Minggu, 30 Mei 2010

Ribuan Wanita Inggris Memeluk Islam



Surat kabar Inggris The Times mengatakan: “Ribuan wanita muda Inggris yang tinggal di Inggris Raya telah memutuskan untuk masuk Islam, meskipun rasisme terhadap kaum Muslim di Eropa terus meningkat, dan yang terakhir adalah usaha untuk melarang pemakaian cadar.”

Surat kabar yang diterbitkan di London itu menambahkan dalam sebuah laporannya pada hari Sabtu (29/5) bahwa jumlah orang yang masuk Islam meningkat, sementara pada saat yang sama jumlah penduduk yang melakukan doa setiap minggu di Gereja Inggris berkurang dari 2% penduduk.

Para wanita yang melakukan shalat di Masjid Pusat London di Regent’s Park sekitar dua-pertiga dari kaum Muslim baru yang mengucapkan dua kalimat syahadah, dan sebagian besar dari mereka berumur kurang dari tiga puluh tahun.

Berdasarkan statistik yang terkait dengan jumlah orang yang beralih agama, sebagaimana yang dinyatakan dalam sensus tahun 2001 di Inggris Raya, bahwa setidaknya tiga puluh ribu warga asli Inggris masuk Islam.

Dalam pandangan Kevin Brice, dari Pusat Studi Kebijakan Migrasi di Universitas Swansea, bahwa jumlah ini sekarang mungkin sekitar lima puluh ribu orang, yang sebagian besar perempuan.

Sementara hasil analisis fundamental memperkuat data-data tersebut bahwa sejumlah wanita muda berpendidikan perguruan tinggi, yang mereka berusia antara usia dua puluhan hingga tiga puluhan, bahwa mereka inilah yang lebih banyak memeluk Islam.

Salah seorang wanita yang masuk Islam bernama Joanne Bailey, ia menceritakan tentang kisahnya hingga masuk Islam kepada The Times.

Joanne berkata, ia seorang pengacara dari Bradford dan usianya tiga puluh tahun, bahwa tidak ada seorangpun yang meramalkan bahwa ia akan masuk Islam, dan ia dibesarkan dalam keluarga kelas menengah keatas di Yorkshire Selatan, di mana saya begitu membenci melihat seorang Muslim sebelum saya masuk universitas.

Ia pertama mendapat pekerjaan di sebuah kantor pengacara di kota Barnsley, Yorkshire Selatan, dan pada siang hari di tahun 2004, semuanya kehidupan Joanne mengalami perubahan.

Pada hari itu, saat menikmati secangkir kopi dengan temannya yang Muslim, ia terkesan dengan perkataan temannya tersebut, dimana temannya itu memperhatikan salib kecil dari emas yang tergantung di lehernya, lalu temannya bertanya, “Apakah Anda percaya bahwa al-Masih (Kristus) itu Tuhan?”

Sebenarnya ia memakai salib lebih karena masalah fashion bukan karena alasan agama. Ia menjawab pertanyaan itu bahwa ia tidak percaya dengan itu. Kemudian temannya mualia berbicara tentang agamanya.

Ia menambahkan bahwa awalnya ia meremehkan kata-kata temannya itu, namun demikian kata-katanya itu “begitu membekas dalam pikiran saya”. Setelah beberapa hari, saya mulai mencari di Internet salinan Al-Qur’an.

Joanne melanjutkan, “Saya mengambil cuti untuk memulihkan kekuatan pikiran saya.” Kemudian, saya pergi ke kegiatan sosial perempuan yang diselenggarakan oleh Asosiasi Muslim Baru di kota Leeds. Dan aku ingat ketika itu saya mundar-mandir di pintu asosiasi, dan saya bertanya pada diri saya sendiri: “Apa yang Anda lakukan di sini?”

Ia menambahkan, saya memperhatikan para wanita di tempat ini semuanya mengenakan pakaian yang menutupi tubuh mereka dari kepala sampai kaki. Dan saya bertanya-tanya: “Apa yang membawa wanita Inggris dengan rambut pirang di usia dua puluh lima (kelas atas) ini berkumpul dengan mereka (kelas bawah)?”

Ia terus berkata, “Namun ketika saya masuk tidak semua wanita adalah sama seperti yang saya bayangkan bahwa mereka para istri yang hidupnya tertekan. Ternyata mereka itu ada yang dokter, dosen, spesialis kepribadian, dan lainnya. Bahkan saya terheran-heran melihat ketenangan dan kedamaian pikiran yang tampak pada mereka.”

Kemudian saya memutuskan untuk masuk Islam, bahwa pertemuan saya dengan para wanita itulah yang meyakinkan saya untuk menjadi wanita Muslim daripada buku yang saya baca.

Joanne melanjutkan ceritanya, dan mengatakan “Setelah empat tahun, yakni pada bulan Maret 2008, ia pun mengucapkan dua kalimat syahadah di rumah salah seorang temannya.”

Dan ia mengatakan, “Bahwa apa yang saya rasakan bertentangan dengan pikiran kebanyakan orang. Sungguh Islam tidak memaksa dan menekan saya, justru Islam memberi kesempatan bagi saya untuk menjadi diri saya sendiri seperti yang saya inginkan. Bahkan sekarang saya lebih tenang dari sebelumnya. Dan saya sangat bersyukur mendapatkan hidayah ini.”

Selasa, 25 Mei 2010

Balada Gadis Keluarga Ekstrimis Hindu Menuju Hidayah Allah



MUMBAI (Berita SuaraMedia) – Ini adalah kisah dari seorang gadis yang, sebelum memeluk Islam, berasal dari sebuah keluarga yang terkait dengan organisasi ekstrimis Hindu, Shiv Sena. Nama gadis itu Kavita, yang kemudian dia ubah menjadi Nur Fatima setelah masuk Islam.

Nur Fatima lahir di Mumbai 30 tahun lalu namun pengetahuannya tentang Islam masih setara dengan seorang anak Muslim berusia lima tahun. Setelah menempuh pendidikan di Mumbai, Fatima melanjutkan ke jenjang yang lebih tinggi di Universitas Cambridge. Setelah menyelesaikan gelar masternya, dia mengikuti banyak kursus komputer. Fatima mengaku menyesal telah meraih banyak gelar keduniawian namun belum meraih apa pun untuk akhirat. “Sekarang saya ingin berbuat sesuatu untuk tujuan itu,” ujarnya.

Fatima menikah di Mumbai dan kemudian ikut suaminya pindah ke Bahrain. Pernikahan mereka menghasilkan dua anak laki-laki.

Lingkungan di mana dia tumbuh besar adalah ekstrimis Hindu yang sangat membenci kaum Muslim. Dia baru memeluk Islam setelah menikah namun sudah lama tidak menyukai pemujaan berhala. “Saya ingat bahwa pernah suatu ketika saya memindahkan sebuah berhala ke dalam kamar mandi di rumah saya. Ketika ibu saya menegur, saya mengatakan, ‘Jika benda itu tidak bisa melindungi dirinya sendiri kenapa ibu mencari keberkahan darinya? Kenapa ibu bersujud di hadapannya? Apa yang telah dikabulkannya untuk ibu?’”

“Ada ritual di dalam keluarga kami bahwa ketika seorang gadis menikah, dia mencuci kaki suaminya dan meminum air cucian itu. Tapi saya menolak untuk melakukannya sejak hari pertama yang membuat saya dimarahi habis-habisan,” ujar Fatima.

Ketika mengikuti sekolah untuk pendidikan mengajar, Fatima, yang terbiasa bepergian sendirian dengan mobilnya, mulai mengunjungi Islamic Centre terdekat. “Saya mendengar percakapan mereka dan mengetahui bahwa kaum Muslim tidak memuja berhala. Mereka mencari berkah dari orang lain. Bhagwan mereka adalah orang lain. Saya suka sudut pandang mereka. Kemudian saya tahu bahwa Allah-lah yang mengabulkan segalanya,” ujar Fatima menjelaskan.

Ibadah kaum Muslim membuat Fatima terkesan. Awalnya dia tidak tahu bahwa ibadah itu disebut sholat. “Namun, saya tahu bahwa semua Muslim melakukannya. Pada awalnya, saya kira itu semacam olahraga. Kemudian saya tahu bahwa itu disebut sholat ketika saya mulai mengunjungi Islamic Centre,” ujar Fatima.

Setelah menikah, Fatima pindah ke Bahrain yang banyak membantunya dalam memahami Islam. Karena Bahrain adalah negara Muslim, rumah Fatima dan keluarga barunya dikelilingi oleh kaum Muslim. Dia berteman dengan seorang gadis Muslim. “Dia jarang mengunjungi saya. Saya yang seringkali mengunjungi dia.”

Suatu hari, gadis itu melarang Fatima mengunjungi rumahnya karena saat itu adalah Ramadhan, bulan ibadah. “Ibadah saya terganggu dengan kunjunganmu,” ujar teman baru Fatima itu.

Karena ingin tahu tentang ritual ibadah yang dilakukan kaum Muslim, Fatima menjadi semakin penasaran dan meminta gadis itu untuk tidak melarangnya berkunjung. “Lakukan apa yang ingin kau lakukan. Saya hanya akan melihat kau melakukan semua itu. Saya tidak akan berkata apa-apa dan akan mendengarkan apa pun yang kau baca,” ujar Fatima. Gadis Muslim itu pun tidak lagi melarangnya.

Ketika melihat gadis itu beribadah, Fatima tertarik untuk menirunya. Kemudian dia menanyakan tentang “olahraga” itu pada si gadis. “Dia memberi tahu saya bahwa mereka menyebutnya Sholat. Dan buku yang biasa dia baca adalah kitab suci Al Qur’an. Saya ingin melakukan semua itu.”

Fatima kemudian sering mengunci diri di dalam kamar dan menirukan apa yang dilakukan oleh temannya itu. Suatu hari dia lupa mengunci pintu dan mulai melakukan sholat ketika suaminya masuk ke kamar. “Dia bertanya apa yang saya lakukan, saya jawab saya sedang sholat,” ujar Fatima. Suaminya berkata, “Apa kau gila? Apa kau tahu apa yang kau katakan itu?” Awalnya Fatima merasa ketakutan, tapi tiba-tiba dia merasakan kekuatan hebat di dalam dirinya yang membuatnya cukup berani untuk menghadapi situasi itu. Dia berteriak bahwa dirinya telah masuk Islam karena itu dia melakukan sholat. Suaminya mulai marah, “Apa?! Apa yang kau katakan? Ulangi kata-katamu!” Fatima pun mengulangi kata-katanya dengan menambahkan tekanan, “Ya! Saya telah masuk Islam.” Mendengar pengakuan itu, suaminya mulai memukuli Fatima. Mendengar ribut-ribut tersebut, saudara perempuan Fatima datang dan berusaha menyelamatkannya. Tapi ketika sang suami menceritakan apa yang terjadi, saudara Fatima pun ikut memukulinya.

Saat peristiwa itu terjadi anak-anak Fatima sedang tidak berada di rumah. Anak tertuanya saat itu berusia sembilan tahun dan adiknya delapan tahun. Namun sejak saat itu dia tidak dibolehkan bertemu dengan siapa pun. Dia dikunci di dalam kamar. Meskipun belum secara resmi memeluk Islam, Fatima telah mengucapkan kata-kata bahwa dirinya telah masuk Islam. Suatu malam ketika dia dikunci di dalam kamar, anak tertuanya masuk dan menangis di dalam pelukannya. “Saya bertanya di mana anggota keluarga yang lain. Dia mengatakan bahwa mereka pergi menghadiri festival relijius dan tidak seorang pun ada di rumah.”

Anaknya meminta Fatima untuk pergi dari rumah karena keluarga mereka ingin membunuhnya. Fatima menenangkan sang anak bahwa hal semacam itu tidak akan terjadi, bahwa mereka tidak akan menyakiti dirinya. Tapi sang anak terus memaksanya pergi. “Saya berusaha membuatnya paham bahwa jika saya pergi saya tidak akan bisa menemui mereka, tapi dia menjawab bahwa saya bisa menemui mereka hanya jika saya masih hidup,” ujar Fatima. Dia pun memutuskan untuk pergi. Kedua anak laki-lakinya mengantarkan kepergian sang ibu dengan air mata. “Saya tidak akan pernah bisa melupakan saat-saat itu. Setiap kali saya mengingat peristiwa itu, saya teringat kaum Muslim yang meninggalkan rumah dan keluarga mereka demi Islam.”

Setelah itu Fatima langsung menuju ke kantor polisi. Dia meminta mereka mengijinkannya beristirahat sejenak sebelum menceritakan apa yang terjadi. Setelah beberapa waktu menenangkan diri, dia memberitahu polisi bahwa dirinya telah meninggalkan rumah dan ingin masuk Islam. Sang polisi yang juga seorang Muslim berjanji akan membantunya sebisa mungkin. Fatima dibawa ke keluarga sang polisi dan memberikannya perlindungan di rumah mereka.

Keesokan paginya, suami Fatima menghubungi kantor polisi untuk meminta bantuan dengan mengatakan bahwa sang istri telah diculik. Namun, polisi memberitahunya bahwa Fatima tidak diculik melainkan pergi atas keinginan sendiri. Dan karena Fatima ingin masuk Islam maka sang suami yang bukan seorang Muslim tidak ada hubungannya lagi dengan dirinya sehingga Fatima tidak bisa pergi bersamanya. Suami Fatima bersikukuh dan mengancam namun Fatima tetap menolak, bahkan mengatakan bahwa sang suami bisa mengambil semua harta benda miliknya namun dia tidak akan pergi bersamanya. Melihat kekerasan hati Fatima, sang suami menulis pernyataan untuk mengambil semua harta benda Fatima.

