Ta’ala. Sebab itu, kita menerima Islam karena kesempurnaannya. Tidak ada satu perkara kecilpun dalam kehidupan manusia yang tidak dijelaskan Islam. Penjelasannya sangat mudah, praktis dan indah. Sejak dari hal-hal yang dianggap manusia kecil seperti, beristinjak (masuk toilet dan bagaimana cara bersuci), mebersihkan tubuh dari hadats dan najis, membersihkan rumah dari sampah dan kotoran, bagaimana cara makan, minum, berpakaian, adab berjalan, bertamu dan seterusnya, sampai kepada masalah besar seperti sistem pemerintahan, sistem pemilihan kepala Negara, sistem ekonomi, sistem politik, hukum, perundang-undangan, militer, hubungan internasional dan seterusnya.

Kesempurnaan tersebut bukan hanya dalam batas teori, apalagi wacana, melainkan sudah diterapkan hampir 13 abad lamanya, persisnya sejak berdirinya Negara Madinah yang dipimpin langsung oleh Rasul Saw. kemudian diteruskan oleh Khulafaurrasyidin Al-Mahdiyyin sepeninggalan beliau sampai runtuhnya Khilafah Usmaniyah di tangan Mustafa Kemal Atatruk yang berpusat di Turkey tahun 1924. Selama itu pulalah bangunan ajaran Islam itu tegak kokoh berdiri mengungguli bangunan ajaran agama apapun di seluruh dunia. Memang, dalam perjalanannya yang begitu panjang dan berganti-ganti pusat pemerintahan Islam tersebut, sudah pasti mengalami pasang surut. Namun sebuah fakta yang tak terbantahkan, sepanjang sejaran hidup umat manusia sejak nabi Adam alaihissalam, bahwa pemerintahan yang didirikan Nabi Muhammad itu adalah pemerintahan yang terbesar dan terpanjang umurnya.

Kesempurnaan ajaran Islam itu juga adalah hal yang logis. Karena yang menurunkannya adalah Allah Ta’ala yang Maha Kuasa dan telah menjadikan Islam yang dibawa Nabi Muhammad itu adalah agama dan sistem yang valid sampai akhir zaman. Jika demikian halnya, apa alasan umat Islam tidak pede dengan ajaran Islamnya dan masih saja mencari-cari ajaran lain ciptaan manusia baik yang dilahirkan di zaman yunani kuno seperti demokrasi maupun yang dilahirkan di zaman moderen sekarang. Allah menjelaskan :

حُرِّمَتْ عَلَيْكُمُ الْمَيْتَةُ وَالدَّمُ وَلَحْمُ الْخِنْزِيرِ وَمَا أُهِلَّ لِغَيْرِ اللَّهِ بِهِ وَالْمُنْخَنِقَةُ وَالْمَوْقُوذَةُ وَالْمُتَرَدِّيَةُ وَالنَّطِيحَةُ وَمَا أَكَلَ السَّبُعُ إِلَّا مَا ذَكَّيْتُمْ وَمَا ذُبِحَ عَلَى النُّصُبِ وَأَنْ تَسْتَقْسِمُوا بِالْأَزْلَامِ ذَلِكُمْ فِسْقٌ الْيَوْمَ يَئِسَ الَّذِينَ كَفَرُوا مِنْ دِينِكُمْ فَلَا تَخْشَوْهُمْ وَاخْشَوْنِ الْيَوْمَ أَكْمَلْتُ لَكُمْ دِينَكُمْ وَأَتْمَمْتُ عَلَيْكُمْ نِعْمَتِي وَرَضِيتُ لَكُمُ الْإِسْلَامَ دِينًا فَمَنِ اضْطُرَّ فِي مَخْمَصَةٍ غَيْرَ مُتَجَانِفٍ لِإِثْمٍ فَإِنَّ اللَّهَ غَفُورٌ رَحِيمٌ (3)

Diharamkan bagimu (memakan) bangkai, darah, daging babi, (daging hewan) yang disembelih atas nama selain Allah, yang tercekik, yang terpukul, yang jatuh, yang ditanduk, dan diterkam binatang buas, kecuali yang sempat kamu menyembelihnya, dan (diharamkan bagimu) yang disembelih untuk berhala. Dan (diharamkan juga) mengundi nasib dengan anak panah, (mengundi nasib dengan anak panah itu) adalah kefasikan. Pada hari ini orang-orang kafir telah putus asa untuk (mengalahkan) agamamu, sebab itu janganlah kamu takut kepada mereka dan takutlah kepada-Ku. Pada hari ini telah Kusempurnakan untuk kamu agamamu, dan telah Ku-cukupkan kepadamu nikmat-Ku, dan telah Ku-ridhai Islam itu jadi agama bagimu. Maka barang siapa terpaksa karena kelaparan tanpa sengaja berbuat dosa, sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. (QS.Al-Maidah : 3)

5. Disamping ajaran Islam itu unggul dalam segala hal, hukum dan perundang-undangannya paling efektif dibanding dengan hukum dan perundang-undangan ciptaan manusia sepanjang masa. Hal tersebut sangat logis dan juga terbukti sepanjang sejarah Islam, karena yang membuat hukum dan perundang-undangan Islam itu adalah Allah, Tuhan yang Maha Adil, Maha Bijaksana, Maha Mengetahui dan terlepas dari interest pribadi serta hawa nafsu. Sebab itu, Allah mengajak manusia, khususnya kaum Muslim untuk memikirkan hal ini dengan baik dan hati-hati sebagaimana firman-Nya :

وَأَنِ احْكُمْ بَيْنَهُمْ بِمَا أَنْزَلَ اللَّهُ وَلَا تَتَّبِعْ أَهْوَاءَهُمْ وَاحْذَرْهُمْ أَنْ يَفْتِنُوكَ عَنْ بَعْضِ مَا أَنْزَلَ اللَّهُ إِلَيْكَ فَإِنْ تَوَلَّوْا فَاعْلَمْ أَنَّمَا يُرِيدُ اللَّهُ أَنْ يُصِيبَهُمْ بِبَعْضِ ذُنُوبِهِمْ وَإِنَّ كَثِيرًا مِنَ النَّاسِ لَفَاسِقُونَ (49) أَفَحُكْمَ الْجَاهِلِيَّةِ يَبْغُونَ وَمَنْ أَحْسَنُ مِنَ اللَّهِ حُكْمًا لِقَوْمٍ يُوقِنُونَ (50)

