Kamis, 26 Desember 2013

Kesalahan-Kesalahan Makmum Dalam Shalat


Termasuk di antara manfaat yang dapat dipetik dari sholat berjamaah ialah saling memberikan pengajaran ilmu syari antar jamaah satu dengan yang lainnya. Salah satu contohnya: Terkadang seorang salah dalam tatacara sholat maka jamaah lain yang tahu kemudian membenarkannya. Inilah rohmat yang Alloh turunkan kepada umat ini lewat syariat sholat berjamaah. Berikut ini akan kami sampaikan beberapa kesalahan yang seringkali terjadi dalam praktek sholat berjamaah sebagai bentuk nasihat kepada kaum muslimin secara umum.

Tidak Memperhatikan Kerapian dan Kelurusan Shof
Para pembaca yang semoga dirahmati Alloh, Rosululloh shollallohu ‘alaihi wasallam telah bersabda yang artinya, "Sebaik-baik shof bagi laki-laki adalah yang paling depan, sedangkan shof yang paling buruk adalah yang paling akhir. Sedangkan shof yang terbaik bagi wanita adalah paling belakang dan yang paling buruk adalah yang paling depan." (HR. Muslim). Tapi sungguh sangat disayangkan sebagian kaum muslimin tidak berlomba-lomba untuk mendapatkan kebaikan ini, bahkan mereka malah menghindari dan enggan untuk memposisikan diri pada shof yang pertama, dengan mereka mempersilahkan orang lain untuk berada di shaf depan. Kaidah Fiqhiyah mengatakan: "Mengutamakan orang lain dalam masalah ibadah adalah terlarang".

Kesalahan lain yang banyak muncul adalah tidak meluruskan ataupun merapatkan shof. Rosululloh bersabda yang artinya, "Luruskan shof-shof kalian, karena lurusnya shof termasuk kesempurnaan sholat." (HR. Bukhori Muslim)
Mendahului Maupun Menyertai Gerakan Imam

Rosululloh shollallohu ‘alaihi wasallam bersabda yang artinya, "Tidakkah orang yang mengangkat kepalanya mendahului imam merasa takut kalau Alloh merubah kepalanya menjadi kepala keledai." (HR. Bukhori, Muslim)
"Sesungguhnya ubun-ubun orang yang merunduk dan mengangkat kepalanya mendahului imam berada di dalam genggaman setan." (HR. Thobroni dengan status hasan)
Adapun larangan membarengi gerakan imam maka dasarnya adalah sabda Rosululloh shollallohu ‘alaihi wasallam, "Sesungguhnya imam itu dijadikan untuk diikuti. Jika imam telah ruku’ maka ruku’-lah kalian dan jika imam bangkit maka bangkitlah kalian." (HR. Al Bukhori). Dari hadits ini diambil kesimpulan terlarangnya mengakhirkan atau melambatkan gerakan dari imam. Adapun yang diperintahkan adalah mengikuti atau mengiringi gerakan imam.

Sibuk Dengan Berbagai Macam Doa Sebelum Takbirotul Ihrom
Sering kali kita lihat sebagian kaum muslimin sebelum sholat menyibukkan melafalkan niat. Sebagian mereka membaca surat An Naas dengan dalih untuk menghilangkan was-was setan. Begitu juga ada makmum yang mengatakan: Sami’na wa ‘Atho’na ketika mendengar perintah untuk meluruskan shof dari imam: Sawwuu shufuufakum! Padahal perintah dari imam tadi butuh pelaksanaan, bukan butuh jawaban. Sebaik-baik petunjuk adalah petunjuk rosululloh shollallohu ‘alaihi wa sallam. Hendaklah kaum muslimin bersegera meninggalkan segala macam tatacara ibadah yang tidak bersumber dari beliau.