Setelah itu Fatima pergi ke rumah sakit dan dirawat selama beberapa hari untuk luka-luka yang dideritanya akibat pemukulan oleh suami dan saudaranya itu. Keluar dari rumah sakit, Fatima langsung pergi ke Islamic Centre. Di sana dia mengutarakan niatnya untuk masuk Islam. Seorang pria tua yang sepertinya tinggal di sana mengatakan padanya, “Anakku, sari ini bukan pakaian seorang Muslim. Pergilah, kenakan jilbab dan tutupi dirimu seperti seorang Muslim.” Fatima pun pergi membeli busana Muslim dan kembali ke tempat itu. Kakek itu kemudian memberitahunya bagaimana cara berwudhu. Setelah bersuci, Fatima dibawa ke sebuah ruangan. Di sana pria tua itu menjawab semua pertanyaan Fatima tentang Islam dan menuntunnya membaca dua kalimat Syahadat.

Pemilik Islamic Center itu kemudian mengadopsi Fatima sebagai putrinya dan membawanya pulang ke rumah. Kemudian, dia mengatur pernikahan Fatima dengan sebuah keluarga Muslim.

Impian pertama Fatima adalah untuk melihat rumah Allah dan dia pun telah mewujudkannya dengan menunaikan umroh.

KHASIAT SURAT AL-AN'AM AYAT 103



"Laa tudrikuhul abshaaru wa huwa yudrikul abshaar. Wahuwal lathiiful khabiir."
Faedahnya: 1. Apabila diwirid/dibaca sebanyak 8x setiap hari, dijauhkan dari fitnah serta dimudahkan dalam mencari rejeki. 2. Apabila ingin terhindar dari segala fitnah, baca 9x di waktu siang dan malam hari. 3. Apabila ingin dicintai wanita atau pria, baca sebanyak 100x selama tujuh malam berturut-turut. 4. Apabila ingin kuat dalam perjalanan, baca 3x dengan tidak bernafas pada gula kelapa, lalu dimakan. 5. Apabila ingin terhindar dari kemarahan musuh, baca 70x diwaktu malam, isya Allah musuh akan sadar dan menyesal. 6. Bila ingin selamat dan terhindar dari ilmu sihir, baca 60x pada gelas,piring,atau apa saja yang berwarna putih dan bersih lalu airnya diminum, insya Allah akan terhindar dari guna-guna dan ilmu sihir.
AGAR TERHINDAR DARI ORANG JAHAT
Di samping memelihara ikatan kepada Allah, kita diperintahkan untuk menjaga ikatannya dengan sesama manusia. Allah memerintahkan kita untuk mencintai umat manusia dan saling menolong dalam ketakwaan. Sayangnya, tidak semua manusia baik terhadap diri kita. Sehingga kapanpun dan dimana pun kita selalu dihantui oleh kejahatan manusia. Untuk itu, agar kita diselamatkan dari kejahatan manusia dan hati kita tenteram dari perbuatan mereka, bacalah kalimat dibawah ini sebelum fajar sebanyak 1700x. "YAA ALLAHU YAA QAADIRU YAA QAHHAARU YAA MUNTAQIMU"
SELAMAT DARI BENCANA & PENDERITAAN
Dalam kitab Nihayah juz pertama halaman 371,tertulis doa Nabiyallah hidir seperti di bawah ini. Ibnu Abbas mengatakan, orang yang mewiridkan doa ini sebanyak 3x pada pagi hari dan sore 3x, insyaallah, Allah swt menyelamatkan dari segala yang tidak diharapkan/fitnah. "BISMILLAAHI MAA SYAA-ALLAAHU LAA YASUUQUL KHAIRA ILLALLAAHU. MAA SYAA-ALLAAHU LAA YADHURRU SYARRUN ILLALLAAHU. MAASYAA-ALLAAHU MAA KAANA MIN NI'MATIN FA MINALLAAH. MAA SYAA-ALLAAHU LAA HAULA WA LAA QUWWATA ILLA BILLAAHI"
OBAT MATA
"LIDAWAA'IL AINI BISMILLAAHIR RAHMAANIR RAHIIM. FALAMMAA AN JAA AL BASYIIRU AL QAA HUU 'ALAA WAJHIHII FARTADDA BASHIIRUN" caranya: tulis dan baca pada piring yang bersih kemudian dilebur dengan air. Setelah itu, airnya diteteskan ke mata yang terkena penyakit, sisanya diminum dan dioleskan ke sekeliling mata dan kepala. Lakukan hal tersebut berulang kali hingga sembuh.

ZIKIR ORANG MUKMIN
Apabila orang mukmin dilanda kesulitan dan kebingungan dalam segala kehidupan, bacalah kalimat singkat di bawah ini. Bacaan tidak terbatas oleh waktu dan jumlahnya. "YAA HAYYU YAA QAYYUUMU BIRAHMATIKA ASTAGHIITSU"

AGAR DIMUDAHKAN SEGALA URUSAN

Ketika Rasulullah sedang mengalami kesulitan, membaca doa: " ALLAHUMMA LAASAHLA ILLAA MAA JA'ALTAHU SAHLAN WA ANTA TAJ'ALUL HAZNA SYI'TA SAHLAN" Bacalah doa ini setiap waktu dan di manapun kita berada. Faedahnya: 1. Agar dimudahkan segala urusan 2. Terhindar dari penderitaan 3.mendapatkan kesuksesan dalam pekerjaan 4.dimudahkan dalam mencari rejeki.

AGAR HUTANG TERBAYAR

Apabila kita banyak hutang dan sangat sulit untuk membayarnya karena penghasilan hanya cukup buat makan, bacalah doa dibawah ini 70x selesai melaksanakan sholat jum'at, insyaallah hutangnya cepat terbayar/lunas.berikut doa nya: "ALLAAHUMMAKFINII BIHALAALIKA 'AN HARAAMIKA WAGHNINII BIFADHLIKA 'AMMAN SIWAAK"

AGAR SELAMAT DARI ANCAMAN

Ketita imam Said bin Musayyab diancam oleh raja Hijaj, beliau membaca doa di bawah ini sehingga selamat dari ancaman tersebut. Doa imam sa'id ibnil masiib: "ALLAAHUMMA ANTAL MALIKU WA ANTA 'ALAA KULLI SYAIIN QADIIRUN WA MAA TASYAAU MIN AMRI YAKUUNU"

DOA KETIKA SAKIT PARAH

Doa ini adalah doa Syeh Abdul aziz daarini yang didapatnya dari Nabiyullah Hidir AS. "ALLAAHUMMA LAA TUSYMIT A'DAA-II WA JA'ALAL QUR'AANAL ADZIIMA SYIFAA-II WA DAWAAII FA-ANAL 'ALIILU WA ANTAL MUDAAWIY"

Rabu, 19 Mei 2010

Jangan Berebut Jabatan Bertameng Al-Qur`an


وَقَالَ الْمَلِكُ ائْتُونِي بِهِ أَسْتَخْلِصْهُ لِنَفْسِي فَلَمَّا كَلَّمَهُ قَالَ إِنَّكَ الْيَوْمَ لَدَيْنَا مَكِينٌ أَمِينٌ. قَالَ اجْعَلْنِي
عَلَى خَزَائِنِ الْأَرْضِ إِنِّي حَفِيظٌ عَلِيمٌ
Dan raja berkata: “Bawalah Yusuf kepadaku, agar aku memilih dia sebagai orang yang dekat denganku.” Maka tatkala raja telah bercakap-cakap dengannya, dia berkata: “Sesungguhnya kamu (mulai) hari ini menjadi seorang yang berkedudukan tinggi lagi dipercaya pada sisi kami.” Berkatalah Yusuf: “Jadikanlah aku bendahara negara (Mesir). Sesungguhnya aku adalah orang yang pandai menjaga lagi berpengetahuan.” (Yusuf: 54-55)

“Pucuk di cinta ulam tiba”, begitulah sebuah ungkapan yang terucap dari seorang yang merasa senang dan bahagia, atas tercapainya suatu dambaan yang selama ini dicari dan dicitakan, bahkan melebihi dari apa yang diduga dan dikira.
Adalah kesempatan emas, yang disenangi oleh banyak manusia, khususnya bagi para pengembara kursi (jabatan), tahta, dan dunia, tatkala dihadapkan pada sebuah tawaran, untuk duduk di atas kursi (jabatan).
Bisa jadi seseorang akan menanggapi dan berkata: “Ini namanya kejatuhan rezeki, susah dicari, dan untuk mendapatkannya sulit sekali. Belum tentu seumur hidup bisa ketemu sekali. Mengapa ditolak?” Atau mungkin…
“Betul, di dalamnya banyak penyimpangan dan pelanggaran. Akan tetapi, kalau bukan kita yang mengubah, lantas siapa lagi?”
“Kalau kursi jabatan diduduki oleh orang luar, siapa yang akan melakukan perubahan, menegakkan amar ma’ruf nahi munkar, mewujudkan syariat Islam dan sistem kenegaraan yang bernuansa Islam?”
“Segala sesuatu itu apabila sudah dikuasai dan dipegang kepalanya, yang lain akan mudah dikendalikan dan dikuasai.”