Dan hendaklah kamu memutuskan perkara di antara mereka menurut apa yang diturunkan Allah, dan janganlah kamu mengikuti hawa nafsu mereka. Dan berhati-hatilah kamu terhadap mereka, supaya mereka tidak memalingkan kamu dari sebahagian apa yang telah diturunkan Allah kepadamu. Jika mereka berpaling (dari hukum yang telah diturunkan Allah), maka ketahuilah bahwa sesungguhnya Allah menghendaki akan menimpakan mushibah kepada mereka disebabkan sebahagian dosa-dosa mereka. Dan sesungguhnya kebanyakan manusia adalah orang-orang yang fasik.(49) Apakah hukum Jahiliyah yang mereka kehendaki, dan (hukum) siapakah yang lebih baik daripada (hukum) Allah bagi orang-orang yang yakin ? (50) (QS. Al-Maidah ; 49 – 50)

Di samping itu, menerapkan hukum dan perundangan yang datang dari Allah dan Rasulnya adalah bukti adanya iman dalam diri kaum Muslimin sebagai mana firman Allah :

وَمَا أَرْسَلْنَا مِنْ رَسُولٍ إِلَّا لِيُطَاعَ بِإِذْنِ اللَّهِ وَلَوْ أَنَّهُمْ إِذْ ظَلَمُوا أَنْفُسَهُمْ جَاءُوكَ فَاسْتَغْفَرُوا اللَّهَ وَاسْتَغْفَرَ لَهُمُ الرَّسُولُ لَوَجَدُوا اللَّهَ تَوَّابًا رَحِيمًا (64) فَلَا وَرَبِّكَ لَا يُؤْمِنُونَ حَتَّى يُحَكِّمُوكَ فِيمَا شَجَرَ بَيْنَهُمْ ثُمَّ لَا يَجِدُوا فِي أَنْفُسِهِمْ حَرَجًا مِمَّا قَضَيْتَ وَيُسَلِّمُوا تَسْلِيمًا (65)

Dan Kami tidak mengutus seseorang rasul melainkan untuk ditaati dengan seizin Allah. Sesungguhnya jikalau mereka ketika menganiaya dirinya[313] datang kepadamu, lalu memohon ampun kepada Allah, dan Rasulpun memohonkan ampun untuk mereka, tentulah mereka mendapati Allah Maha Penerima Taubat lagi Maha Penyayang.(64) Maka demi Tuhan Penciptamu, mereka (pada hakekatnya) tidak beriman hingga mereka menjadikan kamu hakim terhadap perkara yang mereka perselisihkan, kemudian mereka tidak merasa dalam hati mereka sesuatu keberatan terhadap putusan yang kamu berikan, dan mereka menerima dengan sepenuhnya.(65). (QS. Annisa’ : 64 – 65).

Salah satu sebab efektifnya hukum dan perundang-undangan Islam ialah bahwa hukum dan perundang-undangannya memiliki konsekuensi hukum dunia dan sekaligus akhirat. Sebab itu, orang-orang yang beriman kepada Allah dan hari akhirat adalah orang-orang yang mampu mengendalikan dirinya dari berbagai pelanggaran hukum, karena jikapun mereka mampu lolos dari jeratan hukum di dunia karena berkuasa atau karena bisa membeli hukum dan hakim, maka mereka tidak akan pernah bisa lolos dari jeratan hukum akhirat yang sangat teliti, adil, detil, berat dan sangat menakutkan. Allah menjelaskan :

يَوْمَ تَجِدُ كُلُّ نَفْسٍ مَا عَمِلَتْ مِنْ خَيْرٍ مُحْضَرًا وَمَا عَمِلَتْ مِنْ سُوءٍ تَوَدُّ لَوْ أَنَّ بَيْنَهَا وَبَيْنَهُ أَمَدًا بَعِيدًا وَيُحَذِّرُكُمُ اللَّهُ نَفْسَهُ وَاللَّهُ رَءُوفٌ بِالْعِبَادِ (30)

Pada hari ketika tiap-tiap diri mendapati segala kebajikan dihadapkan (dimukanya), begitu (juga) kejahatan yang telah dikerjakannya; ia ingin kalau kiranya antara ia dengan hari itu ada masa yang jauh; dan Allah memperingatkan kamu terhadap siksa-Nya. Dan Allah sangat Penyayang kepada hamba-hamba-Nya (QS. Ali Imran : 30)

Alllah berfirman dalam ayat lain :

فَأَمَّا مَنْ ثَقُلَتْ مَوَازِينُهُ (6) فَهُوَ فِي عِيشَةٍ رَاضِيَةٍ (7) وَأَمَّا مَنْ خَفَّتْ مَوَازِينُهُ (8) فَأُمُّهُ هَاوِيَةٌ (9) وَمَا أَدْرَاكَ مَا هِيَهْ (10) نَارٌ حَامِيَةٌ (11)

Dan adapun orang-orang yang berat timbangan (kebaikan)nya, (6) maka dia berada dalam kehidupan yang memuaskan.(7) Dan adapun orang-orang yang ringan timbangan (kebaikan)nya, (8) maka tempat kembalinya adalah neraka Hawiyah.(9) Tahukah kamu apakah neraka Hawiyah itu? (10) (Yaitu) api yang sangat panas.(11) (QS. Al-Qari’ah : 6 – 11)

Kaum Muslimin rahimakumullah...

Demikianlah khutbah ini, semoga Allah selalu menjaga nikmat Islam ini dalam hati, pikiran dan perasaan kita. Semoga Allah berikan hidayah-Nya kepada saudara-saudara kita yang belum memahami dan meyakini kelebihan, kebesaran dan keunggulan Islam serta belum menyadari hanya Islamlah yang mampu menyelamatkan mereka di dunia dan juga akhirat kelak. Semoga Allah pilih kita menjadi orang-orang yang sukses di akhirat kelak, yakni dijauhkan dari neraka dan dimasukkan ke dalam Syurga. Semoga Allah berkenan menghimpunkan kita di syurga Firdaus yang paling tinggi bersama Rasul Saw, para shiddiqin, syuhada’, dan shalihin sebagaimana Allah himpunkan kita di tempat yang mulia ini. Allahumma amin..