Sibuk Dengan Sholat Sunah Padahal Telah Iqomah
Terkadang kita jumpai seseorang yang malah sibuk dengan sholat nafilah/sunnah ketika iqomat telah dikumandangkan atau yang lebih parah malah memulai sholat sunnah baru dan tidak bergabung dengan sholat wajib. Hal ini menyelisihi sabda Rosululloh shollallohu ‘alaihi wasallam yang artinya: "Apabila iqomah sudah dikumandangkan, maka tidak ada sholat kecuali sholat wajib." (HR. Muslim)

Menarik Orang Lain di Shof Depannya Untuk Membuat Shof Baru
Hadits-hadits yang menjelaskan masalah ini bukan termasuk hadits yang yang shohih, maka perbuatan ini tidak boleh dilakukan bahkan dia wajib bergabung dengan shof yang ada jika memungkinkan. Jika tidak maka boleh dia sholat sendiri di shof yang baru, dan sholatnya dianggap sah karena Alloh tidaklah membebani seorang kecuali sesuai kemampuannya (Lihat Silsilah Al Hadits Ash Shohihah wal Maudu’at). Wallohu A’lam.

Rabu, 25 Desember 2013

Merapikan Shof Sholat


Saudaraku kaum muslimin yang semoga dirohmati Alloh ta’ala, Pada kesempatan ini An Nafs akan menurunkan pembahasan tentang merapikan shof sholat (dalam sholat berjama’ah), karena banyak kita jumpai kaum muslimin yang tidak memperhatikan masalah ini. Padahal ini merupakan salah satu kesempurnaan dalam sholat berjama’ah. Sering kita lihat ada sela yang cukup longgar antara satu jama’ah dengan jama’ah di samping kanan atau kirinya, dikarenakan tidak merapatkan barisan shof dengan kaki jama’ah yang lainnnya, atau membuat shof baru padahal shof depan masih memungkinkan untuk ditempati. Atau bahkan apabila ada seorang yang merapatkan kakinya dengan jama’ah disampingnya, maka jama’ah disampingnya tersebut tidak mau dirapati kakinya atau menjauh. Padahal inilah PERINTAH ROSULULLOH DAN SUNNAHNYA untuk merapatkan shof. Mengingat pentingnya hal ini kami mencoba menyampaikannya kepada sidang pembaca rohimakumulloh.

Shof Merupakan Keistimewaan Umat Islam

Al-Hafizh Ibnu Rojab dalam fathul bari 4/250-251 mengatakan,”Ketahuilah bahwa shof dalam sholat merupakan kekhususan yang Alloh anugerahkan kepada umat ini, karena dengan demikian mereka menyerupai shof para malaikat di langit, sebagaimana Alloh khabarkan ucapan mereka (para malaikat-red),”Dan sesungguhnya kami benar-benar bershof-shof.” (QS. Ash Shoffat:165). Dan Alloh Ta’ala juga bersumpah dengan rombongan yang bershof-shof yaitu para malaikat. Dalam shohih Muslim (Hadits no. 522) dari Hudzaifah-rodhiyallohu ‘anhu- dari Nabi Shollallohu ‘alaihi wa sallam bersabda,”Kita diutamakan dari umat lainnya dengan tiga perkara: -(diantaranya)- Shof kita dijadikan seperti shof para malaikat. Dalam shohih Muslim (Hadits no. 430) dai Jabir bin Samuroh-rodhiyallohu ‘anhu-berkata, suatu kali Rosululloh Shollallohu ‘alaihi wa sallam pernah keluar kepada kami dan bersabda,”Apakah kalian tidak ingin bershof seperti shofnya malaikat di sisi Robb mereka?”Kami berkata,”Ya, Rosululloh. Lantas bagaimana sifat shof para malaikat di sisi Robb mereka?”Beliau bersabda,”Mereka menyempurnakan shof yang pertama dan rapat dalam shof.”