Penjelasan dan Makna Ayat
وَقَالَ الْمَلِكُ
“Dan raja berkata.”
Al-Imam Ath-Thabari, Abu Ja’far Muhammad ibn Jarir rahimahullahu (224-318 H), dalam tafsirnya Jami’ul Bayan fi Ta’wilil Qur’an (16/147) menerangkan bahwa raja yang dimaksud dalam ayat ini adalah raja yang terbesar (terkemuka). Ia bernama Ar-Rayyan bin Al-Walid, sebagaimana tersebut dalam sebuah riwayat dari jalan Ali bin Hussain, dari Muhammad bin Isa, dari Salamah, dari Muhammad bin Ishaq. (lihat pula Tafsir Ibnu Katsir 4/275, Ibnu Abi Hatim 8/383)
أَسْتَخْلِصْهُ لِنَفْسِي
“Aku memilih dia sebagai orang yang rapat denganku.”
Maknanya adalah: “Aku jadikan dia sebagai orang khusus dan penasihat khusus bagi diriku.” (Lihat Tafsir Ath-Thabari, Ibnu Katsir, dan Al-Baghawi).
Ibnu Abi Hatim, Abu Muhammad Abdurrahman bin Abi Hatim Ar-Razi rahimahullahu (wafat pada th. 327 H), menyebutkan dalam kitab tafsirnya (8/386), riwayat dari Ibnu Abbas radhiyallahu ‘anhuma. Raja mengatakan kepada nabi Yusuf ‘alaihissalam, “Sesungguhnya aku menyukai agar kamu menemaniku dalam setiap keadaan, kecuali dalam urusan keluargaku. Karena aku tidak suka makan bersamamu.”
Mendengar hal itu, Nabi Yusuf ‘alaihissalam marah sambil berkata: “Aku lebih berhak untuk menjauhkan diri, karena orangtuaku adalah Ibrahim Khalilullah, orangtuaku Ishaq dzabihullah.” Pada riwayat lain dengan lafadz: “Yusuf bin Ya’qub, Nabiyullah bin Ishaq dzabihullah bin Ibrahim Khalilullah.”
فَلَمَّا كَلَّمَهُ
“Maka tatkala telah bercakap-cakap dengannya.”
Al-Imam Al-Baghawi, Abu Muhammad Al-Husain bin Mas’ud rahimahullahu wafat th. 516 H, dalam tafsirnya Ma’alimut Tanzil (4/250-251) menyebutkan riwayat dari Wahb (bin Munabbih, pen.). Ketika Nabi Yusuf ‘alaihissalam mendatangi sang raja dan mengucapkan salam kepadanya dengan bahasa Arab. Raja bertanya, “Bahasa apakah ini?” Nabi Yusuf ‘alaihissalam menjawab, “Ini bahasa pamanku, Nabi Ismail.” Kemudian Nabi Yusuf ‘alaihissalam mendoakannya dengan bahasa Ibrani. Raja bertanya, “Bahasa apakah ini?” Dijawab, “Ini bahasa ayah-ayahku dan raja tidak tahu dengan dua bahasa tersebut.”
Wahb juga bercerita bahwa sang raja (Ar-Rayyan bin Al-Walid) ini menguasai 70 bahasa. Setiap kali berbicara dengan suatu bahasa, Nabi Yusuf menjawabnya dengan bahasa yang sesuai, bahkan menambah dengan dua bahasa, yaitu Arab dan Ibrani. Melihat hal ini, sang raja heran dan terkesan, dalam keadaan Nabi Yusuf masih muda. Usia beliau pada waktu itu baru mencapai 30 tahun. Maka raja mendudukkannya, dan berkata, sebagaimana yang Allah Subhanahu wa Ta’ala firmankan:
قَالَ إِنَّكَ الْيَوْمَ لَدَيْنَا مَكِينٌ أَمِينٌ
“Dia berkata: ‘Sesungguhnya kamu (mulai) hari ini menjadi seorang yang berkedudukan tinggi lagi dipercaya pada sisi kami’.”
Sebagian meriwayatkan, bahwa raja ingin mendengarkan secara langsung tentang ta’bir mimpi yang pernah diceritakan sebelumnya (lihat apa yang tersebut dalam surat Yusuf dari ayat 43 sampai 49, pen.).
Setelah mendengar seluruh penuturan Nabi Yusuf ‘alaihissalam, Sang Raja bertanya, “Siapa yang akan mendampingiku dalam hal ini, serta mampu menyelesaikan, mengerjakan, dan mengatur semua urusan ini?”
Nabi Yusuf ‘alaihissalam menjawab, sebagaimana firman Allah Subhanahu wa Ta’ala:
قَالَ اجْعَلْنِي عَلَى خَزَائِنِ الْأَرْضِ إِنِّي حَفِيظٌ عَلِيمٌ
Berkatalah Yusuf: “Jadikanlah aku bendahara negara (Mesir). Sesungguhnya aku adalah orang yang pandai menjaga lagi berpengetahuan.”
قَالَ إِنَّكَ الْيَوْمَ لَدَيْنَا مَكِينٌ أَمِينٌ
Raja berkata: “Sesungguhnya kamu (mulai) hari ini menjadi seorang yang berkedudukan tinggi lagi dipercaya pada sisi kami.”
Ibnul Jauzi rahimahullahu (588-587 H), menyebutkan dalam tafsirnya riwayat Ibnu Abbas radhiyallahu ‘anhuma, makna مَكِينٌ أَمِينٌ adalah “Aku telah mengokohkan, menguatkan, dan memercayakan urusan kekuasaan (kerajaan/negara) kepadamu.”
Al-Muqatil rahimahullahu berkata, makna الْـمَكِينُ yaitu orang yang punya kedudukan (terkemuka). Sedangkan الْأَمِينُ yaitu yang menjaga, memelihara, dan melindungi. (Lihat Zadul Masir 3/439)
Al-Baghawi rahimahullahu menyebutkan dalam tafsirnya, الْـمَكِينُ yaitu berpangkat, berkedudukan. Sedangkan الْأَمِينُ adalah yang dipercaya.
Al-Alusi rahimahullahu dalam kitabnya Ruhul Ma’ani juga menyebutkan, Al-Makin yaitu berpangkat dan berkedudukan yang tinggi. Al-Amin yaitu dipercaya atas segala sesuatu.
قَالَ اجْعَلْنِي عَلَى خَزَائِنِ الْأَرْضِ
Berkatalah Yusuf: “Jadikanlah aku bendahara negara (Mesir).”
Abu Ja’far Ath-Thabari rahimahullahu berkata dalam tafsirnya, kata خَزَائِنُ adalah bentuk jamak dari خَزَانَةٌ artinya tempat menyimpan, yaitu tempat peyimpanan makanan dan harta. Sedangkan الْأَرْضُ alif-lam di sini berfungsi sebagai pengganti idhafah, maknanya خَزَائِنُ أَرْضِكَ yaitu bendahara negaramu (Mesir).
Al-Imam Al-Qurthubi rahimahullahu juga menyebutkan sebuah riwayat dari jalan Sa’id bin Manshur rahimahullahu ia berkata, “Saya mendengar dari Malik bin Anas radhiyallahu ‘anhu berkata: ‘Negeri Mesir adalah خَزَائِنِ الْأَرْضِ. Tidakkah kalian mendengar firman Allah Subhanahu wa Ta’ala:
قَالَ اجْعَلْنِي عَلَى خَزَائِنِ الْأَرْضِ
yaitu untuk menjaganya (menjadi bendahara negara), dengan menghilangkan mudhaf.
إِنِّي حَفِيظٌ عَلِيمٌ
“Sesungguhnya aku adalah orang yang pandai menjaga lagi berpengetahuan.”
Al-Imam Ath-Thabari rahimahullahu setelah menyebutkan ayat ini, mengatakan bahwa para ulama berselisih dalam menafsirkannya hingga menjadi tiga pendapat:
Pertama, mereka berpendapat, maknanya adalah: “Sesungguhnya aku adalah orang yang pandai menjaga segala yang telah dititipkan kepadaku. Berpengetahuan terhadap apa yang telah diserahkan/dilimpahkan kepadaku.”
Pendapat ini dinisbahkan kepada sebuah riwayat dari Ibnu Humaid, dari Salamah, dari Ibnu Ishaq.
Kedua, pendapat yang mengatakan, maknanya: “Aku adalah orang yang pandai menjaga segala yang telah dilimpahkan kepadaku. Berpengetahuan terhadap perkara (urusannya).”
Pendapat ini dinisbahkan kepada sebuah riwayat dari jalan Bisyr, dari Yazid, dari Sa’id, dari Qatadah.
Ketiga, ada pula yang mengatakan, maknanya: “Aku adalah seorang yang pandai menjaga untuk hisab/perhitungan (perihal pengeluaran dan pemasukan harta milik negara, pen.), mengetahui beberapa bahasa.”
Pendapat ini disandarkan kepada sebuah riwayat, dari jalan Ibnu Waqi’, dari ‘Amr, dari Al-Asyja’i.
Setelah memaparkan tiga pendapat di atas, beliau berkata: “Menurut kami pendapat yang kuat adalah pendapat yang pertama. Karena ucapan ini terjadi setelah Nabi Yusuf ‘alaihissalam mengatakan kepada raja: ”Jadikanlah aku bendahara negara (Mesir).” Bentuk permohonan Nabi Yusuf kepada raja, bahwa ia mampu mengurusi (sebagai bendahara) negara Mesir, menunjukkan, bahkan sekaligus sebagai pemberitaan bahwa beliau memiliki kemampuan dalam hal ini. Makna ini lebih sesuai untuk memaknai kalimat ﭻ ﭼ ketimbang dimaknakan dengan makna sebagaimana yang tersebut pada pendapat ketiga (tersebut di atas).”
Abul Fida Isma’il bin Umar, terkenal dengan sebutan Ibnu Katsir rahimahullahu (700-774 H), berkata setelah menyebutkan dua ayat di atas: “Dalam ayat ini, Allah Subhanahu wa Ta’ala mengabarkan tentang Raja Mesir (Ar-Rayyan bin Al-Walid), setelah memastikan terbebasnya Nabi Yusuf ‘alaihissalam, bersih dan sucinya kehormatan beliau dari apa yang dituduhkan kepadanya. Raja mengatakan sebagaimana firman Allah Subhanahu wa Ta’ala:
ائْتُونِي بِهِ أَسْتَخْلِصْهُ لِنَفْسِي
“Bawalah Yusuf kepadaku, agar aku memilih dia sebagai orang yang rapat denganku”, yakni jadikanlah dia sebagai orang khusus dan penasihat khusus bagiku.
فَلَمَّا كَلَّمَهُ
“Maka tatkala telah bercakap-cakap dengan dia” yakni raja telah bercakap-cakap dengannya, mengetahui serta melihat keutamaan, kepandaian, kemahiran, dan kecakapan serta keutamaan dan kesempurnaan pada rupa dan perangainya, berkatalah raja kepadanya, sebagaimana firman Allah Subhanahu wa Ta’ala:
إِنَّكَ الْيَوْمَ لَدَيْنَا مَكِينٌ أَمِينٌ
“Sesungguhnya kamu (mulai) hari ini menjadi seorang yang berkedudukan tinggi lagi dipercaya pada sisi kami” yakni, sesungguhnya kamu di sisi kami telah menjadi seseorang yang berkedudukan dan dipercaya. Yusuf ‘alaihissalam berkata, sebagaimana firman Allah Subhanahu wa Ta’ala:
اجْعَلْنِي عَلَى خَزَائِنِ الْأَرْضِ إِنِّي حَفِيظٌ عَلِيمٌ
”Jadikanlah aku bendahara negara (Mesir). Sesungguhnya aku adalah orang yang pandai menjaga lagi berpengetahuan.”
Nabi Yusuf ‘alaihissalam memuji dirinya. Hal ini diperbolehkan bagi seorang yang belum diketahui tentang keadaan dirinya, pada saat yang dibutuhkan. Allah Subhanahu wa Ta’ala menyebutkan bahwa ia adalah orang yang حَفِيظٌ (pandai menjaga), penjaga/bendahara yang dipercaya, عَلِيمٌ (berpengetahuan), yakni memiliki pengetahuan, ketelitian, dan kejelian terhadap segala perkara yang diurusinya. (lihat Tafsir Ibnu Katsir, 4/275)
Perlu diketahui sekali lagi, bahwa Nabi Yusuf ‘alaihissalam mengucapkan ucapan yang mengandung pujian terhadap dirinya tersebut adalah ketika beliau telah mendapatkan kedudukan dan kepercayaan di sisi raja. Bukan serta merta beliau memuji dirinya untuk meraih kedudukan. Tentu hal ini berbeda dengan keadaan para kontestan pemilu atau para politikus yang berkampanye memuji diri dalam rangka meraih kedudukan dan ambisi politiknya.

Faedah
Al-Imam Al-Qurthubi rahimahullahu menyebutkan dalam tafsirnya: “Sebagian ulama berkata, pada ayat ini terdapat dalil tentang diperbolehkannya bagi orang yang baik (shalih), bekerja untuk orang yang buruk (fajir) atau penguasa yang kafir. Dengan syarat, orang tersebut tahu, bahwa segala pekerjaan/tugas diserahkan kepadanya (diberi kekuasaan penuh untuk mengaturnya), dan bukan diatur oleh (orang-orang yang fajir atau penguasa yang kafir tersebut, pen.). Sehingga, ia akan mengatur sesuai dengan apa yang dia kehendaki (untuk hal yang baik dan bermanfaat). Adapun kalau pekerjaan tersebut harus berdasarkan pada kemauan dan kehendak orang yang fajir atau (penguasa yang kafir), menuruti hawa nafsu dan kekufurannya (di bawah aturan mereka), hal yang demikian ini tidak diperbolehkan.
Sebagian mereka berpendapat, perihal ini (bekerja untuk orang buruk/ penguasa yang kafir) khusus hanya untuk Nabi Yusuf ‘alaihissalam saja. Adapun sekarang tidak diperbolehkan. Pendapat yang pertama lebih kuat (boleh dan bukan kekhususan), dengan syarat yang telah disebutkan tadi.
Al-Mawardi rahimahullahu berkata: “Apabila yang berkuasa adalah orang yang zalim, para ulama berbeda pendapat tentang boleh dan tidaknya, seorang untuk bekerja dengannya.
Pendapat pertama, membolehkan. Apabila seorang bekerja dengan baik dan benar (memenuhi hak), pada perkara yang telah diserahkan penuh kepadanya (untuk mengaturnya). Karena dalam ayat ini, Nabi Yusuf ‘alaihissalam bekerja (menerima pekerjaan) dari raja (Fir’aun)1. Pertimbangan ini berdasarkan pekerjaan (kemampuan) beliau dan bukan pada orang lain.
Pendapat kedua, tidak membolehkan. Hal ini berdasarkan adanya bentuk/unsur menolong atas kezaliman yang mereka lakukan. Memuji mereka, dengan meniru (melakukan) perbuatannya.
Para ulama yang berpendapat membolehkan bekerja dengan orang yang zalim, menjawab perihal yang terjadi pada Nabi Yusuf ketika menerima pekerjaan dari Fir’aun, dengan dua jawaban:
Pertama, Fir’aun (raja)-nya Nabi Yusuf waktu itu seorang yang shalih (muslim). Adapun Fir’aun yang membangkang (kafir), adalah Fir’aun (raja)-nya Nabi Musa ‘alaihissalam.
Kedua, hal ini melihat pada kekuasaan dan bukan pada pekerjaannya.”
Al-Mawardi berkata: “Yang benar dalam hal ini adalah merinci masalah menjadi tiga kesimpulan:
1. Boleh bagi orang yang memiliki kemampuan dan keahlian untuk melakukannya. Dengan catatan, tidak ada unsur berijtihad (berpendapat) dalam melaksanakan tugasnya seperti menyalurkan shadaqah dan zakat.
Boleh seseorang menerima pekerjaan dan tugas dari orang yang zalim. Karena, adanya nash/dalil yang menerangkan kepada siapa shadaqah dan zakat itu disalurkan telah mencukupi, sehingga tidak memerlukan lagi adanya ijtihad. (Maka kebebasan bertindak dalam hal ini, telah menjadi cukup baginya [terbebaskan] dari mengikuti perintah [peraturan orang zalim tersebut, pen.]).
2. Keadaan di mana seseorang tidak diperbolehkan untuk bertindak sendiri, adanya keharusan untuk berijtihad (berpendapat, berinisiatif) dalam mengatur urusan, seperti menangani harta rampasan.
Keadaan seperti ini tidak boleh bagi seseorang untuk menerima penugasan dari orang yang zalim. Hal ini dikarenakan ia telah melakukan tindakan yang tidak benar dan berijtihad (berpendapat, mengatur) pada perkara yang tidak berhak untuk melakukannya.
3. Keadaan yang boleh melimpahkan tugas kepada orang yang ahli dan boleh baginya berijtihad, seperti menangani hukum dan pidana. Apabila terjadi kesepakatan dari kedua belah pihak dan tidak ada yang dipaksa, (maka boleh baginya bekerja untuk orang yang zalim, pen.). Namun apabila terjadi pemaksaan, tidak diperbolehkan.
Asy-Syaikh As-Sa’di rahimahullahu dalam Taisir Al-Lathiful Mannan, berkata setelah menyebutkan ayat di atas: “Pada ayat ini terdapat keutamaan ilmu, ilmu syar’i dan hukum, ilmu ta’bir mimpi, ilmu mengatur dan mengurusi negara, serta ilmu kepemerintahannya. Yang menjadi salah satu sebab Nabi Yusuf ‘alaihissalam memperoleh kedudukan yang tinggi di dunia dan di akhirat kelak, yaitu adanya ilmu yang beragam dan banyak (mengetahui berbagai macam ilmu). Hal ini juga menunjukkan bahwa ilmu ta’bir mimpi termasuk bagian dari fatwa. Maka tidak boleh bagi siapapun untuk mena’birkan suatu mimpi dan memastikannya, sebelum mengetahui secara pasti. Sebagaimana halnya (dalam hukum/perkara), tidak boleh bagi siapapun berfatwa dalam hal apapun tanpa ilmu. Karena dalam surat Yusuf ini, Allah Subhanahu wa Ta’ala menamai kemampuan mena’birkan mimpi, dengan nama ilmu, sebagaimana firman Allah Subhanahu wa Ta’ala:
وَكَذَلِكَ يَجْتَبِيكَ رَبُّكَ وَيُعَلِّمُكَ مِنْ تَأْوِيلِ الْأَحَادِيثِ
“Dan demikianlah Rabbmu, memilih kamu (untuk menjadi nabi) dan diajarkan-Nya kepadamu sebagian dari ta’bir mimpi-mimpi.” (Yusuf: 6)
Ayat ini juga menerangkan, tidak mengapa seseorang memberitakan tentang dirinya, berupa sifat-sifat yang baik dan sempurna, berilmu pengetahuan dan yang lainnya. Hal ini boleh dilakukan selama membawa maslahat, selamat dari berdusta, dan tidak bermaksud untuk memperlihatkan diri (riya’). Seperti yang tersebut dalam ayat: Berkatalah Yusuf: “Jadikanlah aku bendahara negara (Mesir). Sesungguhnya aku adalah orang yang pandai menjaga lagi berpengetahuan.” (Yusuf: 55)

Catatan: Beberapa rujukan yang tersebut di atas, keumumannya dinukil dari Al-Maktabah Asy-Syamilah. Mengingat keterbatasan rujukan yang ada pada kami.
Wallahu a’lam bish-shawab, wal ‘ilmu ‘indallah.