بارك الله لي ولكم في القرآن العظيم ونفعني وإياكم بما فيه من الآيات و الذكر الحكيم أقول قولي هذا وأستغفر الله لي ولكم إنه تعالى جواد كريم ملك رؤوف ر

Teks Khutbah Iedul Adhha 1431 H (Fathuddin Jafar, MA)

Oleh Fathuddin Jafar, MA

بسم الله الرحمن الرحيم

خطبة عيدالأضحى المبارك عام 1431 هـ

KHUTBAH IEDUL ADH-HA 1431 H VISI PEMBANGUNAN NABI IBRAHIM Disampaikan di Masjid Asy-Syukur, JL Keb. Lama Selasa 10 Dzulhijjah 1431 H.

الله أكبر, الله أكبر , الله أكبر كبيرا, و الحمد لله كثيرا و سبحان الله بكرة وأصيلا, لا اله الا الله وحده , صدق وعده ونصر عبده وأعز جنده وهزم الأحزاب وحده , لا أله الا الله والله أكبر , الله أكبر و لله الحمد. إن الحمد لله وحده نحمده و نستعينه و نستغفره و ونستهديه و نعوذ بالله من شرور أنفسنا وسيئات أعمالنا من يهد الله فهو المهتد ومن يضلل الله فلن تجد له وليا مرشدا. أشهد أن لا اله الا الله وحده لا شريك له و أشهد أن محمدا عبده ورسوله بلغ الرسالة وأدى الأمانة و نصح للأمة وتركنا على محجة بيضاء ليلها كنهارها لا يزيغ عنها الا هلك و اللهم فصل وسلم على حبيبنا المصطفى محمد بن عبد الله وعلى آله وصحبه و من اتبع هداه واستن بسنته واهتدى بهديه و جاهد في سبيله إلى يوم الدين. أما بعد : فيا أيها لمسلمون, أوصيكم ونفسي الخاظئة المذنبة بتوقوى الله وطاعته فقد فاز المتقون. وقال الله تعالى في محكم التنزيل بعد أعوذ بالله من الشيطان الرجيم : يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آَمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلَا تَمُوتُنَّ إِلَّا وَأَنْتُمْ مُسْلِمُونَ(آل عمران : 102)

Sekilas Tentang Ibrahim alaihissalam..

Setiap musim haji tiba, kita teringat akan seorang manusia bernama Ibrahim. Karena berliaulah yang merintis ibadah haji dengan segala rangkaiannya. Bahkan beliaulah yang membangun Ka’bah dan kota Mekkah yang sekarang sudah menjadi kota metropolis dunia.

Ada pertanyaan mendasar yang selalu muncul dari dalam hati kita yang dalam saat kita menunaikan ibadah haji atau saat kita merayakannya di kampung halaman kita masing-masing. Pertanyaan tersebut ialah: Pelajaran apa yang sudah kita dapatkan dari Nabi Ibrahim ‘alaihissalam?

Sebelum membahas lebih lanjut tentang message yang tersimpan dalam ibadah haji, alangkah baiknya kita menelusuri sejenak jalan hidup yang ditempuh Ibrahim alaihissalam agar kita mengenal kepribadian Beliau dari dekat.

Nabi Ibrahim terkenal dengan sebutan Abul Anbiya’ atau Bapak Tauhid. Lahir di Selatan Irak di zaman seorang raja zhalim bernama Namrud. Ayahnya bernama Azar adalah ahli pahat/ukir yang sekaligus sebagai pembuat patung-patung yang disembah masyarakat saat itu sebagai tuhan.

Setelah diangkat menjadi Rasul, Ibrahim mengajak masyarakatnya meninggalkan pola keyakinan syirik yang amat berbahaya itu. Ia mengajak untuk menganut paham Tauhid, yakni mengesakan Allah sebahai Tuhan Pencipta (Tauhid Rububiyyah), Tuhan yang berhak disembah dan ditaati (Tauhid Uluhiyyah) dan Tuhan yang memiliki nama dan sifat yang amat luar biasa (Tauhid Asmak dan Sifat).

Tanpa ragu sedikitpun, Ibarahim menjelaskan kekeliruan dan kesesatan Bapak dan kaumnya, seperti yang dijelaskan Allah :

وَإِذْ قَالَ إِبْرَاهِيمُ لِأَبِيهِ آَزَرَ أَتَتَّخِذُ أَصْنَامًا آَلِهَةً إِنِّي أَرَاكَ وَقَوْمَكَ فِي ضَلَالٍ مُبِينٍ (الأنعام : 74)

Dan ingatlah ketika Ibrahim berkata kepada Bapaknya; Azar: Mengapa kamu jadikan patung-patung itu tuhan yang disembah? Sesungguhnya aku berpendapat kamu dan kaummu dalam keadaan sesat yang nyata. (QS. Al-‘An’am [6] : 74)

Sebagai akibat dakwah Tauhid yang disebarkan Ibrahim, konflikpun tak terhindarkan. Sejak dari penguasa sampai kepada Bapaknya ikut murka. Mereka tersinggung berat karena menyentuh tradisi syirik yang tidak logis dan tidak didasari ilmu serta akal sehat. Syirik dianut hanya karena tradisi nenek moyang. Berbagai cara dilakukan untuk menghentikan dakwah tauhid nabi Ibrahim. Puncaknya ialah sebuah konspirasi jahat yang mereka lancarkan terhadap Ibrahim. Mereka ingin membunuhnya dengan cara membakar Ibrahim dalam sebuah api unggun besar. Berkat pertolongan dan kekuasaan Allah, konspirasi tersebut kandas. Allah memperlihatkan kebesaran-Nya dan keagungan-Nya dengan menyelamatkan Ibrahim dari terbakar dan bahkan merasakan kedinginan. Hal ini dijelaskan Allah dalam surat .....