Ibnu Abi Hatim meriwayatkan dari Abu Nadhroh, dia berkata,”Adalah Umar bin Khottob-rodhiyallohu ‘anhu- (ketika beliau menjadi imam sholat-red) apabila telah dikumandangkan iqomat, maka beliau menghadap manusia seraya berkata,”Rapat dan luruskan shof kalian! Sesungguhnya Alloh menginginkan agar kalian meniru shifat shofnya para malaikat,”sambil membaca ayat,’Dan sesungguhnya kami benar-benar bershof-shof (QS. Ash Shof ayat 165).`Mundurlah wahai fulan dan majulah wahai fulan.’kemudian beliau bertakbir. (Tafsir Ibnu Abi Hatim10/3233 dan Tafsir Ibnu Katsir 7/44). Hal ini beliau perintahkan supaya barisan shof sholat benar-benar lurus dan rapat. Maka hendaknya para Imam sholat juga mencontoh Umar bin Khottob sebelum memulai sholat berjama’ah.

Perintah Merapikan Shof

Banyak hadits shohih yang menunjukkan secara jelas perintah menegakkan sunnah ini, berikut ini kami nukilkan sebagiannya;

Dari Anas -rodhiyallohu ‘anhu- berkata,”Rosululloh Shollallohu ‘alaihi wa sallam bersabda,”Sawwuu shufuufakum fainna tashwiyatash shufuufi min iqoomaatish sholaat”;Rapikan (rapat dan lurus)shof kalian, sesungguhnya rapinya shof termasuk bagian menegakkan sholat.”(HR. Bukhori no.723).

Dari Anas -rodhiyallohu ‘anhu- berkata,”Rosululloh Shollallohu ‘alaihi wa sallam bersabda,”Rapatkanlah shof kalian, mendekatlah antara sesama dan sejajarkanlah bahu-bahu. Demi Alloh yang jiwaku berada di tangan-Nya, sesungguhnya saya melihat setan masuk dari sela-sela shof seperti kambing hitam kecil.”(HR. Abu Dawud no 667;Nasaa’i no. 2/92;Ahmad 3/No.260,283;Ibnu Hibban;Ibnu Khuzaimah dan dishohihkan oleh Asy syaikh Al-Albani dalam shohih sunan Abi Dawud 3/245).

Dari Abdulloh bin Umar bin Khottob-rodhiyallohu ‘anhuma-bahwasanya Rosululloh Shollallohu ‘alaihi wa sallam bersabda,”Rapikanlah shof, sejajarkanlah bahu, penuhi yang masih kosong (longgar), bersikap lunaklah terhadap saudara kalian dan jangan kalian biarkan kelonggaran untuk setan. Barngsiapa yang menyambung shof, maka Alloh akan menyambungnya dan barangsiapa yang memutuskan shof, maka Alloh akan memutuskannya.”(HR. Abu Dawud No. 666 dan dishohihkan oleh Asy syaikh Al-Albani dalam shohih sunan Abi Dawud 3/243)

Dari beberapa hadits diatas, dapat kita pahami tentang pentingnya masalah ini. Akankah seorang muslim yang mengetahui perintah diatas lalu dia menyepelekannya??? Bukankah dia menyadari bahwa Nabi Shollallohu ‘alaihi wa sallam menekankan dan menganjurkannya? Semoga Alloh Ta’ala melapangkan hati kita untuk memahami dan mengamalkan syari’at-Nya.

Cara Merapikan Shof

Tentang shifat dan tata cara merapikan shof telah dijelaskan dalam banyak hadits, diantaranya dua hadits sebagai berikut;

Dari Anas bin Malik-rodhiyallohu ‘anhu- berkata,”Rosululloh Shollallohu ‘alaihi wa sallam bersabda,’Rapikanlah shof-shof kalian, sesungguhnya saya dapat melihat kalian dari belakang punggungku.`dan seorang diantara kami merapatkan pundaknya dengan pundak temannya dan kakinya dengan kaki temannya.” (HR. Bukhori no.725). Maka kita bandingkan dengan keadaan sebagian orang di zaman ini, bila seorang menegakkan sunnah ini di tengah-tengah mereka, niscaya mereka menjauh darinya! Sehingga perkara ini seperti perkara bid’ah! Semoga Alloh memberi hidayah kepada mereka dan memberikan kelezatan sunnah dalam hati mereka.