1 Al-Imam Ath-Thabari rahimahullahu berkata dalam tafsirnya, fir’aun (pharao) adalah nama yang dipakai untuk penyebutan raja-raja Mesir zaman dahulu. Sebagaimana Qaisar (Kaisar) atau Hiraql (Heraklius) untuk penamaan raja-raja Romawi. Adapun Persia terkenal penyebutannya dengan Al-Akasirah, bentuk jamak dari Kisra. Sedangkan raja-raja Yaman dikenal penamaannya dengan At-Taba’ah, jamak dari Taba’. Kemudian beliau menyebutkan riwayat dari Muhammad bin Ishaq, bahwa fir’aun-nya Nabi Yusuf adalah raja terkemuka bernama Ar-Rayyan bin Al-Walid, dan masuk Islam (mengikuti ajaran Nabi Yusuf ‘alaihissalam). Sedangkan fir’aun-nya Nabi Musa ‘alaihissalam adalah raja yang bernama Al-Walid bin Mush’ab bin Ar-Rayyan (dan menentang ajaran Nabi Musa ‘alaihissalam)

Riset: Makan Petai Kurangi Resiko Stroke Sampai 40 %




Hasil riset yang ditulis di “The New England Journal of Medicine,” makan petai akan menurunkan resiko kematian karena stroke sampai 40%. Padahal, ia sering diejek karena bau nya

Menyebut namanya saja bagi kebanyakan orang pasti akan bilang gengsi atau tidak suka dengan buah yang satu ini karena aroma dan efek setelah mengkonsumsinya saat ke kamar kecil.
Pete atau Petai di masyarakat kita sudah sangat terkenal, khususnya masyrakat kalangan menengah ke bawah, buah petai memang seringkali menjadi menu makanan sehari-hari.
Banyak diantara kita pastinya belum mengetahui kandungan yang terdapat pada petai. Di dalam petai ternyata memiliki kandungan gula alami yaitu Sukrosa, Glukosa dan Fruktosa dengan kombinasi serat. Kombinasi dari zat tersebut ternyata dapat menghasilkan stamina tenaga yang cepat. Menurut penelitian para ahli, mengkonsumsi dua porsi petai dapat menghasilkan tenaga yang cukup besar selama 90 menit, maka tidak heran apabila banyak atlet olahraga dan pekerja keras menjadikan petai menu favorit mereka.
Ternyata buah petai yang selama ini kerap kali dihina karena aromanya memiliki khasiat penting dalam membantu menyembuhkan berbagai macam penyakit seperti menghilangkan depresi, PMS (premenstrual syndrome), menyembuhkan anemia, tekanan darah tinggi, luka lambung, kegemukan, sembelit, stroke dan lainnya.
Begitu tingginya zat yangng terdapat di dalam petai, sehingga FDA Amerika mengizinkan perkebunan petai untuk melakukan klaim resmi mengenai kemampuan buah ini untuk menurunkan resiko tekanan darah dan stroke.
Kegemukan
Berdasarkan penelitian dari Institute of Psychology Austria yang menyatakan bahwa tekanan pada saat kerja menyebabkan orang sering meraih makanan yang menenangkan seperti coklat dan keripik. Dengan melihat kepada 5.000 pasien di rumah sakit, peneliti menemukan bahwa kebanyakan orang menjadi gemuk karena tekanan kerja yang tinggi.
Laporan menyimpulkan bahwa, untuk menghindari nafsu memakan makanan karena panik, kita butuh mengendalikan kadar gula dalam darah dengan ngemil makanan tinggi karbohidrat setiap dua jam untuk mempertahankan kadarnya tetap. Maka mengkonsumsi petai adalah solusi yang terbaik.
Selain itu, kalium dalam petai adalah mineral penting yang membantu untuk menormalkan detak jantung, mengirim oksigen ke otak dan mengatur keseimbangan cairan tubuh. Jadi pada saat seseorang mengalami stress kecepatan metabolisme kita akan meningkat, sehingga akan mengurangi kadar kalium dalam tubuh. Hal ini bisa diatasi dengan cara makan petai yang tinggi kalium.
Berdasarkan hasil riset yang ditulis di “The New England Journal of Medicine,” makan Petai sebagai bagian dari makanan sehari-hari akan menurunkan resiko kematian karena stroke sampai 40%.
Nah buah yang sering diejek itu, sekarang diketahui bagaimana bermanfaatnya.

Selasa, 18 Mei 2010

Al-Quran Tentang Awan


Para ahli sains telah mempelajari berbagai macam awan dan mengerti bahwa awan yang menimbulkan hujan (awan hujan) dibentuk menurut sistem yang tertentu dan melalui tahapan-tahapan yang tertentu pula yang terhubung dengan model angin dan mendung yang tetap.
Salah satu dari awan yang menimbulkan hujan adalah yang disebut dengan 'awan cumulonimbus' yang berhubungan dengan badai guruh . Ahli meteor (meteorologis) telah mempelajari bagaimana awan cumulonimbus terbentuk dan bagaimana awan ini menghasilkan hujan, hujan es dan kilat. Mereka menemukan bahwa awan cumulonimbus pergi melalui beberapa tahap berikut untuk menghasilkan hujan:
1) Awan didorong oleh angin: Awan cumulonimbus mulai terbentuk ketika angin mendorong beberapa bagian kecil dari awan (kumulus) menuju daerah di mana awan-awan berkumpul.
2) Penggabungan: Kemudian awan yang kecil bergabung bersama membentuk awan yang lebih besar.
3) Penumpukan: Ketika awan yang kecil bergabung bersama, ??updraft?? di dalam awan yang lebih besar meningkat. ??Updraft?? yang dekat dengan pusat awan lebih kuat dari pada updraft yang ada di tepi. Updraft ini menyebabkan tubuh awan berkembang secara vertikal (ke atas), maka awan-awan bertumpuk-tumpuk. Perkembangan secara vertikal ini menyebabkan tubuh awan merentang kepada daerah-daerah yang lebih dingin dari atmosfer di mana tetesan hujan dan butiran es terbentuk dan mulai berkembang makin besar. Ketika tetesan air dan butiran es ini menjadi beban yang sangat berat bagi updraft, mereka mulai jatuh dari awan sebagai hujan, butiran es, dan sebagainya.
Allah berfirman dalam Al-Quran:
Tidakkah kamu melihat bahwa Allah mengarak awan, kemudian mengumpulkan antara (bagian-bagian)nya, kemudian menjadikannya bertindih-tindih, maka kelihatan olehmu hujan keluar dari celah-celahnya dan Allah (juga) menurunkan (butiran-butiran) es dari langit, (yaitu) dari (gumpalan-gumpalan awan seperti) gunung-gunung, maka ditimpakan-Nya (butiran-butiran) es itu kepada siapa yang dikehendaki-Nya dan dipalingkan-Nya dari siapa yang dikehendaki-Nya.Kilauan kilat awan itu hampir-hampir menghilangkan penglihatan.
(Quran 24:43)

Ahli meteorologi mengetahui detail dari pembentukan awan, struktur, dan fungsinya baru-baru ini saja dengan menggunakan peralatan seperti pesawat, satelit, komputer, balon udara, dan sebagainya untuk menyelidiki tentang angin dan arahnya, untuk mengukur kelembaban dan variasinya, dan untuk menentukan level dan variasi tekanan atmosfer.



Awan Cumulonimbus dilihat dari udara
Ayat berikut ini, setelah menyebutkan tentang awan dan hujan, berbicara mengenai hujan es dan kilat:
Tidakkah kamu melihat bahwa Allah mengarak awan, kemudian mengumpulkan antara (bagian-bagian)nya, kemudian menjadikannya bertindih-tindih, maka kelihatan olehmu hujan keluar dari celah-celahnya dan Allah (juga) menurunkan (butiran-butiran) es dari langit, (yaitu) dari (gumpalan-gumpalan awan seperti) gunung-gunung, maka ditimpakan-Nya (butiran-butiran) es itu kepada siapa yang dikehendaki-Nya dan dipalingkan-Nya dari siapa yang dikehendaki-Nya.Kilauan kilat awan itu hampir-hampir menghilangkan penglihatan.
(Quran 24:43)

Ahli meteorologi menemukan bahwa awan cumulonimbus ini, yang menghujankan es, mencapai ketinggian 25.000 sampai dengan 30.000 kaki (4.7 s.d. 5.7 mile), bagaikan pegunungan, sebagaimana dinyatakan dalam Al-Quran: Dan Dia mengirimkan butiran-butiran es dari gunung (awan) di langit ... (Quran 24:43)
Ayat ini mungkin akan membangkitkan sebuah pertanyaan. Mengapa ayat tersebut menyatakan ... 'kilatnya' ketika menyatakan tentang hujan es? Bukankah ini berarti bahwa butiran es adalah faktor terbesar yang menyebabkan kilat? Mari kita lihat apa sebuah buku yang berjudul 'Meteorologi Hari Ini (Meteorology Today)', yang menyatakan tentang ini. Buku ini mengatakan bahwa awan menjadi bermuatan listrik ketika butiran es jatuh melalui sebuah daerah di awan yang sangat dingin dan berbentuk kristal es. Ketika butiran cair bertumbukan dengan butiran es, mereka membeku ketika bersentuhan dan melepaskan panas yang terpendam. Ini untuk menjaga permukaan butiran es tetap lebih hangat dari pada kristal es di sekitarnya.

Ketika butiran es bersentuhan dengan kristal es, fenomena penting terjadi. Elektron mengalir dari objek yang lebih dingin menuju objek yang lebih hangat. Oleh karenanya butiran es terbebani elektron negatif. Efek yang sama terjadi ketika tetesan yang sangat dingin bersentuhan dengan butiran es dan ??tiny splinter of positively charged ice break off?? Pemicu api ini, yang terbenani partikel bermuatan positif kemudian terbawa menuju bagian awan yang lebih tinggi oleh ??updraft??. Butiran es, yang tertinggal dengan beban negatif, jatuh menuju bagian bawah dari pada awan, sehingga bagian bawah awan menjadi bermuatan negatif. Beban muatan negatif ini kemudian ditembakkan ke bumi sebagai kilat. Kita bisa menyimpulkan dari keterangan ini bahwa butiran es adalah faktor utama yang menimbulkan kilat.


Informasi tentang kilat ini hanya ditemukan baru-baru ini saja. Sampai dengan 1600 abad, ide Aristotle tentang meteorologi masih dominan. Sebagai contoh, dia menyatakan bahwa atmosfer berisi dua macam uap, basah dan kering. Dia juga mengatakan bahwa guntur adalah suara benturan antara uap kering dengan awan yang berdekatan, dan kilat adalah kobaran pembakaran dari uap kering yang tipis. Ini adalah ide-ide pada bidang meteorologi yang dominan pada masa Al-Quran diturunkan 1400 tahun yang lalu.

Minggu, 16 Mei 2010

Asmaul Husna ( أسماء الحسنى )



Asmaul Husna ( أسماء الحسنى )
Para pembaca yang tercinta. Apa yang saya tuliskan ini silahkan untuk diamalkan dan saya perbolehkan untuk dikopi. Namun saya meminta kepada Anda untuk ikhlasnya membacakan hadiah fatihah untuk penulis dan KH. Mukhtar Syafa'at. Semoga Allah selalu melimpahkan rahmat-Nya
Asmaul Husna

1. Allah ( الله )
Lafadz ini disebut juga lafadz Jalalah, dan juga disebut Ismudz Dzaat . Yakni dzat yang menciptakan langit, bumi dan seisinya termasuk kita sebagai umat manusia ini. Dan Dialah Tuhan seru sekalian alam.
Barang siapa yang mau membaca Yaa Allah sebanyak 5000 kali setiap malam sebulan lamanya dengan hati yang khusyu' dan tadlaru' lagi merendah kepada Allah, maka insya Allah apa yang kita inginkan akan terkabul dan berhasil.

2. Ar Rahman (الرحمن)
Nama ini artinya Yang Maha Pemurah . Apabila kita mau berdzikir dan membaca Ar Rahman sebanyak 500 kali setiap seusai shalat lima waktu, maka insya Allah hati kita dapat menjadi terang, dan hilanglah sifat pelupa kita serta gugup dengan ijin Allah.

3. Ar Rahiim ( الرحيم )
Nama ini artinya yang maha pengasih . Siapapun kalau dia meminta pasti akan dikasih, walau tidak sekarang, besok atau yang akan datang pasti akan dikasih. Barang siapa yang membaca lafadz ini seratus kali (100) setiap menjelang matahari tergelincir alias menjelang dhuhur maka dia akan dikasihi oleh setiap makhluk (manusia, jin, hewan).

4. Al maliku ( الملك )

Lafadz ini berarti yang merajai . Khasiatnya, apabila kita membaca Yaa Malik setiap pagi aatu setelah matahari tergelincir sebanyak 121 kali, maka insya Allah pada suatu ketika akan menjadi kaya dengan izin Allah SWT. Namun kitapun harus tetap rajin bekerja dan berusaha mencari rezeki, tidak berarti hanya berdo’a saja tanpa berusaha.