قَالَ أَفَتَعْبُدُونَ مِنْ دُونِ اللَّهِ مَا لَا يَنْفَعُكُمْ شَيْئًا وَلَا يَضُرُّكُمْ (66) أُفٍّ لَكُمْ وَلِمَا تَعْبُدُونَ مِنْ دُونِ اللَّهِ أَفَلَا تَعْقِلُونَ (67) قَالُوا حَرِّقُوهُ وَانْصُرُوا آَلِهَتَكُمْ إِنْ كُنْتُمْ فَاعِلِينَ (68) قُلْنَا يَا نَارُ كُونِي بَرْدًا وَسَلَامًا عَلَى إِبْرَاهِيمَ (69) وَأَرَادُوا بِهِ كَيْدًا فَجَعَلْنَاهُمُ الْأَخْسَرِينَ (70)

Ia (Ibrahim) berkata : Apakah kalian menyembah selain Allah yang tidak bisa memberi manfaat sedikitpun pada kalian dan tidak pula dapat memberi mudarat kepada kalian?(66) Celaka kalian dan tuhan yang kalian sembah selain Allah. Apakah kalian tidak berakal? (67) Mereka berkata : bakar dia dan tolonglah tuhan-tuhan kalian jika kalian ingin melakukannya (68) Kami berkata : Wahai api, jadilah dingin dan keselamatan atas Ibrahim(9) Mereka hendak melakukan konspirasi padanya (Ibrahim) maka Kami jadikan merekalah orang-orang yang merugi (70) (QS. Al-Anbiya’ [20] : 66 – 70).

Setelah masyarakat dan penguasa tempat kelahirannya tidak mau menerima dakwah Tauhid, maka Allah memerintahkan Ibrahim hijrah ke Palestin dan tinggal di sana beberapa waktu. Kemudian Alah perintahkan Hijrah kembali ke sebuah lembah bebatuan yang tidak ada sama sekali air, pepohonan dan sumber kehidupan lainnya. Kawasan tersebut kemudian terkenal dengan sebutan Bakkah atau Mekkah seperti yang kita kenal sekarang.

Di sanalah Ibrahim merancang sebuah masyarakat dan kominitas baru yang bertauhid. Di sanalah Ibrahim membangun sebuhah negeri dan peradaban baru yang mentauhidkan Tuhan Pencipta mereka dan Pencipta alam jagad raya. Di sana pulalah Allah takdirkan sebuah negeri yang menjadi pusat peradaban Tauhid sampai hari kiamat nanti; sebuah negeri yang paling aman di dunia dan melimpah dengan buah-buahan kendati kawasannya hanya bebatuan. Dari sana pulalah memancar mata air zamzam yang tidak pernah kering kendati diminum dan dimanfaatkan oleh milyaran manusia sepanjang zaman. Sebuah negeri yang penuh berkah sebagai hasil perencanaan Ibrahim yang mengikuti petunjuk dan skenario Allah; Tuhan-Nya dan Tuhan alam semesta.

رَبَّنَا إِنِّي أَسْكَنْتُ مِنْ ذُرِّيَّتِي بِوَادٍ غَيْرِ ذِي زَرْعٍ عِنْدَ بَيْتِكَ الْمُحَرَّمِ

Ya Robbana... Sesungguhnya aku membangun tempat tinggal anak cucuku di sebuah lembah yang tidak memiliki pepohonan, di samping rumah-Mu yang terhormat itu... (QS. Ibrahim [14] : 37)

الله أكبر , الله أكبر , الله أكبر كبيرا و الحمد لله كثيرا وسبحان الله بكرة و أصيلا

Ibrahim Alaihissalam adalah Bapak Pembangunan Peradaban Dunia dan Akhirat

Nabi Ibrahim sadar untuk membangun sebuah negeri yang baru, apalagi tidak ada sumber kehidupan seperti air dan tumbuh-tumbuhan, bukanlah perkara mudah. Bahkan kalau ditinjau dengan akal manusia biasa adalah hal yang mustahil. Bisa saja dalam pandangan manusia biasa bahwa menyebarkan dakwah tauhid di tengah masyarakat yang sudah ada, kendati keranjingan menganut syirik mungkin lebih mudah. Ternyata yang terjadi adalah sebaliknya. Bila syirik telah menjadi budaya dan sistem sebuah kekuasaan dan pemerintahan seperti yang terjadi pada negeri tempat kelahiran Ibrahim yakni Selatan Irak, maka menyebarkan dan menanamkan nilai-nilai Tauhid jauh lebih sulit. Namun demikian, kedua pilihan tersebut adalah sama-sama sulit.

Karena hijrah ke Mekkah itu adalah petunjuk dan perintah Allah, maka Ibrahim tidak ragu sedikitpun dan bahkan jauh lebih optimis dakwahnya berhasil ketimbang di negeri tempat kelahirannya sendiri, kendati harus melewati perjalanan di atas padang pasir sekitar 2.000 km . Ibrahim meyakini betul, selama dalam perintah dan petunjuk Allah, tidak ada yang mustahil.

Visi Pembangunan Negeri Mekkah

Sebelum menjalankan berbagai syari’at Islam, sebelum anak cucunya menyebar dan sebelum masyarakat terbentuk, nabi Ibrahim terlebih dahulu menetapkan visi pembangunan negeri Mekkah. Visi tersebut ialah bagaimana Mekkah menjadi “ NEGERI YANG AMAN”. Negeri yang Aman. Itulah visi yang dirancang Ibrahim ‘alaihissalam sebelum memulai berbagai aktivitas kehidupan di Mekkah. Sebab itu, untuk mewujudkan sebuah negeri yang aman, landasannya tidak mungkin dengan materi atau dimulai dari pembangunan ekonomi dan teknologi canggih. Sebuah negeri yang aman hanya akan terwujud jika dibangun sejak hari-hari pertama berdirinya dengan di atas landasan TAUHIDULLAH. Mentauhidkan atau mengesakan Allah dalam rububiyyah-Nya, dalam semua sistem hidup (uluhiyyah/ubudiyyatullah) dan dalam segala bentuk simbol, nama dan ornament yang digunakan (Tauhid asma’ dan sifat-Nya).

Tauhid adalah landasan utama membangun sebuah negeri yang aman. Nabi Ibrahim menyadari betul hal ini, setelah melalui berbagai pengalaman dalam menyampaikan risalah Tauhid di tengah masyarakatnya di selatan Irak dan juga di Palestina. Ibrahim melihat betapa rusak dan kacaunya negeri yang dibangun di atas syahwat kekuasaan dan syahwat dunia lainnya. Di negeri yang tidak bertauhid, semua neraca menjadi terbalik. Yang hak dianggap batil dan yang batil dianggap hak. Yang baik dianggap buruk dan buruk dianggap baik. Dan bahkan hamba bisa bertingkah laku bagaikan tuhan. Kesesatan menjadi jalan hidup. Sedangkan petunjuk Allah dijauhi dan diperangi, termasuk Ibrahim sebagai Rasul Allah, tak luput dari dari konspirasi para pembangkang Allah itu.