Dari Nu’man bin Basyir- rodhiyallohu ‘anhu-berkata,”Rosululloh Shollallohu ‘alaihi wa sallam pernah menghadap manusia dengan wajahnya seraya mengatakan,”Rapikanlah shof-shof kalian(3x). Demi Alloh, kalian merapikan shof kalian,atau kalau tidak maka Alloh akan menjadikan perselisihan diantara hati kalian.” Nu’man berkata,`Lalu saya melihat seorang merapatkan bahunya dengan bahu temannya, lutunya dengan lutut temannya, dan mata kakinya dengan mata kaki temannya.’ (HR. Abu Dawud no.662, Ahmad 4/276, Ibnu Hibban 396, dishohihkan oleh Imam An Nawawi, Ibnu Hajar, dan Asy Syaikh Al-albani dalam silsilah ahaadits ash shohihah no.32 dan shohih sunan abi Dawud 3/238).

Kesimpulan

Merapikan shof shof meliputi hal-hal berikut ini:

Meluruskan barisan sholat dan merapatkannya. Sungguh merupakan kesalahan, apa yang dilakukan sebagian orang. Mereka membuka lebar-lebar kaki mereka untuk menempel dengan kaki saudaranya tetapi bahu mereka saling berjauhan. Ini merupakan kekeliruan yang menyelisihi para shahabat.

Saling berdekatan dan Memenuhi shof yang masih renggang. Dengan demikian, berarti kita telah menutup jalan setan untuk menggoda anaka adam ketika sholat dan dengan demikian pula berarti shof akan betuk-betuk rapat. Namun bukan berarti berdesakan sehingga malah mengganggu kekhusyuan sholat.

Menyempurnakan shof pertama terlebih dahulu dan begitu seterusnya. Maka merupakan kesalahan dan tipu daya iblis kepada banyak orang sekarang, mereka tahu shof pertama belum penuh, namun mereka lebih senang memilih shof berikutnya.

NASEHAT AL ‘ALLAMAH AL MUHADDITS MUHAMMAD NASHIRUDDIN AL-ALBANI-ROHIIMAHULLOH

Beliau adalah ulama mujaddid dan ahlul hadits zaman ini, seorang ulama yang tidak diragukan lagi kefaqihannya dalam ilmu hadits. Beliau meninggal tahun 1420 H/1999.di Yordania.

Beliau berkata,” Sesungguhnya saya menghimbau kepada kaum muslimin-khususnya para imam masjid-yang berupaya mengikuti sunnah Nabi Shollallohu ‘alaihi wa sallam dan mengharapkan pahala menghidupkan sunnahnya, agar mengamalkan sunnah yang mulia ini dengan penuh upaya dan menyeru manusia untuk melaksanakannya, sehingga dengan demiikian mereka selamat dari ancaman.” (dari kitab beliau Silsilah ahaadits ash shohiihah /himpunan hadits-hadits shohih 1/73).

Asy Syaikh al-Albani berkata:”Saya juga menghimbau kepada para imam masjid untuk tidak cukup hanya sekedar mengatakan`rapat dan luruskan shof` tetapi betul-betul memperhatikan dan merapikannya, baik turun langsung sendiri atau diwakilkan kepada orang lain sebagaimana dilakukan Nabi Shollallohu ‘alaihi wa sallam, dan para shahabat seperti Umar, Utsman, dan ali.” (dari kitab beliau Shohih Sunan Tirmidzi 1/72).