5. Al qudduus ( القدوس )

Lafadz ini artinya yang maha suci . Khasiatnya, kalau kita mau membaca lafadz Yaa Qudduus setiap hari sebanyak 100 kali sesudah matahari tergelincir, insya Allah hati kita berhasil dan suci dari sara sombong, rakus, dengki, iri hati, dendam dan sebangsanya.

6. As salaam ( السلام )

Lafadz ini artinya yang memberi keselamatan . Khasiatnya, kalau kita membaca Yaa Salaam setiap hari sebanyak 136 kali, maka insya Allah penyakit yang kita derita dalam tubuh kita dapat sembuh.

7. Al Mu’min ( المؤمن )

Lafadz ini artinya yang memberi keamanan . Barangsiapa yang menginginkan dirinya, keluarga dan harta bendanya dapat menjadi aman dari gangguan dan sebagainya, maka bacalah lafadz Yaa Mu’min setiap hari sebanyak 136 kali.

8. ِAl Muhaimin ( المهيمن )

Lafadz ini artinya yang maha memelihara . Khasiatnya, jika mau membaca Yaa Muhaimin sebanyak 100 kali setiap setelah selesai mandi dan kita berpakaian, maka insya Allah lahir dan batin kita menjadi bersih, dan hati kita menjadi terang. Jika kita baca lafadz ini setiap selesai dari shalat isya' sebanyak 145 kali, maka insya Allah jika kita menghafal sesuatu tak akan lupa (tidak mudah hilang).

9. Al Aziiz ( العـزيز )
Lafadz ini artinya yang dapat mengalahkan. Khasiatnya adalah kalau kita baca lafadz Yaa Aziiz sebanyak 40 kali selama 40 hari sesudah selesai sholat Shubuh, insya Allah dapat menjadi mulia dankaya dengan pertolongan Allah Ta'ala.

10. Al Jabbaar ( الجبـار )
Lafadz ini artinya yang maha perkasa. Barang siapa yang mau membaca Yaa Jabbaar sebanyak 226 kali setiap pagi dan sore maka insya Allah musuh-musuh kita tidak akan berdaya menghadapi kita, walaupun musuh-musuh telah melancarkan ancaman untuk memusuhi kita. Begitu pula berkat pertolongan Allah SWT, musuh-musuh kita akan menjadi tunduk.

11. Al Mutakabbir ( المتكبـر )
Lafadz ini artinya yang mempunyai kebesaran. Lafadz ini mempunyai khasiat yang sangat besar dan banyak sekali jika kita mengamalkannya. Oleh karena itu jika kita mau membaca lafadz Yaa Mutakabbiru sebanyak 662 kali sungguh menjadi tunduklah musuh-musuh kita atau siapa saja yang antipati kepada kita. Kemudian jika lafadz ini kita baca sewaktu akan bersetubuh dengan isteri, sungguh jika akan menjadi anak maka akan menjadi anak yang shalih dan shalihah. Amiin.

12. Al Khooliq ( الخـالـق )
Lafadz ini artinya yang menciptakan . Khasiatnya adalah:

* Jika kita kehilangan barang, dan agar barang itu dapat ketemu dan kembali lagi kepada kita, maka lakukanlah shalat sunnah 2 rakaat lalu bacalah Yaa Khooliqu sebanyak 5000 kali. Insya Allah berkat pertolongan Tuhan Yang Maha Kuasa barang yang hilang itu akan kembali.
* Bila kekasih, anak atau isteri kita meninggalkan rumah tanpa pamitan, agar mereka itu kembali lagi kepada kita, tak usah bingung-bingung dan susah hati. Cukup kita membaca Yaa Khooliqu sebanyak 5000 kali. Insya Allah Tuhan Yang Maha Kuasa menggerakkan hati mereka, dan mereka akan kembali lagi.
* Jika kita menjadi orang yang lamban, tumpul otak atau bebal. Dan kita ingin agar pikiran dan hati kita menjadi terang, maka bacalah Yaa Khooliqu sebanyak 731 kali. Berkat pertolongan Allah maka pikiran dan hati kita dapat menjadi terang dan cepat paham.

13. Al Baari'u ( البـارئ )
Lafadz ini artinya yang melepaskan . Khasiatnya adalah apabila dalam keadaan kesukaran atau kesulitan, dan ingin terlepas dari kesukaran atau kesulitan itu atau kita dalam keadaan sakit dan kita ingin lekas sembuh maka bacalah lafadz Yaa Baari'u sebanyak 100 kali niscaya kesukaran itu akan terlepas, dan sakit menjadi sembuh dengan ijin Allah berkat khasiat lafadz asma' tersebut.

99 Nama Allah SWT Asmaul Husna - Sembilan Puluh Sembilan Sebutan Tuhan Asma'ul Husnah




Di dalam kitab suci Al-Qur'an Allah SWT disebut juga dengan nama-nama sebutan yang berjumlah 99 nama yang masing-masing memiliki arti definisi / pengertian yang bersifat baik, agung dan bagus. Secara ringkas dan sederhana Asmaul Husna adalah sembilanpuluhsembilan nama baik Allah SWT.

Firman Allah SWT dalam surat Al-Araf ayat 180 :

"Allah mempunyai asmaul husna, maka bermohonlah kepadaNya dengan menyebut asmaul husna itu dan tinggalkanlah orang-orang yang menyimpang dari kebenaran dalam (menyebut) nama-namaNya. Nanti mereka akan mendapat balasan terhadap apa yang telah mereka kerjakan".

Berikut ini adalah 99 nama Allah SWT beserta artinya :
1. Ar-Rahman (Ar Rahman) Artinya Yang Maha Pemurah
2. Ar-Rahim (Ar Rahim) Artinya Yang Maha Mengasihi
3. Al-Malik (Al Malik) Artinya Yang Maha Menguasai / Maharaja Teragung
4. Al-Quddus (Al Quddus) Artinya Yang Maha Suci
5. Al-Salam (Al Salam) Artinya Yang Maha Selamat Sejahtera
6. Al-Mu'min (Al Mukmin) Artinya Yang Maha Melimpahkan Keamanan
7. Al-Muhaimin (Al Muhaimin) Artinya Yang Maha Pengawal serta Pengawas
8. Al-Aziz (Al Aziz) Artinya Yang Maha Berkuasa
9. Al-Jabbar (Al Jabbar) Artinya Yang Maha Kuat Yang Menundukkan Segalanya
10. Al-Mutakabbir (Al Mutakabbir) Artinya Yang Melengkapi Segala kebesaranNya
11. Al-Khaliq (Al Khaliq) Artinya Yang Maha Pencipta
12. Al-Bari (Al Bari) Artinya Yang Maha Menjadikan
13. Al-Musawwir (Al Musawwir) Artinya Yang Maha Pembentuk
14. Al-Ghaffar (Al Ghaffar) Artinya Yang Maha Pengampun
15. Al-Qahhar (Al Qahhar) Artinya Yang Maha Perkasa
16. Al-Wahhab (Al Wahhab) Artinya Yang Maha Penganugerah
17. Al-Razzaq (Al Razzaq) Artinya Yang Maha Pemberi Rezeki
18. Al-Fattah (Al Fattah) Artinya Yang Maha Pembuka
19. Al-'Alim (Al Alim) Artinya Yang Maha Mengetahui
20. Al-Qabidh (Al Qabidh) Artinya Yang Maha Pengekang
21. Al-Basit (Al Basit) Artinya Yang Maha Melimpah Nikmat
22. Al-Khafidh (Al Khafidh) Artinya Yang Maha Perendah / Pengurang
23. Ar-Rafi' (Ar Rafik) Artinya Yang Maha Peninggi
24. Al-Mu'izz (Al Mu'izz) Artinya Yang Maha Menghormati / Memuliakan
25. Al-Muzill (Al Muzill) Artinya Yang Maha Menghina
26. As-Sami' (As Sami) Artinya Yang Maha Mendengar
27. Al-Basir (Al Basir) Artinya Yang Maha Melihat
28. Al-Hakam (Al Hakam) Artinya Yang Maha Mengadili
29. Al-'Adl (Al Adil) Artinya Yang Maha Adil
30. Al-Latif (Al Latif) Artinya Yang Maha Lembut serta Halus
31. Al-Khabir (Al Khabir) Artinya Yang Maha Mengetahui
32. Al-Halim (Al Halim) Artinya Yang Maha Penyabar
33. Al-'Azim (Al Azim) Artinya Yang Maha Agung
34. Al-Ghafur (Al Ghafur) Artinya Yang Maha Pengampun
35. Asy-Syakur (Asy Syakur) Artinya Yang Maha Bersyukur
36. Al-'Aliy (Al Ali) Artinya Yang Maha Tinggi serta Mulia
37. Al-Kabir (Al Kabir) Artinya Yang Maha Besar
38. Al-Hafiz (Al Hafiz) Artinya Yang Maha Memelihara
39. Al-Muqit (Al Muqit) Artinya Yang Maha Menjaga
40. Al-Hasib (Al Hasib) Artinya Yang Maha Penghitung
41. Al-Jalil (Al Jalil) Artinya Yang Maha Besar serta Mulia
42. Al-Karim (Al Karim) Artinya Yang Maha Pemurah
43. Ar-Raqib (Ar Raqib) Artinya Yang Maha Waspada
44. Al-Mujib (Al Mujib) Artinya Yang Maha Pengkabul
45. Al-Wasi' (Al Wasik) Artinya Yang Maha Luas
46. Al-Hakim (Al Hakim) Artinya Yang Maha Bijaksana
47. Al-Wadud (Al Wadud) Artinya Yang Maha Penyayang
48. Al-Majid (Al Majid) Artinya Yang Maha Mulia
49. Al-Ba'ith (Al Baith) Artinya Yang Maha Membangkitkan Semula
50. Asy-Syahid (Asy Syahid) Artinya Yang Maha Menyaksikan
51. Al-Haqq (Al Haqq) Artinya Yang Maha Benar
52. Al-Wakil (Al Wakil) Artinya Yang Maha Pentadbir
53. Al-Qawiy (Al Qawiy) Artinya Yang Maha Kuat
54. Al-Matin (Al Matin) Artinya Yang Maha Teguh
55. Al-Waliy (Al Waliy) Artinya Yang Maha Melindungi
56. Al-Hamid (Al Hamid) Artinya Yang Maha Terpuji
57. Al-Muhsi (Al Muhsi) Artinya Yang Maha Penghitung
58. Al-Mubdi (Al Mubdi) Artinya Yang Maha Pencipta dari Asal
59. Al-Mu'id (Al Muid) Artinya Yang Maha Mengembali dan Memulihkan
60. Al-Muhyi (Al Muhyi) Artinya Yang Maha Menghidupkan
61. Al-Mumit (Al Mumit) Artinya Yang Mematikan
62. Al-Hayy (Al Hayy) Artinya Yang Senantiasa Hidup
63. Al-Qayyum (Al Qayyum) Artinya Yang Hidup serta Berdiri Sendiri
64. Al-Wajid (Al Wajid) Artinya Yang Maha Penemu
65. Al-Majid (Al Majid) Artinya Yang Maha Mulia
66. Al-Wahid (Al Wahid) Artinya Yang Maha Esa
67. Al-Ahad (Al Ahad) Artinya Yang Tunggal
68. As-Samad (As Samad) Artinya Yang Menjadi Tumpuan
69. Al-Qadir (Al Qadir) Artinya Yang Maha Berupaya
70. Al-Muqtadir (Al Muqtadir) Artinya Yang Maha Berkuasa
71. Al-Muqaddim (Al Muqaddim) Artinya Yang Maha Menyegera
72. Al-Mu'akhkhir (Al Muakhir) Artinya Yang Maha Penangguh
73. Al-Awwal (Al Awwal) Artinya Yang Pertama
74. Al-Akhir (Al Akhir) Artinya Yang Akhir
75. Az-Zahir (Az Zahir) Artinya Yang Zahir
76. Al-Batin (Al Batin) Artinya Yang Batin
77. Al-Wali (Al Wali) Artinya Yang Wali / Yang Memerintah
78. Al-Muta'ali (Al Muta Ali) Artinya Yang Maha Tinggi serta Mulia
79. Al-Barr (Al Barr) Artinya Yang banyak membuat kebajikan
80. At-Tawwab (At Tawwab) Artinya Yang Menerima Taubat
81. Al-Muntaqim (Al Muntaqim) Artinya Yang Menghukum Yang Bersalah
82. Al-'Afuw (Al Afuw) Artinya Yang Maha Pengampun
83. Ar-Ra'uf (Ar Rauf) Artinya Yang Maha Pengasih serta Penyayang
84. Malik-ul-Mulk (Malikul Mulk) Artinya Pemilik Kedaulatan Yang Kekal
85. Dzul-Jalal-Wal-Ikram (Dzul Jalal Wal Ikram) Artinya Yang Mempunyai Kebesaran dan Kemuliaan
86. Al-Muqsit (Al Muqsit) Artinya Yang Maha Saksama
87. Al-Jami' (Al Jami) Artinya Yang Maha Pengumpul
88. Al-Ghaniy (Al Ghaniy) Artinya Yang Maha Kaya Dan Lengkap
89. Al-Mughni (Al Mughni) Artinya Yang Maha Mengkayakan dan Memakmurkan
90. Al-Mani' (Al Mani) Artinya Yang Maha Pencegah
91. Al-Darr (Al Darr) Artinya Yang Mendatangkan Mudharat
92. Al-Nafi' (Al Nafi) Artinya Yang Memberi Manfaat
93. Al-Nur (Al Nur) Artinya Cahaya
94. Al-Hadi (Al Hadi) Artinya Yang Memimpin dan Memberi Pertunjuk
95. Al-Badi' (Al Badi) Artinya Yang Maha Pencipta Yang Tiada BandinganNya
96. Al-Baqi (Al Baqi) Artinya Yang Maha Kekal
97. Al-Warith (Al Warith) Artinya Yang Maha Mewarisi
98. Ar-Rasyid (Ar Rasyid) Artinya Yang Memimpin Kepada Kebenaran
99. As-Sabur (As Sabur) Artinya Yang Maha Penyabar / Sabar

* agama islam

Kamis, 13 Mei 2010

Manfaat Wudlu



Oleh : Imran Djau.

