Jumat, 04 April 2014

Antara Robert Morey dan Waraqah tentang Kenabian Rasulullah

Antara Robert Morey dan Waraqah tentang Kenabian Rasulullah
Akal yang dimiliki Robert Morey tak lagi mampu berpikir secara objektif sebagaimana Waraqah bin Naufal mengakui kenabian Muhammad
Oleh: IMRAN DJAU
ROBERT Morey yang lahir pada 1946 M adalah seorang sarjana teologi dan apologetik (cabang teologi yang berurusan dengan mempertahankan kekristenan). Dia telah menulis lebih dari 40 buah buku. Yang sebagian karya-karyanya telah diterjemahkan ke dalam bahasa Spayol, Prancis, Jerman, Belanda, Italia, China, dan Polandia.
Selain itu, dia juga seorang sarjana terkemuka yang terkenal dalam bidang filsafat, theologi, ilmu perbandingan agama dan sekte.
Dia juga seorang direktur eksekutif dari sebuah yayasan pendidikan dan penelitian yang mendedikasikan waktunya untuk mengadakan penelitian dan pengkajian mengenai kelangsungan masa depan kekritenan, budaya, serta pikiran-pikiran barat.
Dalam sebuah buku yang ditulisnya “Islamic Invasion” dia dengan lancang mengatakan bahwa Rasulullah Shallallahhu ‘alaihi Wassalam menderita penyakit epilepsi (gangguan pada sistem saraf otak yang menimbulkan berbagai reaksi pada tubuh manusia).
Menurutnya, tatkala Rasulullah Muhammad bergetar ketika menerima wahyu pertama di Gua Hira, penyakit epelipsi yang diderita Muhammad sedang menyerang.
Tuduhan yang ia kemukakan ini searah dengan argumentasi kaum liberal yang beranggapan bahwa ajaran yang dibawa Muhammad adalah hasil imajinasinya, bukan wahyu yang berasal dari Allah Subhanahu Wata’ala yang maha kuasa. Padahal al-Quran secara eksplesit menegaskan bahwa al-Quran yang merupakan sumber ajaran Islam berasal dari Allah Subhanahu Wata’ala Subhanahu Wata’ala.
Tuduhan seperti ini bukan watak ilmiah orang terpelajar. Tentu saja, tujuannya dalam rangka menjauhkan umat Islam dari agamanya atau member keraguan orang non Muslim yang tertarik dengan Muhammad.
Mereka menanamkan keraguan dalam pekiran umat Islam bahwa ajaran Muhammad bukanlah wahyu yang berasal dari Allah Subhanahu Wata’ala Subhanahu Wata’ala, tapi hanya sebatas pemikiran Muhammad semata. Jika hal ini telah merasuki jiwa umat Islam, maka strategi mereka dalam ‘mengkristenkan’ umat Islam akan dengan mudah dilakukan.
Karena itu, melalui tulisan ini saya mencoba mematahkan argumentasi mereka melalui pendapat para ulama. Sebelumnya, sebagai umat Islam harus mengetahui bahwa hadist mengenai awal turunnya wahyu yang diriwayatkan oleh Imam Bukhari dari Jabir Ibn Abdullah adalah dasar yang menjadi titik awal semua rangkayan pengajaran akidah dan syariat Islam.
Buku “Islamic Invasion” sudah banyak mendapat tanggapan. Meski banyak memuat pelecehan terhadap Muhammad dan Islam, buku ini diam-diam juga diterbitkan di Indonesia. Sebagaimana buku “Islam Revealed” karya Dr. Anis A. Shorrosh yang diterjemahkan dan diedarkan di Indonesia oleh Yayasan Pusat Penginjilan Alkitabiyah.
Akidah Rekaan
Syehk Dr. al-Buthi mengatakan bahwa Kayakinan dan pemahaman terhadap hadist ini tak pelak akan menjadi pintu gerbang yang tidak boleh dinafikan dalam perjalanan menuju kayakinan akan seluruh ajaran yang dibawa Muhammad Shallallahu ‘alaihi Wassalam. Baik berita mengenai hal-hal ghaib maupun perintah agama. Keyakinan terhadap wahyu adalah satu-satunya yang membedakan antara orang-orang yang mengklaim mampu menetapkan syariat (jalan hidup) dengan akal pikiran sendiri, dengan mereka yang menerima ajaran Tuhan tanpa mengubah, mengurangi, atau menambah-nambahi.