Al-Imam Ibnu Hazm-rohimahulloh- berkata,”Disunnahkan bagi imam untuk tidak bertakbir sehingga makmum betuk-betul sudah rapat/lurus.” (dari Kitab al-Imam Ibnu Hazm Al-Muhalla 4/112) .

Demikian pembahasan ini semoga bermanfaat dan mari kita amalkan sunnah Nabi Muhammad Shollallohu ‘alaihi wa salami, tauladan kita yang telah menunjukkan kita kepada jalan cahaya Islam. Sunnah bukan hanya berarti apabila dikerjakan mendapatkan pahala, apabila ditinggalkan tidak mendapat dosa,akan tetapi sunnah dalam pengertian segala sesuatu yang nabi ucapkan, dan diamalkan oleh beliau serta diikuti oleh para shahabat, yang setiap muslim harus mencontoh amalan beliau dalam segala amal ibadah. Kalau kita tidak mencontoh nabi lalu kepada siapa lagi???

Wallohu Ta’ala A’lam. Sholawat dan salam semoga tetap terlimpahkan kepada junjungan kita Rosululloh, keluarga, shahabat dan kaum muslimin yang mengikuti sunnah beliau dengan baik hingga hari akhir nanti.

Selasa, 24 Desember 2013

Kisah Masuk Islam-nya Umar bin Khattab RA

Umar bin Khattab ra terkenal sebagai orang yang berwatak keras dan bertubuh tegap. Sering kali pada awalnya (sebelum masuk Islam) kaum muslimin mendapatkan perlakukan kasar darinya. Sebenarnya di dalam hati Umar sering berkecamuk perasaan-perasaan yang berlawanan, antara pengagungannya terhadap ajaran nenek moyang, kesenangan terhadap hiburan dan mabuk-mabukan dengan kekagumannya terhadap ketabahan kaum muslimin serta bisikan hatinya bahwa boleh jadi apa yang dibawa oleh Islam itu lebih mulia dan lebih baik.

Sampailah kemudian suatu hari, beliau berjalan dengan pedang terhunus untuk segera menghabisi Rasulullah SAW. Namun di tengah jalan, beliau dihadang oleh Abdullah an-Nahham al-‘Adawi seraya bertanya:

“Hendak kemana engkau ya Umar ?”,
“Aku hendak membunuh Muhammad”, jawabnya.
“Apakah engkau akan aman dari Bani Hasyim dan Bani Zuhroh jika engkau membunuh Muhammad ?”,
“Jangan-jangan engkau sudah murtad dan meninggalkan agama asal-mu?”. Tanya Umar.
“Maukah engkau ku tunjukkan yang lebih mengagetkan dari itu wahai Umar, sesungguhnya saudara perempuanmu dan iparmu telah murtad dan telah meninggalkan agamamu”, kata Abdullah.

Setelah mendengar hal tersebut, Umar langsung menuju ke rumah adiknya. Saat itu di dalam rumah tersebut terdapat Khabbab bin Art yang sedang mengajarkan al-Quran kepada keduanya (Fatimah, saudara perempuan Umar dan suaminya). Namun ketika Khabbab merasakan kedatangan Umar, dia segera bersembunyi di balik rumah. Sementara Fatimah, segera menutupi lembaran al-Quran.

Sebelum masuk rumah, rupanya Umar telah mendengar bacaan Khabbab, lalu dia bertanya :

“Suara apakah yang tadi saya dengar dari kalian?”,
“Tidak ada suara apa-apa kecuali obrolan kami berdua saja”, jawab mereka
“Pasti kalian telah murtad”, kata Umar dengan geram
“Wahai Umar, bagaimana pendapatmu jika kebenaran bukan berada pada agamamu ?”, jawab ipar Umar.