Berdasarkan fakta tersebut, Nabi Ibrahim meminta kepada Allah agar Allah berikan ia kesempatan membangun sebuah negeri visioner. Negeri yang aman yang akan menjadi pusat lambang Tauhid hingga akhir zaman. Beliaupun berkata sambil berdoa’ :

وإذ قَالَ إِبْرَاهِيمُ رَبِّ اجْعَلْ هَذَا الْبَلَدَ آمِنًا

Dan ingatlah ketika Ibrahim berkata : Ya Robb (Tuhan Pencipta).. Jadikanlah negeri ini (Mekkah) sebuah negeri yang aman. Sebuah negeri yang aman, bukan negeri yang makmur, atau maju dan sebagainya... Sebab, kemakmuran, kemajuan ekonomi dan teknologi tidak akan banyak manfaatnya bagi masyarakat luas jika negeri itu tidak aman. Kemajuan dan kemakmuran itu hanya akan menjadi sapi perah dan ajang korupsi dan kejahatan bagi para politisi, pengusaha dan pejabatnya jika negeri tersebut belum sampai ke peringkat aman.

الله أكبر , الله أكبر , الله أكبر كبيرا و الحمد لله كثيرا وسبحان الله بكرة و أصيلا, لا اله الا الله وحده صدق و عده و نصر عبه و أعز جنده وهزم الأحزاب وحده, لا اله الا الله والله أكبر الله أكبر ولله الحمد.

Kriteria Negeri Yang Aman. Adapun kriteria sebuah negeri yang aman ialah, aman dari bahaya dan ancaman internal (dalam negeri) dan pada waktu yang sama aman pula dari bahaya dan ancaman dari luar atau eksternal.

Di antara bentuk bahaya dan ancaman yang datang dari dalam negeri ialah : Disorientasi ideology yang mengakibatkan disorientasi hidup. Sedangkan Disorientasi ideology yang mengakibatkan disorientasi hidup itu akan melahirkan berbagai ancaman serius lainnya seperti :

1. Misperception terhadap Allah (Tuhan Pencipta), alam semesta, manusia, kehidupan dunia dan risalah para Nabi, khususnya nabi Muhammad Saw. dan risalah Islam yang dibawanya.

2. Mismanagemen pemerintahan.

3. Keliru memilih pemimpin, para menteri dan para penanggung jawab lembaga-lembaga tinggi negara lainnya, baik di tingkat eksekutif, legislatif maupun yudikatif.

4. Lahirnya sistem dan aturan yang buruk, tidak efektif dan tidak menjamin keselamatan dunia dan akhirat. Maka mavia hukum dan kasus akan semakin subur dan merajalela.

5. Lahir Sumber Daya Manusia (SDM) yang tidak berkualitas dan bermental korup, karena sistem pendidikan yang dirancang hanya berorientasi materi dan kehidupan dunia yang fana.

6. Pengelolaan sumber daya alam yang buruk, tidak amanah dan tidak profesional serta monopoli oleh sekelompok kapitalis yang berkolaborasi dengan penguasa. Hal tersebut terjadi karena tidak mengaitkan Allah dengan alam, manusia dan kehidupan dunia, serta tidak menganggap sumberdaya alam itu adalah nikmat Allah yang diberikan-Nya secara cuma-cuma kepada semua masyarakat yang tinggal di atasnya, bukan spesial untuk penguasa dan pengusahanya. Penguasa hanya sebagai pemegang amanah Allah semata untuk dipelihara dan dikelola dengan amanah. Sedangkan pengusaha berhak menjadi partner pemerintah untuk mengelola dan mengembangkannya berdasarkan hukum dan peraturan yang adil. Tidak ada hukum dan aturan yang adil selain dari hukum dan aturan yang diciptakan Penciptanya, yakni Allah Ta’ala.

7. Lahir perbudakan dan penjajahan yang dilakukan oleh kaum dan bangsa sendiri, dengan bahasa dan warna kulit yang sama, sebagaimana yang dilakukan Namrud di zaman Ibrahim ‘alaihissalam. Tidak ada perbudakan yang lebih sadis dan zalim melebihi penjajahan ideologi yang dilakukan oleh bangsa sendiri terhadap kaum dan masyarakatnya. Sebagaimana ungkapan sya’ir : Sesungguhnya kezaliman orang-orang yang memiliki hubungan dengan kita jauh lebih pedih ketimbang dilukai anak panah India yang beracun ular kobra....

Ketika penguasa memaksakan ideologi peninggalan nenek moyang terhadap masyarakat dan kaumnya dan melarang serta memerangi setiap ideology dan para penyeru ideology yang dibawa para Rasul, seperti yang dilakukan Namrud terhadap kaumnya dan terhadap nabi Ibrahim, maka saat itulah perbudakan, kejahatan dan kezaliman terjadi oleh manusia terhadap manusia lainnya.

Adapun bahaya dan ancaman dari luar ialah imperialisme atau penjajahan dengan segala bentuknya, seperti ideology, ekonomi, politik, pemikiran, budaya, pendidikan dan sebagainya. Imperialisme ini pada umumnya akan terjadi bila suatu negeri itu sedang mengalami berbagai ancaman dari dalam seperti yang dijelaskan sebelumnya. Pintu Imperialisme itu akan terbuka lebar di saat negeri sedang dirong-rong oleh berbagai bahaya dan ancaman dari dalam seperti yang dijelaskan di atas. Jika negeri itu sehat, kuat dan terbebas dari berbagai ancaman internal tersebut, maka imperialisme yang menjadi ancaman dari luar itu tidak akan berhasil.

Sebagai fakta kebenaran teori tersebut ialah umat Islam. Tiga belas abad lamanya umat nabi Muhammad Saw. eksis di atas muka bumi ini. Baru satu abad belakangan mereka kedodoran dan hancur berkeping-keping menjadi 52 negera yang diperebutkan oleh berbagai kekuatan imperialisme Barat maupun Timur. Semua terjadi karena kita sedang dirong-rong oleh berbagai ancaman dan penyakit dari dalam, sebagaimana yang dijelaskan sebelumnya.