Disebabkan karena inilah, para durjana yang berusaha menyebarkan akan keraguan terhadap kebenaran Islam selalu memberi perhatian besar terhadap usaha-usaha yang dilakukan untuk `merekonstuksi´ posisi wahyu pada saat Rasulullah masih hidup.
Mereka selalu berusaha sekuat tenaga dengan mengerahkan segenap kemampuan rasional untuk mencampuradukkan dan meyamakan wahyu Allah Subhanahu Wata’ala dengan ilham atau kata hati Muhammad. Bahkan ada dari mereka yang menyatakan bahwa ketika wahyu turun, sebenarnya Muhammad sedang diserang penyakit epilepsi.
Orang-orang dungu itulah yang mengatakan bahwa dalam menjalankan risalahnya, Muhammad selalu menggunakan akal pikirannya sendiri sampai Nabi umat Islam ini berhasil menyusun sebuah konsep akidah rekaan yang menghancurkan peganisme. Mereka juga sering berpendapat, bahwa Muhammad mempelajari ajaran yang kemudian disebut ‘Islam’ dari rahib yang bernama Buhaira.
Melihat berbagai macam tuduhan dusta itu, akal sehat kita langsung dapat mengetahui bahwa itu semua adalah bentuk penangkalan terhadap misi kerasulan Muhammad Shallallahu ‘alaihi Wassalam Kita pasti dapat memetik hikmah ilahi yang jelas terlihat dibalik peristiwa turunnya wahyu kepada Muhammad Shallallahu ‘alaihi Wassalam dengan cara yang telah kita ketahui bersama melalui hadist yang diriwayatkan Imam Bukhari.
Mengapa Rasulullah melihat Jibril dengan mata kepalanya sendiri ketika menerima wahyu untuk pertama kali padahal wahyu dapat turun dari balik tirai. Mengapa Allah Subhanahu Wata’ala Subhanahu Wata’ala melesakkan rasa takut ke dalam hati Rasulullah ShallAllah Subhanahu Wata’alau ‘alaihi Wassalam dan keraguan dalam memahami peristiwa itu.
Bukankah cinta Allah Subhanahu Wata’ala kepada kekasihnya (Muhammad) semestinya berimplikasi pada perlindungan dan anugerah ketenangan di dalam hati beliau sehingga tak perlu takut saat menerima wahyu?
Semua pertanyaan itu tentu wajar jika muncul pada perkara turunnya wahyu pada pertama kali. Kemudian ketika mencari jawaban terhadap pertanyaan di atas kita akan menemukan hikmah yang luar biasa besar.
Hikmah tersebut adalah bahwa semua orang yang berpikir sehat dan independen ternyata dapat menemukan sebuah fakta yang akan melindunginya dari racun kesesatan yang dihembuskan para durjana itu, dan melindunginya dari pengaruh orang dungu sesat ini.
Betapa tidak, dengan mengetahui bahwa Muhammad merasa sangat ketakuatan ketika di Gura Hira berhadapan dengan Jibril yang menyuruhnya untuk membaca, kita dapat mengetahui bahwa wahyu sama sekali bukanlah bisikan hati yang muncul dari dalam diri baginda Nabi, melainkan sebuhah bentuk `pertemuan´ dengan realitas eksternal yang sama sekali tidak memiliki hubungan dengan diri atau jiwa Muhammad Shallalu ‘alaihi Wassalam sendiri.
Tindakan JIbril yang merengkuh kuat saat menurunkan ayat pertama hingga tiga kali seraya berkata, “Bacalah! Bacalah dengan menyebut nama Tuhanmu yang telah menciptakan, yang telah menciptakan manusia dari segumpal darah. Bacalah dan Tuhanmu Yang Maha Pemurah, yang telah mengajar (manusia) dengan perantaraan pena. Dia mengajarkan manusia apa yang ia tidak tahu“ (QS al-Qalam : 1-5) menegaskan adanya hubungan eksternal antara dua mahkluk Allah Subhanahu Wata’ala ini.
Hal ini tentu membantah tuduhan bahwa ketika menerima wahyu pertama, Muhammad sedang mendengar bisikan hatinya sendiri.