Prof Leopold Werner von Ehrenfels, seorang psikiater dan sekaligus neurology berkebangsaan Austria, menemukan sesuatu yang menakjubkan terhadap wudlu. Ia mengemukakan bahwa pusat-pusat syaraf yang paling peka yaitu sebelah dahi, tangan, dan kaki. Pusat-pusat syaraf tersebut sangat sensitif terhadap air segar. Dari sini ia menghubungkan hikmah wudlu yang membasuh pusat-pusat syaraf tersebut. Ia bahkan merekomendasikan agar wudlu bukan hanya milik dan kebiasaan umat Islam, tetapi untuk umat manusia secara keseluruhan.

Dengan senantiasa membasuh air segar pada pusat-pusat syaraf tersebut, maka berarti orang akan memelihara kesehatan dan keselarasan pusat sarafnya. Pada akhirnya Leopold memeluk agama Islam dan mengganti nama menjadi Baron Omar Rolf Ehrenfels.

Ulama Fikih juga menjelaskan hikmah wudlu sebagai bagian dari upaya untuk memelihara kebersihan fisik dan rohani. Daerah yang dibasuh dalam air wudlu, seperti tangan, daerah muka termasuk mulut, dan kaki memang paling banyak bersentuhan dengan benda-benda asing termasuk kotoran. Karena itu, wajar kalau daerah itu yang harus dibasuh.

Ulama tasawuf menjelaskan hikmah wudlu dengan menjelaskan bahwa daerah-daerah yang dibasuh air wudlu memang daerah yang paling sering berdosa. Kita tidak tahu apa yang pernah diraba, dipegang, dan dilakukan tangan kita. Banyak pancaindera tersimpul di bagian muka.

Berapa orang yang jadi korban setiap hari dari mulut kita, berapa kali berbohong, memaki, dan membicarakan aib orang lain. Apa saja yang dimakan dan diminum. Apa saja yang baru diintip mata ini, apa yang didengar oleh kuping ini, dan apa saja yang baru dicium hidung ini? Ke mana saja kaki ini gentayangan setiap hari? Tegasnya, anggota badan yang dibasuh dalam wudlu ialah daerah yang paling riskan untuk melakukan dosa.

Organ tubuh yang menjadi anggota wudlu disebutkan dalam QS al-Maidah [5]:6, adalah wajah, tangan sampai siku, dan kaki sampai mata kaki. Dalam hadis riwayat Muslim juga dijelaskan bahwa, air wudlu mampu mengalirkan dosa-dosa yang pernah dilakukan oleh mata, penciuman, pendengaran, tangan, dan kakinya, sehingga yang bersangkutan bersih dari dosa.

Kalangan ulama melarang mengeringkan air wudlu dengan kain karena dalam redaksi hadis itu dikatakan bahwa proses pembersihan itu sampai tetesan terakhir dari air wudlu itu (ma’a akhir qathr al-ma’).

Wudlu dalam Islam masuk di dalam Bab al-Thaharah (penyucian rohani), seperti halnya tayammum, syarth, dan mandi junub. Tidak disebutkan Bab al-Nadhafah (pembersihan secara fisik). Rasulullah SAW selalu berusaha mempertahankan keabsahan wudlunya.

Yang paling penting dari wudlu ialah kekuatan simboliknya, yakni memberikan rasa percaya diri sebagai orang yang ‘bersih’ dan sewaktu-waktu dapat menjalankan ketaatannya kepada Tuhan, seperti mendirikan shalat, menyentuh atau membaca mushaf Alquran. Wudlu sendiri akan memproteksi diri untuk menghindari apa yang secara spiritual merusak citra wudlu. Dosa dan kemaksiatan berkontradiksi dengan wudlu.

Sedekah Tiap Ruas Tulang



Rasulullah SAW bersabda, “Hendaklah masing-masing kamu bersedekah untuk setiap ruas tulang badanmu pada setiap pagi. Sebab tiap kali bacaan tasbih itu adalah sedekah, setiap tahmid adalah sedekah, setiap tahlil adalah sedekah, setiap takbir adalah sedekah, menyuruh kepada yang makruf adalah sedekah, mencegah yang munkar adalah sedekah. Dan sebagai ganti dari semua itu, maka cukuplah mengerjakan dua rakaat shalat dhuha.” (HR Muslim).

Nabi Muhammad SAW mengingatkan segenap umatnya agar senantiasa bergerak dinamis dalam beramal saleh, berlomba-lomba dalam kebaikan, serta mempersembahkan pengabdian terbaik dari jiwa raganya untuk berbagai aktivitas di jalan Allah SWT. Bahkan, digambarkan agar setiap muslim untuk mensyukuri seluruh 360 ruas tulang yang Allah berikan ke dalam tubuh manusia. Caranya, adalah dengan bersedekah untuk setiap ruas tulang yang kita miliki.

Pertama, dengan memperbanyak frekwensi ucapan kalimat thayyibah setiap pagi hari. Seperti ucapan ‘subhanallah’ (Maha Suci Allah), ‘Alhamdulillah’ (Segala Puji bagi Allah), ‘Lailaha illallah’ (Tidak ada Tuhan selain Allah), dan ‘Allah Akbar’ (Allah Maha Besar).

Kedua, senantiasa memerintahkan yang baik dan mencegah yang buruk (amar makruf nahi munkar). Allah berfirman; “Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh kepada yang makruf dan mencegah dari yang munkar; merekalah orang-orang yang beruntung.” (QS Ali Imran [3]: 104).

Ketiga, menegakkan shalat Dluha dua rakaat di pagi hari. Sebab, banyak kemuliaan dan manfaat dari shalat Dluha. Rasulullah SAW bersabda; “Siapa saja yang dapat mengerjakan shalat Dluha dengan langgeng (lapang), maka akan diampuni dosanya oleh Allah, sekalipun dosa itu sebanyak buih di lautan.” (HR Tirmidzi).

Bersedekah untuk setiap ruas tulang badan merupakan ungkapan rasa syukur atau terima kasih kepada Allah atas segala karunia, baik berupa kesehatan, rezeki, kesempatan, maupun kesempurnaan tubuh. Maka, alangkah kufurnya bagi setiap orang, bila mereka tak pernah mau bersedekah dengan diri mereka atas nikmat sehat yang diberikan Allah pada setiap ruas tulangnya.

Jika seseorang pandai berterima kasih (dan bersyukur) kepada Allah, maka Sang Pencipta pun akan membalasnya dengan kebaikan yang lebih banyak lagi. “Dan (ingatlah), tatkala Tuhanmu memaklumkan; “Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti Kami akan menambah (nikmat) kepadamu, dan jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), maka sesungguhnya azab-Ku sangat pedih.” (QS Ibrahim [14]: 7).

Apalagi, pada hari pembalasan (kiamat) nanti, seluruh anggota badan seperti tangan dan kaki, yang dihubungkan dengan ruas-ruas tulang, akan menjadi saksi atas apa-apa yang dikatakan dan diperbuat selama hidup di dunia. “Dan pada hari ini Kami tutup mulut-mulut mereka; lalu berkatalah kepada Kami tangan mereka, dan memberi kesaksianlah kaki mereka terhadap apa yang dahulu mereka usahakan”. (QS Yasin [36]: 65). Wa Allahu A’lam.

Seni Mendidik Buah Hati



Dewasa ini, banyak orangtua yang salah kaprah di dalam mendidik anak-anaknya

SECARA umum, seluruh orangtua pasti meminginginkan buah hatinya menjadi anak-anak yang sholeh dan sholehah. Siapa pun dia, sebagai orangtua pasti menharapkan hal tersebut. Seorang pejudi, tentu akan suka ketika ia mengetahui anaknya menjadi penjudi. Seorang pencuri, sangat tidak mungkin memiliki cita-cita, agar anaknya menjadi pelanjut perilaku buruknya, begitu pula terhadap kasus-kasus yang lain.

Islam memandang anak itu sebagai asset masa depan, yang akan penyuplai pahala bagi orangtuanya. Dan itu akan terwujud, apa bila orangtua sukses menghantarkan mereka menjadi pribadi-pribadi yang shaleh dan shalehah, yang senantiasa mentaati Allah dan Rosul-Nya. Rosulullah bersabda, “Ketika anak adam meninggal, maka terputuslah amal perbuatannya, kecuali tiga perkara; shodaqoh jariyah, ilmu yang bermanfaat, dan anak yang shaleh, yang senantiasa mendoakan orangtuanya," (Al-Hadits).

Untuk melangkah ke sana, maka peran orangtua dalam mendidik anaknya semasa dini sangat berperan penting bagi pertumbuhan karakter mereka. Ingat, orangtua adalah guru pertama setiap bani adam, sebelum mereka menempuh bangku sekolah. Karenanya, pada masa ini sangat penting mengarahkan mereka menjadi sosok yang berkepribadian muslim sejati.

Namun sayangnya, khususnya dewasa ini, yang lebih dikenal dengan gaya hidup yang konsumtif lagi hidonis, banyak orangtua yang salah kaprah di dalam mendidik anak-anaknya. Tidak sedikit dari mereka memperlakukan anak-anak mereka bak raja yang selalu dituruti kemauannya, tanpa mempertimbangkan tanpa mempertimbangkan nilai positif dan negatif.

Ada lagi di antara mereka yang disibukkan dengan urusan bisnis –yang katanya- demi masa depan anak-anak. Baby sitter dijadikan wakil mereka di dalam membangun karakter anak, padahal, belum lah tentu, pengasuh bayi tersebut akan mengarahkan anak-anak sesuai dengan apa yang kita inginkan (berbudi mulia). Maka jangan salahkan siapa-siapa, bila kemudian hari para orangtua memetik buah yang tidak sesuai dengan apa yang diharapkan, karena pola pendidikan yang mereka (orangtua) terapkan sendiri.

Tengoklah di sekitar kita, betapa banyak anak orang kaya, pejabat, yang terjerumus dalam dunia gelap, diskotik, narkotika, dan lain sebagainya, karena mempraktekkan pola pendidikan yang demikian.

Sebagai orangtua, tentulah hatinya akan miris melihat kenyataan demikian. Sebelum hal tersebut terjadi pada keluarga kita, atau untuk menyetop itu semua, maka, sebagai orangtua, mari kembali kita perhatikan pendidikan anak-anak kita lebih intens, dan tentunya sesuai dengan tuntunan yang telah dicontohkan oleh Rosulullah, sebagai suri tauladan kita dalam segala hal.Dan di bawah ini beberapa seni islami, yang yang telah dicontohkan oleh Rosulullah dalam membimbing anak-anak beliau, sahabat-sahabat beliau, sehingga menjadi pribadi-pribadi yang mulia, yang berakhlakul karimah, sekelas Ali bin Abi Thalib, dan putri beliau sendiri, Fathimah:

1. Memberi Teladan

Memberi teladan yang baik kepada anak, merupakan suatu keharusan bagi orangtua yang ingin anaknya tumbuh sebagai orang yang berperilakuan baik. Sebab, bagaimanapun juga, sebagai anak, tentu mereka akan bercermin kepada tingkah laku orangtuanya di dalam bertindak. Jangan sampai, larangan yang kita berikan secara verbal, justru bertolak belakang dengan perbuatan kita. hal ini lah –terkadang- yang menyebabkan turunnya wibawah orangtua di mata anak. “ayah/ibu sendiri kayak gitu”. Bantahan-bantahan seperti ini menunjukkan akan adanya degradasi martabat orangtua di mata anak. Hal ini akan terjadi ketika orangtua tidak mampu memberikan teladan terhadap apa yang ia ucapkan sendiri.

Ingat ada pepatah yang mengatakan, “kalaamul haali afshahu min kalaamil lisaani”, ucapan dengan tindakan, itu lebih fasih (mengena) dari pada dengan lisan. Rosulullah sendiri, banyak mendidik sahabat-sahabatnya, istri-istri, anak-anaknya, dengan memberi teladan, tanpa harus mengeluarkan kata. Dan itu bisa kita lihat, pada hadits yang diriwayatkan oleh para sahabat dengan redaksi, raaitu (aku melihat), sami’tu (aku mendengar). Dan salah satu dari hadits tersebut adalah sebagaimana yang ditriwayatkan oleh ‘Adurrahman bin Abi Bakrah, bahwa ia berkata pada ayahnya, “Wahai ayahku, sesungguhnya aku mendengar engkau setiap pagi berdo’a: allahumma ‘aafini fii badanii, allahumma ‘aafinii fii sam’ii, allahumma ‘aafinii fii basharii, walaa ilaaha illan anta (ya Allah, sehatkanlah badanku. Ya Allah sehatkanlah penglihatanku, ya Allah sehatkanlah badanku. Tiada Tuhan kecuali Engkau). Yang engkau ulang tiga kali pada pagi hari dan tiga kali pada sore hari”. Ia (ayahnya) menjawab: “sungguh aku telah mendengar Rosulullah Shalallahu ‘alaihi wasallama, berdo’a dengan kata-kata ini. oleh karena itu, aku senang mengikuti sunnah-sunnahnya. (H.R. Abu Daud)

2. Bercerita

Sungguh sepertiga dari isi Al-Quran itu adalah berisi tentang kisah-kisah nyata orang terdahulu. Dan tidak lain tujuannya, agar supaya umat manusia mengambil pelajaran dari mereka, baik dari golongan yang mulia, ataupun dari mereka yang dimurkai. Simaklah firman Allah, “sesungguhnya pada kisah-kisah mereka terdapat pengajaran bagi mereka yang memiliki akal. Al-Quran itu bukanlah cerita yang dibuat-buat. Akan tetapi, membenarkan (kitab-kitab) yang sebelumnya yang menjelaskan segala sesuatu dan sebagai petunjuk dan rahmat bagi kaum yang beriman (Yunus: 111).