الله أكبر , الله أكبر , الله أكبر كبيرا و الحمد لله كثيرا وسبحان الله بكرة و أصيلا, لا اله الا الله وحده صدق و عده و نصر عبه و أعز جنده وهزم الأحزاب وحده, لا اله الا الله والله أكبر الله أكبر ولله الحمد.

Syarat Menjadi Negeri Aman

Untuk menjadi sebuah negeri yang aman dan telepas dari berbagai ancaman dari dalam dan dari luar, nabi Ibrahim menjelaskannya seperti yang Alllah abadikan dalam firman-Nya :

وإذ قَالَ إِبْرَاهِيمُ رَبِّ اجْعَلْ هَذَا الْبَلَدَ آمِنًا وَاجْنُبْنِي وَبَنِيَّ أَنْ نَعْبُدَ الأَصْنَامَ (35) رَبِّ إِنَّهُنَّ أَضْلَلْنَ كَثِيرًا مِنَ النَّاسِ فَمَنْ تَبِعَنِي فَإِنَّهُ مِنِّي وَمَنْ عَصَانِي فَإِنَّكَ غَفُورٌ رَحِيمٌ (36) رَبَّنَا إِنِّي أَسْكَنْتُ مِنْ ذُرِّيَّتِي بِوَادٍ غَيْرِ ذِي زَرْعٍ عِنْدَ بَيْتِكَ الْمُحَرَّمِ رَبَّنَا لِيُقِيمُوا الصَّلَاةَ فَاجْعَلْ أَفْئِدَةً مِنَ النَّاسِ تَهْوِي إِلَيْهِمْ وَارْزُقْهُمْ مِنَ الثَّمَرَاتِ لَعَلَّهُمْ يَشْكُرُونَ (37) رَبَّنَا إِنَّكَ تَعْلَمُ مَا نُخْفِي وَمَا نُعْلِنُ وَمَا يَخْفَى عَلَى اللَّهِ مِنْ شَيْءٍ فِي الْأَرْضِ وَلَا فِي السَّمَاءِ (38) الْحَمْدُ لِلَّهِ الَّذِي وَهَبَ لِي عَلَى الْكِبَرِ إِسْمَاعِيلَ وَإِسْحَاقَ إِنَّ رَبِّي لَسَمِيعُ الدُّعَاءِ (39) ( سورة ابراهيم )

Dan (ingatlah), ketika Ibrahim berkata: "Ya Tuhanku, jadikanlah negeri ini (Mekah), negeri yang aman, dan jauhkanlah aku beserta anak cucuku dari menyembah berhala-berhala (35) Ya Tuhanku, sesungguhnya berhala-berhala itu telah menyesatkan kebanyakan manusia, maka barangsiapa yang mengikutiku, maka sesungguhnya orang itu termasuk golonganku, dan barangsiapa yang mendurhakai aku, maka sesungguhnya Engkau, Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.(36) Ya Tuhan kami, sesungguhnya aku telah menempatkan keturunanku di lembah yang tidak mempunyai tanam-tanaman di dekat rumah Engkau (Baitullah) yang dihormati, ya Tuhan kami (yang demikian itu) agar mereka mendirikan shalat, maka jadikanlah hati sebagian manusia cenderung kepada mereka dan beri rezkilah mereka dari buah-buahan, mudah-mudahan mereka bersyukur.(37) Ya Tuhan kami, sesungguhnya Engkau mengetahui apa yang kami sembunyikan dan apa yang kami lahirkan; dan tidak ada sesuatupun yang tersembunyi bagi Allah, baik yang ada di bumi maupun yang ada di langit (38) Segala puji bagi Allah yang telah menganugerahkan kepadaku di hari tua (ku) Ismail dan Ishaq. Sesungguhnya Tuhanku, benar-benar Maha Mendengar (memperkenankan) doa.(39) (QS. Ibrahim [14] : 35–39).

Dari doa dan dialog Ibrahim dengan Allah tersebut di atas, dapat kita simpulkan bahwa untuk menjadi sebuah negeri yang aman persyaratannya adalah sebagai berikut :

  1. Pemimpin dan masyarakatnya harus mampu menjauhkan diri dari mengabdi kepada berhala-berhala, baik dalam bentuk patung yang diukir, maupun dalam bentuk materialisme lainnya seperti harta, pangkat, status sosial, kedudukan dan sebagainya.
  2. Adanya pemimpin dan masyarakat ahli ibadah, tidak melakukan aktivitas apapun kecuali hanya mengharap ridha Allah, baik dalam ibadah yang bersifat individual, sosial, politik, dan pemerintahan. Semuanya dijalankan berdasarkan petunjuk Allah dan Rasul-Nya.
  3. Adanya semangat takaful ijtima’I (gotong royong) yang timggi dalam kehidupan bernegara dan berbangsa. Untuk itu, pola feodalisme harus dikikis habis dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.
  4. Penguasaan terhadap sektor pertanian secara komprehensif dengan penerapan sains dan teknologi pertanian, sejak dari teknologi pupuk organic, pembibitan, pengolahan produk sampai ke pemasarannya, baik tingat lokal maupun global.
  5. Para pemimpin, pengusaha, ulama, penegak hukum dan masyarakatnya memiliki sifat muroqobatullah (rasa monitoring Allah).
  6. Selalu bersyukur pada Allah atas segala nikmat yang dianugerahkan-Nya agar terhindar dari sifat kufur ni’mat.