Mendengar jawaban tersebut, Umar langsung menendangnya dengan keras hingga jatuh dan berdarah. Fatimah segera memba-ngunkan suaminya yang berlumuran darah, namun Fatimah pun ditampar dengan keras hingga wajahnya berdarah, maka berkata-lah Fatimah kepada Umar dengan penuh amarah:


“Wahai Umar, jika kebenaran bukan terdapat pada agamamu, maka aku bersaksi bahwa tidak ada Tuhan yang berhak disembah selain Allah, dan aku bersaksi bahwa Nabi Muhammad adalah Rasulullah”

Melihat keadaan saudara perempuannya dalam keadaan ber-darah, timbul penyesalan dan rasa malu di hati Umar. Lalu dia meminta lembaran al-Quran tersebut. Namun Fatimah menolaknya seraya mengatakan bahwa Umar najis, dan al-Quran tidak boleh disentuh kecuali oleh orang-orang yang telah bersuci. Fatimah memerintahkan Umar untuk mandi jika ingin menyentuh mushaf tersebut dan Umar pun menurutinya.

Setelah mandi, Umar membaca lembaran tersebut, lalu membaca : Bismillahirrahmanirrahim. Kemudian dia berkomentar: “Ini adalah nama-nama yang indah nan suci”

Kemudian beliau terus membaca :
طه
Hingga ayat :

إنني أنا الله لا إله إلا أنا فاعبدني وأقم الصلاة لذكري

“Sesungguhnya Aku ini adalah Allah, tidak ada Tuhan (yang hak) selain Aku, maka sembahlah Aku dan dirikanlah shalat untuk mengingat Aku”
(QS. Thaha : 14)
Beliau berkata :

“Betapa indah dan mulianya ucapan ini. Tunjukkan padaku di mana Muhammad”.

Mendengar ucapan tersebut, Khabab bin Art keluar dari balik rumah, seraya berkata: “Bergembiralah wahai Umar, saya berharap bahwa doa Rasulullah SAW pada malam Kamis lalu adalah untukmu, beliau SAW berdoa :

“Ya Allah, muliakanlah Islam dengan salah seorang dari dua orang yang lebih Engkau cintai; Umar bin Khattab atau Abu Jahal bin Hisyam”. Rasulullah SAW sekarang berada di sebuah rumah di kaki bukit Shafa”.

Umar bergegas menuju rumah tersebut seraya membawa pedangnya. Tiba di sana dia mengetuk pintu. Seseorang yang ber-ada di dalamnya, berupaya mengintipnya lewat celah pintu, dilihatnya Umar bin Khattab datang dengan garang bersama pedangnya. Segera dia beritahu Rasulullah SAW, dan merekapun berkumpul. Hamzah bertanya:

“Ada apa ?”.
“Umar” Jawab mereka.
“Umar ?!, bukakan pintu untuknya, jika dia datang membawa kebaikan, kita sambut. Tapi jika dia datang membawa keburukan, kita bunuh dia dengan pedangnya sendiri”.

Rasulullah SAW memberi isyarat agar Hamzah menemui Umar. Lalu Hamzah segera menemui Umar, dan membawanya menemui Rasulullah SAW. Kemudian Rasulullah SAW memegang baju dan gagang pedangnya, lalu ditariknya dengan keras, seraya berkata :

“Engkau wahai Umar, akankah engkau terus begini hingga kehinaan dan adzab Allah diturunakan kepadamu sebagaimana yang dialami oleh Walid bin Mughirah ?, Ya Allah inilah Umar bin Khattab, Ya Allah, kokohkanlah Islam dengan Umar bin Khattab”.

Maka berkatalah Umar :
“Aku bersaksi bahwa tidak ada Tuhan yang disembah selain Allah, dan Engkau adalah Rasulullah .
Kesaksian Umar tersebut disambut gema takbir oleh orang-orang yang berada di dalam rumah saat itu, hingga suaranya terdengar ke Masjidil-Haram.

Masuk Islamnya Umar menimbulkan kegemparan di kalangan orang-orang musyrik, sebaliknya disambut suka cita oleh kaum muslimin.