Antara Robert Morey dan Waraqah
Di saat itu Rasulullah benar-benar ketakutan disebabkan hal yang ia dengar dan apa yang dilihatnya.Pengalamannya bertemu Jibril membuat beliau menghentikan khalwatnya di Gua Hira dan langsung kembali ke rumahnya menemui istrinya Hadijah dengan hati yang bergetar.
Hikmah di balik itu adalah agar setiap orang yang berakal sehat mengerti bahwa saat itu Rasulullah sama sekali belum mengenal risalah yang dibebankan atasnya untuk kemudian disebarkan ke seluruh dunia.
Selain itu, kita bisa memahami bahwa wahyu yang turun kepada Muhammad bukan sesuatu yang menjadi kelanjutan dari sesuatu yang dibayangkan atau terbesit dalam hati Muhammad sendiri. Wahyu itu muncul dalam bentuk yang menguncang dan mengejutkan bagi bagnida Nabi ShAllah Subhanahu Wata’alau ‘alaihi Wassalam.
Jadi, tidak diragukan lagi bahwa sesuatu yang turun kepada Muhammad bukanlah bayang-bayang dalam angan yang kemudian muncul dalam jiwa Muhammad yang kemudian untuk dijadikan sebagai akidah yang lurus untuk disampaikan kepada umat manusia.
Uraian di atas menunjukkan bahwa isi hati atau bayang-bayang yang muncul dari dalam benak seseorang tidaklah mungkin dapat membuat ketakutan yang menggetarkan jiwanya.
Angan-angan di dalam batin tidaklah mungkin terkait dengan ketakutan. Tuduhan bahwa Muhammad berdusta dan mengada-ngada terhadap risalah yang dibawanya akan sirna dengan sendirinya. Hal itu disebabkan pribadi Muhammad adalah sosok yang terpercaya di kalangan masyarat Arab saat itu.
Dengan demikian, tuduhan yang dilemparkan Robert Morey kepada Rasulullah Saw adalah sebuah kebohongan yang tidak ada dasarnya.
Selain itu, sepulang Khadijah ke rumah, Nabi Muhammad masih tidur dan tidak berapa lama bangun. Kemudian Khadijah menceritakan kejadian yang terjadi pada Nabi Muhammad di Gua Hira pada Waraqah bin Naufal, seorang pendeta Nasrani yang tinggal di Makkah.
Betapa terkejutnya Waraqah, karena dia sudah mengetahui tentang keNabian Muhammad dari Injil (Injil berbahasa Arab yang masih asli). Bahkan saat dibacakan tentang Surah Al-’Alaq, ia semakin yakin bahwa Muhammad seorang Nabi.
“Waraqa bertanya (kepada Nabi), ”Apa yang kamu lihat?” Di saat Nabi menceritakannya, Waraqah menjawab, “Itu adalah malaikat yang oleh Allah Subhanahu Wata’ala utus kepada Musa. Andai aku masih hidup hingga engkau menerima wahyu, pastilah aku akan mendukungmu sekuat tenaga.” (HR. Bukhari)
Waraqah bin Naufal adalah seorang pendeta yang meyakini Taurat dan Injil (ketika masih asli), di mana banyak disebutkan tanda-tanda adanya keNabian Muhammad. Sementara Robert Morey, sebagaimana orang-orang kafir lain yang selalu mencari celah untuk meragukan Islam dan kebian Muhammad.
Jika orang yang berakal sehat saja bisa memahami bahwa getaran tubuh yang dialami baginda Nabi di Gua Hira ketika menerima wahyu pertama disebabkan oleh adanya hubungan eksternal antara malaikat Jibril dengan Muhammad, maka bagaimana dengan Robert Morey yang katanya ahli filsafat yang berpengetahuan dan berpikiran luas.
Hemat saya, akal yang dimiliki Robert Morey tak lagi mampu berpikir secara objektif. Dan setiap apa yang ia pikir tentang baginda Nabi hanya akan menghasilkan kesimpulan yang negatif

GHOSHOB

  Jika di pesantren, istilah ini sudah sangat familiar. Hanya saja pengertian dan prakteknya sesungguhnya ada perbedaan dari makna ghoshob s...