الله أكبر , الله أكبر , الله أكبر كبيرا و الحمد لله كثيرا وسبحان الله بكرة و أصيلا, لا اله الا الله وحده صدق و عده و نصر عبه و أعز جنده وهزم الأحزاب وحده, لا اله الا الله والله أكبر الله أكبر ولله الحمد

Kaum muslimin rahimakumullah... Bila enam poin tersebut dapat kita wujudkan seperti yang lakukan Nabi Ibrahim ‘alaihissalam, kita yakin negeri yang bernama Indonesia ini juga akan menjadi negeri yang aman dan penuh berkah. Kita yakin, berbagai krisis yang berkepanjangan yang melilit negeri ini dan berbagai musibah yang menimpa negeri ini, tidak lain adalah akibat kita menjauh dari konsep para Nabi Allah, khususnya Nabi kita Muhammad Saw. Sebagaimana yang dijelaskan Allah dalam firman-Nya :

مَنْ أَعْرَضَ عَنْ ذِكْرِي فَإِنَّ لَهُ مَعِيشَةً ضَنْكًا وَنَحْشُرُهُ يَوْمَ الْقِيَامَةِ أَعْمَى (124) قَالَ رَبِّ لِمَ حَشَرْتَنِي أَعْمَى وَقَدْ كُنْتُ بَصِيرًا (125) قَالَ كَذَلِكَ أَتَتْكَ آَيَاتُنَا فَنَسِيتَهَا وَكَذَلِكَ الْيَوْمَ تُنْسَى (126) وَكَذَلِكَ نَجْزِي مَنْ أَسْرَفَ وَلَمْ يُؤْمِنْ بِآَيَاتِ رَبِّهِ وَلَعَذَابُ الْآَخِرَةِ أَشَدُّ وَأَبْقَى (127)

Siapa yang berpaling dari peringatan-Ku (Al-Qur’an) maka sesungguhnya baginya kehidupan yang sulit dan kami kumpulkan mereka pada hari kiamat nanti dalam keadaan buta. (124) Dia berkata : Ya Robb... Kenapa Engkau kumpulkan saya dalam keadaan buta, dan sungguh saya dulu di dunia melihat? (125) Dia (Allah) berkata : Yang demikian itu ialah karena ketika ayat (Kitab) Kami datang kepadamu, maka kamu lupakan (tidak menjadijadikannya the way of life) dan demikian pula hari ini kamu dilupakan (126) Dan demikianlah Kami memberi balasan orang yang melampaui batas dan tidak mau beriman pada ayat-ayat Robb-nya dan sungguh azab akhirat itu lebih dahsyat dan lebih kekal (127) (QS. Thaha [] : 124–127)

Sebaliknya, jika kita mau mengikuti sistem dan metode yang Allah turunkan dalam menata hidup dan kehidupan ini, sejak dari tingkat individu, sampai kepada negara dan pemerintahan, maka negeri kita akan dijamin keselamatan dan berlimpah keberkahan, sebagaimana janji Allah dalam Al-Qur’an :

وَلَوْ أَنَّ أَهْلَ الْقُرَى آَمَنُوا وَاتَّقَوْا لَفَتَحْنَا عَلَيْهِمْ بَرَكَاتٍ مِنَ السَّمَاءِ وَالْأَرْضِ وَلَكِنْ كَذَّبُوا فَأَخَذْنَاهُمْ بِمَا كَانُوا يَكْسِبُونَ (96) أَفَأَمِنَ أَهْلُ الْقُرَى أَنْ يَأْتِيَهُمْ بَأْسُنَا بَيَاتًا وَهُمْ نَائِمُونَ (97) أَوَأَمِنَ أَهْلُ الْقُرَى أَنْ يَأْتِيَهُمْ بَأْسُنَا ضُحًى وَهُمْ يَلْعَبُونَ (98) أَفَأَمِنُوا مَكْرَ اللَّهِ فَلَا يَأْمَنُ مَكْرَ اللَّهِ إِلَّا الْقَوْمُ الْخَاسِرُونَ (99)

Jikalau sekiranya penduduk negeri-negeri beriman dan bertakwa, pastilah Kami akan melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi, tetapi mereka menolak (ayat-ayat Kami) itu, maka Kami siksa mereka disebabkan perbuatan mereka sendiri.(96) Maka apakah penduduk negeri-negeri itu merasa aman dari kedatangan azab Kami kepada mereka di malam hari di waktu mereka sedang tidur? (97) Atau apakah penduduk negeri-negeri itu merasa aman dari kedatangan azab Kami kepada mereka di waktu dhuha ketika mereka sedang bermain? (98) Maka apakah mereka merasa aman dari azab Allah (yang tidak terduga-duga)? Tiada yang merasa aman dari azab Allah kecuali orang-orang yang merugi(99) (QS. Al-A’raf [] : 96–99).

Demikianlah khutbah singkat ini, semoga bermanfaat bagi kita semua. Mari k ita berdoa’a kepada Allah agar Dia bukakan pintu hati dan pikiran kita untuk bisa menerima, memahami dan mengamalkan jalan hidup yang Dia turunkan pada para nabi dan rasul-Nya, khususnya Nabi Muhammad Saw. hanya itu jalan satu-satunya yang bisa menyelamatkan kita dari berbagai azab dan kehancuran, baik di dunia maupun di akhirat kelak...

Doa’ :

بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ (1) الْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ (2) الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ (3) مَالِكِ يَوْمِ الدِّينِ (4) إِيَّاكَ نَعْبُدُ وَإِيَّاكَ نَسْتَعِينُ (5) اهْدِنَا الصِّرَاطَ الْمُسْتَقِيمَ (6) صِرَاطَ الَّذِينَ أَنْعَمْتَ عَلَيْهِمْ غَيْرِ الْمَغْضُوبِ عَلَيْهِمْ وَلَا الضَّالِّينَ (7)

Yaa Allah, Tuhan Pencipta manusia dan alam semesta!!! Melalui Kitab Petunjuk-Mu, Al-Qur’an dan Sunnah Rasul-Mu Muhammad saw, dan juga melalui nikmat akal yang Engkau anugerahkan kepada kami, kami telah mengetahui dan mengakui bahwa alam jagad raya ini Engkaulah Penciptanya. Tiada sekutu bagi-Mu dalam penciptaannya. Sebab itu, tidaklah pantas dan tidak logis pula jika kami menyekutukan-Mu dalam ibadah dan ketaatan.... Alam dunia ini Engkau ciptakan dari ketiadaan, maka pasti juga akan berakhir kepada ketiadaan serta Engkau akan ganti dengan alam Akhirat yang kekal abadi. Oleh sebab itu, berikanlah kepada kami ilmu, hikmah dan kefahaman, kesadaran dari lubuk hati yang ikhlas untuk meyakini Keagungan dan Kebesaran-Mu agar kami mampu menjalankan Misi Ibadah dan Visi Khilafah yang Engkau telah tetapkan. Kami sadar bahwa kehidupan di dunia ini hanyalah sementara sebagai tempat kami berkarya, menegakkan kebenaran, keadilan dan memakmurkan bumi ini, serta menyelamatkan manusia agar tidak tersesat dari jalan-Mu yang benar.