Kisah masuk islamnya Umar bin Khattab, saya baca ketika saya kelas 1 SMP. Ketika itu, saya sedang iseng, dan main ke perpustakaan sekolah. Saya mendapatkan salah satu buku tipis.. tentang Umar bin Khattab san saya membacanya lembar demi lembar. Pada bagian ini sungguh saya merasa sangat tergugah… sehingga tampak terasa saya sempat meneteskan air mata.. Kenapa ? Saya pun tidak tahu sebabnya. Karena saya kesulitan mencari buku itu, tepatnya saya lupa, maka saya cuplikan tulisan di atas dari salah satu situs di (terimakasih pada penulisnya) :

http://rinalbella-rinal.blogspot.com/2009/09/kisah-masuk-islam-nya-umar-bin-khattab.html

Kisah Rasulullah diludahi seorang wanita tua



Rasulullah Muhammad SAW sering mendapat hinaan dari orang-orang yang belum mau memeluk Islam. Berbagai bentuk hinaan diterima Rasulullah, mulai dari perkataan sampai tindakan, seperti diludahi.

Tetapi, Rasulullah menanggapi berbagai hinaan tanpa pernah sekalipun dengan marah. Beliau bahkan menganggap hinaan itu sebagai hiburan.

Ada seorang wanita tua yang sangat berani mencerca Rasulullah. Setiap kali Rasulullah lewat depan rumahnya, wanita tua itu selalu meludahkan air liurnya di hadapan Rasulullah.

Suatu hari, Rasulullah tidak mendapati wanita tua itu meludah saat lewat di depan rumahnya. Hal itu membuat Rasulullah keheranan.

Akhirnya, Rasulullah bertanya kepada seseorang, "Hai fulan, tahukah kamu, di mana wanita pemilik rumah ini, yang selalu meludahiku setiap aku lewat depan rumahnya?"

Orang itu menjawab dengan acuh, "Apa kau tidak tahu bahwa perempuan itu sudah beberapa hari terbaring sakit?"

Mendengar jawaban itu, Rasulullah mengangguk-anggukkan kepala dan melanjutkan perjalanan menuju masjid. Setelah selesai, Rasulullah memutuskan untuk menjenguk wanita tua itu.

Mengetahui Rasulullah menjenguknya, wanita tua itu kemudian meneteskan air mata. Dia kemudian bertanya mengapa Rasulullah mau menjenguknya.

"Wahai Muhammad, mengapa engkau menjengukku, padahal aku selalu meludahimu setiap hari?" tanya wanita tua itu.

Rasulullah kemudian menjawab, "Aku yakin, engkau meludahiku karena belum tahu tentang kebenaranku. JIka engkau sudah mengetahuinya, aku yakin engkau tak akan lagi melakukannya."

Jawaban Rasulullah membuat dada wanita tua itu sesak dan sedikit kesulitan bernapas. Si wanita kemudian mencoba mengatur napas dan menenangkan diri.

Setelah dalam keadaan tenang, wanita tua itu kemudian berbicara, "Wahai Muhammad, mulai saat ini aku bersaksi mengikuti agamamu." Wanita tua itu kemudian mengucapkan kalimat syahadat di hadapan Rasulullah.
[bai]

Kisah Rasulullah marah pada Usamah bin Zaid karena ceroboh


Marah adalah sifat yang sama sekali tidak pernah dimiliki oleh Rasulullah Muhammad SAW. Pribadi Rasulullah adalah pribadi yang sabar dalam menghadapi apapun.

Meskipun demikian, bukan berarti Rasulullah tidak pernah marah. Rasul pun marah terhadap hal-hal yang bertentangan dengan ajaran Islam

Suatu ketika, Rasulullah benar-benar marah kepada Usamah bin Zaid. Ini karena Usamah telah membunuh Mirdas bin Nuhaik dalam insiden setelah penaklukan benteng Khaibar.

Kala itu, kaum muslimin terlibat pertempuran dengan kelompok musyrikin. Seorang musyrik, Mirdas bin Nuhaik, berhasil membunuh beberapa prajurit muslim.