Selain memberi tauladan, menceritakan kisah-kisah orang shaleh, sukses, dermawan, dll, merupakan seni mendidik yang sangat baik bagi pertumbuhan karakter mulia pada diri anak-anak. Nasehat yang kita berikan dengan pola demikian, akan lebih mudah bagi mereka untuk mencernanya. Cara mendidik model ini, pun telah dipraktekkan oleh Rosulullah dalam membina ummatnya. Sebab itu, orangtua dituntut untuk memiliki segudang kisah-kisah dan mampu mengemasnya dengan baik. Hadits yang menjelaskan tentang dimasukkannya seorang pelacur ke dalam surga karena menyelamatkan seekor anjing yang kehausan adalah di antara buktinya.

3. Menyertai Bermain

Di tengah kehidupan yang menjadikan harta sebagai setandar kebahagiaan seperti saat ini, tak jarang orangtua lebih memilih untuk meningggalkan anaknya, demi meniti karer, atau bisnisnya. Apapun alasan yang mendasari keputusan mereka tersebut, tentu tidak serta merta dibenarkan. Anak memiliki hak untuk ditemani berjengkrama. Jangan sampai, karena alasan bisnis, orangtuanya membiarkan anaknya tergilas moralnya, karekternya oleh lingkungan sekitar, baik itu teman mainnya, ataupun tontonan yang ia lihat dari layar kaca.

Kasus video yang memperlihatkan seorang bocah asal Malang yang berinisial S.A.S, yang tengah menyeruput kopi dan rokok, serta ‘disempurnakan’ dengan omelan-omelan cabulnya beberapa waktu lalu, setidaknya bisa dijadikan pelajaran, betapa turut-sertanya orangtua dalam setiap kegiatan mereka, sangat berperan penting dalam membentuk kepribadian yang shaleh/shalehah.

Perhatikan penuturan Abu Sufyan berikut ini mengenai urgensi orangtua dalam menyertai anaknya bermain. Dari Abi Sufyan, ia berkata: Saya datang ke rumah mu’awiyah ketika ia bersandar, sedangkan punggung dan dadanya digelayuti seorang anak laki-laki atau anak perempuan. Saya berkata: “singkirkanlah anak ini dari dirimu, wahai amirul mukminin!” ia menjawab: “saya mendengar Rosulullah pernah bersabda: ‘barang siapa yang memiliki anak kecil, hendaklah ikut bermain-main dengannya.” (H.R. Ibnu Asakir).

4. Menciptakan Kondisi Untuk Berbuat Baik

Ada pepatah yang mengatakan, “belajar di waktu kecil, bagaikan mengukir di atas batu.”. secara tersirat, pribahasa ini memeberi tahu kita, bahwa mengarahkan anak yang masih berusia dini untuk menjadi sosok yang berakhlakul karimah, itu relatif lebih mudah, ketimbang mereka yang sudah ‘kadar luarsa’. Sebab itu, orangtua harus mampu menciptakan kondisi agar anak tertarik untuk berbuat baik.

Sebagai contoh, ketika orangtua tekun beribadah, berakhlakul karimah, membantu yang lemah, maka secara tidak langsung, mereka telah menciptakan suatu kondisi yang positif untuk anak-anak mereka, agar melaksanakan apa-apa yang mereka (orangtua) kerjakan. Hal inilah yang dituntunkan oleh Rosulullah kepada para sahabatnya. Sabda beliau yang disampaikan oleh Abu Hurairah, bahwasanya Rosulullah saw bersabda, “bantulah anak-anakmu untuk dapat berbakti (kepada orangtuanya) bagi siapa yang ingin anak-anaknya tidak durhaka ke pada mereka (orangtua) (HR. Thabrani).

5. Menanamkan Kebiasaan Baik

Suatu hari, Abdullah bin Mas’ud sedang berkumpul-kumpul dengan sahabat-sahabat senior, yang pernah bersua dengan Rosulullah. Di tengah-tengah pembicaraan mereka, Abdullah bin Mas’ud bertutur tentang bagaimana memperlakukan anak-anak, “biasakanlah mereka dengan perbuatan baik, karena sesungguhnya kebaikan itu dengan membiasakannya”.

Suatu perbuatan, apa bila itu telah menjadi kebiasaan, maka ia akan berubah menjadi karakter bagi si-pelaku. Karenanya, kita harus membiasakan putra-putri kita untuk berbuat baik sedari dini mungkin, sehingga, kebiasaan-kebiasaan positif yang telah tertanam sejak kecil, benar-benar tertancap pada jiwa mereka, yang kemudian menjelma menjadi karakter pribadian. Akhirnya, jadilah ia sosok yang memiliki jiwa yang luhur, lagi terpuji.

6 Mencontohkan Figur Yang Benar

Seiring dengan derasnya laju perkembangan zaman yang tak terkontrol saat ini, tak jarang membuat anak-anak tertarik untuk mengidolakan sosok yang sebenarnya kurang patut untuk dijadikan idola/figur. Acara-acara di TV, kini juga sedang menggiring mereka untuk memilih para idola yang tolak ukurnya bukan kepada akhlak mereka, namun lebih dipacu kepada mereka yang memiliki ketenaran secara publik, sekalipun akhlak mereka busuk. Hal yang demikian ini, tentu sangat membahayakan bagi kepribadian anak-anak. Kenapa? Sebagai pengidola, tentulah mereka akan melacak segala hal yang berkaitan denga si-idola, bahkan, bukan suatu yang tak mungkin mereka akan meniru apa yang mereka dapatkan, sekalipun hal tersebut sesuatu yang tercela.

Karenanya, sebagai orangtua, sepantasnya memilihkan figur yang baik bagi anak-anak mereka, sehingga tidak salah pilih. Para nabi, sahabat, ulama adalah sosok yang patut diteladani.

Berkaitan dengan hal memilih figur, Syaidina Ali pernah berkata, “Didiklah anak-anak kamu sekalian dengan tiga sifat yang baik, yaitu: cinta kepada Nabimu (Muhammad), cinta kepada anggota keluarganya, dan cinta untuk membaca Al-Quran.” (HR. Thabrani dan Ibnu Najjar)

7. Santun

Tak jarang orangtua karena kesal terhadap perilaku anak-anaknya yang bertentangan dengan apa yang mereka (orangtua) inginkan, bentakanpun akhirnya meluncur pada anak bani adam yang masih polos-polos ini. bahkan, terkadang, tanganpun ikut ‘berbicara’ dengan cara menjewer, mencubit, dan lain sebagainya.

Cukuplah sabda rosulullah di bawah ini, mengajak kita untuk mendidik anak dengan cara santun, sesantun-santun mungkin. Dari Mu’awiyah bin Al-Hakam As-Sulaimi, ia berkata: ketika aku shalat bersama Nabi, tiba-tiba ada seorang dari kaum itu bersin, lalu aku berkata: ‘Yarhamukallah!’ (semoga Allah menghormatimu’) orang-orang pun melemparkan pandangannya kepadaku. Akupun berkata: ‘sialan ibu! Mengapa kalian memandangku? Mu’awiyah berkata: ‘lalu mereka memukulkan tangan mereka pada pahanya, yang kami duga mereka menyuruh diam, maka akupun diam. Tatkala Nabi selesai shalat, demi ayah dan ibuku, aku belum pernah melihat seorang guru sebelum dan sesudahnya yang teramat baik pengajarannya, kecuali Nabi saw. Demi Allah, beliau tidak pernah merendahkan aku, dan mencelaku, namun beliau bersabda: “Sesungguhnya shalat itu tidak patut dicampur dengan omongan manusia. Tidak lain sholat itu melainkan bertasbih, bertakbir, dan membaca Al-Quran atau kata yang serupa itu.”(HR. Ahmad, Muslim, Nasa’I, dll.)

8. Memberi Dorongan dan Peringatan.



Cinta seorang muslim terhadap anaknya, bukanlah cita yang buta, akan tetapi, justru kecintaannya tersebut mampu menghantarkan keduanya lebih kenal dan cinta kepada Allah. inilah cinta hakiki seorang ayah/ibu yang taat beragama kepada anaknya. Sebab itu, mereka senantiasa memberi dorongan kepada anaknya untuk senantiasa mendekatkan diri kepada Allah, dan menegurnya ketika lalai, ataupun sebagainya.

Selaras denga hal ini, ada sebuah riwayat yang menyatakan, dari Watsilah bin Asqa’, sesungguhnya Rosulullah saw, menemui Utsman bin Mazh’un yang sedang bersama salah seorang anak kecilnya yang laki-laki dan anak tersebut diciumnya. Nabi saw. Bertanya kepadanya: “Apakah ini anak laki-lakimu?” ia menjawa “ya” kembali Nabi bertanya “Engkau mencintainya wahai Utsman?’ ia berkata “ demi Allah wahai Rosulullah, saya mencintainya” Nabi bersabda “maukah engkau aku tunjukkan agar engkau lebih mencintai dia?” ia berkata” baiklah, ya Rosulullah” Nabi bersabda “barang siapa yang membuat senang hati anak kecil dari keturunannya hingga dia menjadi senang, maka Allah akan menjadikan ia senang pada hari kiamat sampai orangtua itu senang.” (HR. Ibnu Asakir).

Demikianlah di antara seni dalam mendidik anak, agar mereka tumbuh sebgai Qurratul ‘ayun (yang menyejukkan hati) karena menyaksikan ketaatan mereka kepada Allah dan Rosul-Nya. Wallahu ‘alam bia-shawab

Selasa, 11 Mei 2010

Mengenalkan Allah Kepada Anak



Oleh: Imran Djau
Rasulullah saw. pernah mengingatkan, untuk mengawali bayi-bayi kita dengan kalimat laa ilaaha illaLlah." Kalimat suci inilah yang kelak akan membekas pada otak dan hati mereka

Kalau anak-anak itu kelak tak menjadikan Tuhannya sebagai tempat meminta dan memohon pertolongan, barangkali kitalah penyebab utamanya. Kitalah yang menjadikan hati anak-anak itu tak dekat dengan Tuhannya. Bukan karena kita tak pernah mengenalkan –meskipun barangkali ada yang demikian—tetapi karena keliru dalam memperkenalkan Tuhan kepada anak. Kerapkali, anak-anak lebih sering mendengar asma Allah dalam suasana menakutkan.
Mereka mengenal Allah dengan sifat-sifat jalaliyah-Nya, sementara sifat jamaliyah-Nya hampir-hampir tak mereka ketahui kecuali namanya saja. Mereka mendengar asma Allah ketika orangtua hendak menghukumnya. Sedangkan saat gembira, yang mereka ketahui adalah boneka barbie. Maka tak salah kalau kemudian mereka menyebut nama Allah hanya di saat terjadi musibah yang mengguncang atau saat kematian datang menghampiri orang-orang tersayang.
Astaghfirullahal ‘adziim…
Anak-anak kita sering mendengar nama Allah ketika mereka sedang melakukan kesalahan, atau saat kita membelalakkan mata untuk mengeluarkan ancaman. Ketika mereka berbuat "keliru" –meski terkadang kekeliruan itu sebenarnya ada pada kita—asma Allah terdengar keras di telinga mereka oleh teriakan kita, "Ayo…. Nggak boleh! Dosa!!! Allah nggak suka sama orang yang sering berbuat dosa."
Atau, saat mereka tak sanggup menghabiskan nasi yang memang terlalu banyak untuk ukuran mereka, kita berteriak, "E… nggak boleh begitu. Harus dihabiskan. Kalau nggak dihabiskan, namanya muba…? Muba…? Mubazir!!! Mubazir itu temannya setan. Nanti Allah murka, lho."
Setiap saat nama Allah yang mereka dengar lebih banyak dalam suasana negatif; suasana yang membuat manusia justru cenderung ingin lari. Padahal kita diperintahkan untuk mendakwahkan agama ini, termasuk kepada anak kita, dengan cara "mudahkanlah dan jangan dipersulit, gembirakanlah dan jangan membuat mereka lari". Anak tidak merasa dekat dengan Tuhannya jika kesan yang ia rasakan tidak menggembirakan. Sama seperti penggunaan kendaraan bermotor yang cenderung menghindari polisi, bahkan di saat membutuhkan pertolongan. Mereka "menjauh" karena telanjur memiliki kesan negatif yang tidak menyenangkan. Jika ada pemicu yang cukup, kesan negatif itu dapat menjadi benih-benih penentangan kepada agama; Allah dan rasul-Nya. Na’udzubillahi min dzalik.
Rasanya, telah cukup pelajaran yang terbentang di hadapan mata kita. Anak-anak yang dulu paling keras mengumandangkan adzan, sekarang sudah ada yang menjadi penentang perintah Tuhan. Anak-anak yang dulu segera berlari menuju tempat wudhu begitu mendengar suara batuk bapaknya di saat maghrib, sekarang di antara mereka ada yang berlari meninggalkan agama. Mereka mengganti keyakinannya pada agama dengan kepercayaan yang kuat pada pemikiran manusia, karena mereka tak sanggup merasakan kehadiran Tuhan dalam kehidupan. Sebab, semenjak kecil mereka tak biasa menangkap dan merasakan kasih-sayang Allah.
Agaknya, ada yang salah pada cara kita memperkenalkan Allah kepada anak. Setiap memulai pekerjaan, apa pun bentuknya, kita ajari mereka mengucap basmalah. Kita ajari mereka menyebut nama Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang. Tetapi kedua sifat yang harus selalu disebut saat mengawali pekerjaan itu, hampir-hampir tak pernah kita kenalkan kepada mereka (atau jangan-jangan kita sendiri tak mengenalnya?). Sehingga bertentangan apa yang mereka rasakan dengan apa yang mereka ucapkan tentang Tuhannya.
Bercermin pada perintah Nabi saw. dan urutan turunnya ayat-ayat suci yang awal, ada beberapa hal yang patut kita catat dengan cermat. Seraya memohon hidayah kepada Allah atas diri kita dan anak-anak kita, mari kita periksa catatan berikut ini:

Awali Bayimu dengan Laa Ilaaha IllaLlah

Rasulullah saw. pernah mengingatkan, "Awalilah bayi-bayimu dengan kalimat laa ilaaha illaLlah."
Kalimat suci inilah yang perlu kita kenalkan di awal kehidupan bayi-bayi kita, sehingga membekas pada otaknya dan menghidupkan cahaya hatinya. Apa yang didengar bayi di saat-saat awal kehidupannya akan berpengaruh pada perkembangan berikutnya, khususnya terhadap pesan-pesan yang disampaikan dengan cara yang mengesankan. Suara ibu yang terdengar berbeda dari suara-suara lain, jelas pengucapannya, terasa seperti mengajarkan (teaching style) atau mengajak berbincang akrab (conversational quality), memberi pengaruh yang lebih besar bagi perkembangan bayi. Selain menguatkan pesan pada diri anak, cara ibu berbicara seperti itu juga secara nyata meningkatkan IQ balita, khususnya usia 0-2 tahun. Begitu pelajaran yang bisa saya petik dari hasil penelitian Bradley & Caldwell berjudul 174 Children: A Study of the Relationship between Home Environment and Cognitive Development during the First 5 Years.
Apabila anak sudah mulai besar dan dapat menirukan apa yang kita ucapkan, Rasulullah saw. memberikan contoh bagaimana mengajarkan untaian kalimat yang sangat berharga untuk keimanan anak di masa mendatang. Kepada Ibnu ‘Abbas yang ketika itu masih kecil, Rasulullah saw. berpesan:
"Wahai anakku, sesungguhnya aku akan mengajarkanmu beberapa kata ini sebagai nasehat buatmu. Jagalah hak-hak Allah, niscaya Allah pasti akan menjagamu. Jagalah dirimu dari berbuat dosa terhadap Allah, niscaya Allah akan berada di hadapanmu. Apabila engkau menginginkan sesuatu, mintalah kepada Allah. Dan apabila engkau menginginkan pertolongan, mintalah pertolongan pada Allah. Ketahuilah bahwa apabila seluruh ummat manusia berkumpul untuk memberi manfaat padamu, mereka tidak akan mampu melakukannya kecuali apa yang telah dituliskan oleh Allah di dalam takdirmu itu.Juga sebaliknya, apabila mereka berkumpul untuk mencelakai dirimu, niscaya mereka tidak akan mampu mencelakaimu sedikit pun kecuali atas kehendak Allah. Pena telah diangkat dan lembaran takdir telah kering." (HR. At-Tirmidzi).
Dalam riwayat lain disebutkan, "Jagalah hak-hak Allah, niscaya engkau akan mendapatkan Dia ada di hadapanmu. Kenalilah Allah ketika engkau berada dalam kelapangan, niscaya Allah pun akan mengingatmu ketika engkau berada dalam kesempitan. Ketahuilah bahwa segala sesuatu yang salah dalam dirimu tidak mesti engkau langsung mendapatkan hukuman-Nya. Dan juga apa-apa yang menimpa dirimu dalam bentuk musibah atau hukuman tidak berarti disebabkan oleh kesalahanmu. Ketahuilah bahwa pertolongan itu akan datang ketika engkau berada dalam kesabaran, dan bersama kesempitan akan ada kelapangan. Juga bersama kesulitan akan ada kemudahan."
Apa yang bisa kita petik dari hadis ini? Tak ada penolong kecuali Allah Yang Maha Kuasa; Allah yang senantiasa membalas setiap kebaikan. Tak ada tempat meminta kecuali Allah. Tak ada tempat bergantung kecuali Allah. Dan itu semua menunjukkan kepada anak bahwa tidak ada tuhan kecuali Allah.
Wallahu a’lam bishawab.

Iqra’ Bismirabbikal ladzii Khalaq

Sifat Allah yang pertama kali dikenalkan oleh-Nya kepada kita adalah al-Khaliq dan al-Karim, sebagaimana firman-Nya, "Bacalah dengan nama Tuhanmu Yang Menciptakan. Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah. Bacalah, dan Tuhanmulah Yang Maha Pemurah. Yang mengajar dengan perantaraan kalam. Dia mengajarkan kepada manusia apa yang tidak diketahuinya." (QS. Al-‘Alaq: 1-5).
Setidaknya ada tiga hal yang perlu kita berikan kepada anak saat mereka mulai bisa kita ajak berbicara. Pertama, memperkenalkan Allah kepada anak melalui sifat-Nya yang pertama kali dikenalkan, yakni al-Khaliq (Maha Pencipta). Kita tunjukkan kepada anak-anak kita bahwa kemana pun kita menghadap wajah kita, di situ kita menemukan ciptaan Allah. Kita tumbuhkan kesadaran dan kepekaan pada mereka, bahwa segala sesuatu yang ada di sekelilingnya adalah ciptaan Allah. Semoga dengan demikian, akan muncul kekaguman anak kepada Allah. Ia merasa kagum, sehingga tergerak untuk tunduk kepada-Nya.
Kedua, kita ajak anak untuk mengenali dirinya dan mensyukuri nikmat yang melekat pada anggota badannya. Dari sini kita ajak mereka menyadari bahwa Allah Yang Menciptakan semua itu. Pelahan-lahan kita rangsang mereka untuk menemukan amanah di balik kesempurnaan penciptaan anggota badannya. Katakan, misalnya, pada anak yang menjelang usia dua tahun, "Mana matanya? Wow, matanya dua, ya? Berbinar-binar. Alhamdulillah, Allah ciptakan mata yang bagus untuk Owi. Matanya buat apa, Nak?"
Secara bertahap, kita ajarkan kepada anak proses penciptaan manusia. Tugas mengajarkan ini, kelak ketika anak sudah memasuki bangku sekolah, dapat dijalankan oleh orangtua bersama guru di sekolah. Selain merangsang kecerdasan mereka, tujuan paling pokok adalah menumbuhkan kesadaran –bukan hanya pengetahuan—bahwa ia ciptaan Allah dan karena itu harus menggunakan hidupnya untuk Allah.
Ketiga, memberi sentuhan kepada anak tentang sifat kedua yang pertama kali diperkenalkan oleh Allah kepada kita, yakni al-Karim. Di dalam sifat ini berhimpun dua keagungan, yakni kemuliaan dan kepemurahan. Kita asah kepekaan anak untuk menangkap tanda-tanda kemuliaan dan sifat pemurah Allah dalam kehidupan mereka sehari-hari, sehingga tumbuh kecintaan dan pengharapan kepada Allah. Sesungguhnya manusia cenderung mencintai mereka yang mencintai dirinya, cenderung menyukai yang berbuat baik kepada dirinya dan memuliakan mereka yang mulia.
Wallahu a’lam bishawab.

KUNCI-KUNCI RIZKI


Di antara hal yang menyibukkan hati manusia adalah mencari rizki. Tidak sedikit dari kalangan manusia ini yang mencari rizki dengan cara yang diharamkan Allah. Baik dari golongan tingkat atas maupun tingkat paling bawah, baik oleh pejabatnya maupun oleh buruh sekalipun.Mereka tidak lagi peduli terhadap larangan Allah dan Rasul-Nya r, Mereka tidak lagi bisa membedakan mana yang halal dan mana yang haram karena akal sehatnya sudah tak dapat lagi berfungsi lantaran rakusnya terhadap dunia dan lupa terhadap Allah Ar Razzaaq.
Kita dapat menyaksikan dengan mata kepala kita sendiri, banyak dari kaum muslimin mendatangi tempat-tempat yang haram dikunjungi seperti dukun-dukun, paranormal, orang pintar atau apa saja sebutan mereka yang mengaku mengetahui perkara yang ghaib. Mereka meminta melalui perantaraan orang orang yang dianggap bisa mengeluarkan mereka dari musibah dan mereka juga memohon pertolongan untuk mengetahui urusan yang ghaib. Dan ketahuilah, bahwa rizki adalah salah satu dari perkara yang ghaib itu.
Adalah suatu kewajiban bagi kita untuk bertawakkal kepada Allah yang telah menciptakan dan menanggung rizki semua makhluk-Nya. Dan sudah keharusan bagi kita untuk mengembalikan semua perkara yang ghaib itu kepada Allah saja.
Allah dan Rasul-Nya r telah memerintahkan kita untuk mencari rizki yang halal dan baik, yang tentunya dengan cara berusaha yang halal dan baik pula. Namun disamping itu Allah dan Rasul-Nya r memberi jalan kepada kita dengan dibukanya kunci-kunci rizki yang tentu saja tanpa meninggalkan kasab (usaha).
Kita akan bertanya dimanakah letak kunci-kunci rizki tersebut? Inilah 10 kunci-kunci rizki yang dikhabarkan kepada kita oleh Allah dan Rasul-Nya r :
1. Istighfar dan Taubat
Nabi Nuh u berkata kepada kaumnya : "Maka aku katakan kepada mereka, mohon ampunlah kepada Rabb-mu, sesungguhnya Dia Maha Pengampun, niscaya Dia akan menurunkan hujan kepadamu dengan lebat, dan membanyakkan harta dan anak-anakmu dan mengadakan untukmu kebun-kebun dan mengadakan (pula didalamnya) sungai-sungai". (QS Nuh : 10-12)
2. Taqwa
Fiman Allah : "Barang siapa yang bertaqwa kepada Allah, niscaya Dia akan mengadakan jalan keluar baginya dan memberinya rizki dari arah yang tiada disangka-sangkanya". (QS. Ath-Thalaq : 2-3)
3. Bertawakkal (berserah diri) kepada Allah
Rasulullah r bersabda : "Sungguh, seandainya kalian bertawakkal kepada Allah dengan sebenar-benar tawakkal, niscaya kalian akan diberi rizki sebagaimana rizki burung-burung. Mereka berangkat pagi dengan perut lapar, dan pulang sore hari dalam keadaan kenyang". (HSR. Ahmad, Tirmidzi, Ibnu Majah, Ibnul Mubarak, Ibnu Hibban, Al Hakim, Al Qudha’i dan Al Baghawi dari ‘Umar bin Khaththab t)
4. Beribadah sepenuhnya kepada Allah semata
Rasulullah r bersabda : "Sesungguhnya Allah berfirman : "Wahai anak Adam, beribadahlah sepenuhnya kepada-Ku, niscaya Aku penuhi dadamu dengan kekayaan dan Aku penuhi kebutuhanmu. (Dan) jika kalian tidak melakukannya, niscaya Aku penuhi tanganmu dengan kesibukan dan tidak Aku penuhi kebutuhanmu". (HSR. Ahmad, Tirmidzi, Ibnu Majah dan Al Hakim dari Abu Hurairah t)
5. Menjalankan Haji dan Umrah
Rasulullah r bersabda : "Kerjakanlah haji dengan umrah atau sebaliknya. Karena sesungguhnya keduanya dapat menghilangkan kemiskinan dan dosa sebagaimana api dapat menghilangkan kotoran (karat) besi." (HSR Nasa’i. Hadits ini shahih menurut Imam Al Albani. Lihat Shahih Sunan Nasa’i.)
6. Silaturrahim (menyambung tali kekerabatan yang masih ada hubungan nasab)
Rasulullah r bersabda : "Barangsiapa yang ingin dilapangkan rizkinya dan dipanjangkan umurnya, hendaklah ia menyambung tali silaturrahim" (HSR. Bukhari)
7. Berinfak dijalan Allah
Allah berfirman : "Dan barang apa saja yang kamu nafkahkan, maka Allah akan menggantinya. Dialah sebaik-baiknya Pemberi rizki". (QS. Saba : 39)
8. Memberi nafkah kepada orang yang menuntut ilmu
Anas bin Malik t berkata : "Dulu ada dua orang bersaudara pada masa Rasulullah r. Salah seorang mendatangi (menuntut ilmu) pada Rasulullah r, sedangkan yang lainnya bekerja. Lalu saudaranya yang bekerja itu mengadu kepada Rasulullah r (lantaran ia memberi nafkah kepada saudaranya itu), maka Beliau r bersabda : "Mudah-Mudahan engkau diberi rizki dengan sebab dia". (HSR.Tirmidzi dan Al Hakim, Lihat Shahih Sunan Tirmidzi)
9. Berbuat baik kepada orang-orang lemah
Mush’ab bin Sa’d t berkata, bahwasanya Sa’d merasa dirinya memiliki kelebihan daripada orang lain. Maka Rasulullah r bersabda : "Bukankah kalian ditolong dan diberi rizki lantaran orang-orang lemah diantara kalian?". (HSR. Bukhari)
10. Hijrah dijalan Allah
Allah berfirman : "Barangsiapa berhijrah dijalan Allah, niscaya mereka akan mendapati di muka bumi ini tempat hijrah yang luas dan rizki yang banyak". (QS. An Nisa : 100)
Demikianlah beberapa kunci-kunci rizki dalam Islam yang memang sudah selayaknya seorang muslim untuk yakin terhadap apa yang difirmankan Allah dan apa yang disabdakan Rasul-Nya r supaya kita tidak terjerumus kedalam I’tiqad (keyakinan), perkataan dan perbuatan yang bathil.
Semoga shalawat dan salam dilimpahkan kepada Nabi kita Muhammad, kepada segenap keluarga, shahabat dan orang-orang yang mengikutinya dengan baik sampai akhir zaman nanti. Wallahu A’lam.
* * *
(Abu Ghailan, disarikan dari kutaib "Mafaatihur Rizq fii Dhau’il Kitab was Sunnah"
karya Dr. Fadhi Ilahi. (Judul edisi Indonesia "Kunci-kunci Rizki menurut Al Qur-an dan Sunnah"

GHOSHOB

  Jika di pesantren, istilah ini sudah sangat familiar. Hanya saja pengertian dan prakteknya sesungguhnya ada perbedaan dari makna ghoshob s...