Yaa Allah yang Maha Rahman!!! Rahmatilah kami melalui Al-Qur’an-Mu, jadikanlah ia pemimpin, cahaya dan petunjuk hidup bagi kami. Yaa Allah, Ingatkan kami apa yang kami lupa dari Al-Qur’an. Ajarkan kepada kami kandungan Al-Qur’an yang belum kami ketahui. Berilah kami rezeki membaca dan menelaahnya di tengah malam, di awal dan di akhir siang... Jadikanlah Al-Qur’an itu hujjah (argumentasi), hiasan hati kami, penghapus kesedihan dan kepedihan kami dalam kehidupan di dunia ini, wahai Tuhan Pencipta alam semesta.

Yaa Allah yang Maha Baik!!! Perbaikilah pemahaman kami terhadap Islam (sistem hidup) yang Engkau turunkan untuk mengatur tata cara kehidupan kami di dunia ini. Perbaiki pula kondisi kehidupan duniawi kami. Dan perbaiki juga bagi kami bekal untuk Akhirat yang akan menjadi tempat tinggal akhir kami. Jadikanlah kehidupan ini bagi kami sebagai ajang berlomba menggapai segala kebaikan. Hindarkan pula kami dari berbagai prilaku buruk dalam kehidupan ini. Dan jadikanlah kematian itu sebagai cara menghentikan kami dari segala kejahatan.

Yaa Allah yang Maha Rahim!!! Jadikanlah sebaik-baik umur kami adalah akhirnya, sebaik-baik amal kami adalah penutupnya dan sebaik-baik hari kami adalah ketika kami berjumpa dengan Engkau...Yaa Allah!!! Perbaiki akhir segala urusan kami... Hindarkanlah kami dari kehinaan dunia dan kesengsaraan Akhirat...

Yaa Allah Yaa Rahmaan... Anugerahkanlah kepada kami rasa takut pada-Mu yang menjadi dinding pemisah antara kami dengan maksiat kepada-Mu... ketaatan pada-Mu yang menyampaikan kami ke syurga-Mu... keyakinan pada-Mu yang meringankan kami dalam menghadapi musibah dan berbagai persoalan hidup kami...Anugerahkan pula kepada kami kenikmatan penglihatan, pendengaran dan kekuatan fisik selama kami masih Engkau berikan jatah hidup di dunia ini...Jadikanlah kenikmatan itu sebagai kekayaan warisan kami... Balaslah dendam kami pada orang yang menzalimi kami... Tolonglah kami terhadap orang-orang yang memusuhi kami... Dan janganlah Engkau jadikan kehidupan dunia ini sebagai tumpuan harapan kami yang paling utama, dan tidak pula konsentrasi utama ilmu kami... dan jangan Engkau kuasakan atas kami orang-orang yang tidak menyayangi kami dan tidak pula takut kepada-Mu...

Yaa Allah yang Maha Pengampun!!! Janganlah kiranya Engkau biarkan dosa-dosa kami yang hadir pada sholat Eid hari ini dan dosa kedua orangtua kami, kecuali telah Engkau ampunkan...demikian pula dengan dosa dan kesalahan seluruh umat Islam kapan saja dan di mana saja mereka berada. Tiada kesedihan kami kecuali Engkau hapuskan... Tiada hutang kami kecuali Engkau lunasi...Tiada kebutuhan duniawi dan ukhrawi kami kecuali Engkau penuhi...Yaa Arhamarraahimiin...

Yaa Allah Tuhan semesta alam, penguasa jagad raya dan berkuasa atas segala sesuatu. Perbaikilah pemimpin negeri ini, bimbing mereka ke jalan-Mu. Perbaiki pula kondisi SDM, ekonomi, politik, akhlak, budaya dan pendidikan negeri kami agar kami bisa segera keluar dari krisis multi dimensi yang berkepanjangan ini. Kalau tidak Engkau limpahkan kepada kami kasih sayang-Mu, cepat atau lambat, pasti kami dan negeri kami mengalami kehancuran. Kami sadar, betapa besarnya dan banyaknya tanda dan fakta yang mengisyaratkan bahwa negeri kami sedang menuju kehancuran.... Sebab itu, di hari kemenangan seperti ini sepantasnya kami bergembira. Namun kami tidak bisa bergembira, melainkan berduka dan bersedih hati sebagai bukti kami menyadari kondisi kami dan kondisi negeri kami yang sesungguhnya, kendati di antara kami dan di antara pejabat negeri kami dan pengusaha Muslim negeri kami masih saja tertawa terbahak- bahak, tanpa menyadari sistuasi dan kondisi yang sesungguhnya...

Yaa Allah yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang... Terimalah semua amal ibadah kami. Jadikanlah ibadah haji saudara-saudara kami menjadi haji yang mabrur. Terimalah amal ibadah shalat dan qurban kami. Jadikanlah semua amal ibadah itu sebagai timbangan kebaikan kami di akhirat kelak, di padang mahsyar di mana di sana Engkau akan tentukan nasib terakhir kami apakah kami pantas masuk syurga-Mu atau ke neraka-Mu. Kami sadar amal kami tidak sebanding dengan nikmat yang Engkau berikan kepada kami. Namun kami juga berharap Engkau hindarkan kami dari neraka-Mu dan dengan ridha-Mu Engkau masukkan kami ke dalam syurga-Mu. Yaa Allah Tuhan yang berhak disembah dan dicinta... Ampunilah segala dosa kami, dan juga dosa kedua orang tua kami. Limpahkan kasih sayangmu kepada mereka sebagaimana mereka menyayangi kami di waktu kami masih kecil.

رَبَّنَا آتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي الآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ

"Ya Tuhan Pencipta kami, berilah kami kebaikan di dunia dan kebaikan di Akhirat dan peliharalah kami dari siksa neraka".

آمين يارب العالمين, والحمد لله رب العالمين ولسلام عليكم

GHOSHOB

  Jika di pesantren, istilah ini sudah sangat familiar. Hanya saja pengertian dan prakteknya sesungguhnya ada perbedaan dari makna ghoshob s...