Usamah kemudian memburu Mirdas hingga dia terjepit. Dalam kondisi seperti itu, Mirdas kemudian mengucapkan kalimat syahadat.

Tetapi, Usamah ragu dengan keimanan Mirdas. Sehingga Usamah tetap saja membunuh Mirdas yang jelas telah memeluk Islam.

Mendengar kabar itu, Rasulullah marah. "Kenapa tidak kau belah saja hati orang itu sehingga kau tahu apakah hatinya mengucapkan kalimat syahadat atau tidak?" kata Rasulullah kepada Usamah dengan wajah memerah karena marah.

Usamah kemudian meminta Rasulullah memohonkan ampun kepada Allah SWT. Rasulullah pun menampik hal itu.

"Usamah! Bagaimana engkau akan mempertanggungjawabkan tindakanmu membunuh seseorang yang telah mengucapkan kalimat syahadat pada hari kiamat kelak?" kata Rasulullah sampai dua kali.

Hal itu membuat Usamah merasa kelu. Dia merasa belum memeluk Islam dan ingin memperdalam pemahaman akan ajaran agama itu.

Kisah Umar bin Khattab tolak kenaikan gaji sebagai khalifah


Umar bin Khattab merupakan sahabat yang menjadi pemimpin umat Islam usai meninggalnya Rasulullah Muhammad SAW. Dia ditunjuk oleh Khalifah sebelumnya, Abu Bakar As Shiddiq untuk menggantikannya.

Dalam menjalankan tugasnya, Umar terkenal sangat disiplin dan benar-benar mencontoh perilaku Rasulullah. Dia sama sekali tidak ingin melakukan hal yang menyimpang dari ajaran Rasulullah, baik sebagai pribadi maupun sebagai seorang khalifah.

Saat menjabat sebagai Khalifah, Umar sama sekali tidak pernah meminta kenaikan gaji. Dia pun tidak memanfaatkan uang dari Baitul Maal yang berada di bawah kekuasaannya, kecuali hanya untuk mencukupi kebutuhan hidupnya dan keluarganya, serta untuk bekal haji dan umroh.

Pernah suatu ketika, Ali bin Abi Thalib memiliki usulan untuk menaikkan gaji Khalifah. Ini lantaran melihat kondisi setiap kali menerima tamu negara, Umar tidak pernah berpakaian yang mewah.

Ide itu diusulkan ke dewan sahabat dan mendapat dukungan, salah satunya dari Usman bin Affan. Tetapi, usulan itu sulit diwujudkan lantaran jika Umar akan marah jika mendengar secara langsung.

Akhirnya, dewan sahabat memutuskan untuk meminta putri Umar bin Khattab yang juga merupakan salah satu istri Rasulullah, Hafsah, untuk menyampaikan usulan itu ke ayahnya. Hafsah pun menyampaikan usulan itu kepada Umar.

Perkataan Hafsah membuat muka Umar merah padam. Dia kemudian bertanya siapa yang mengusulkan kenaikan gaji itu, tetapi Hafsah tidak menjawab.

"Kalau aku tahu siapa nama-nama di balik pikiran kotor itu, akan aku datangi mereka satu per satu dan kutampar mereka dengan tanganku," kata Umar.

Kisah Umar bin Khattab menangis karena rakyatnya kelaparan




Saat menjabat sebagai Khalifah, Umar bin Khattab pernah menghadapi cobaan yang cukup berat. Saat itu, umat Islam dilanda paceklik karena masuk dalam tahun abu.

Di tahun itu, semua bahan makanan sulit didapat. Hasil pertanian sebagian besar tidak dapat dikonsumsi, sehingga menyebabkan umat Islam menderita kelaparan.

Suatu malam, Khalifah Umar bin Khattab mengajak seorang sahabat bernama Aslam menjalankan kebiasaannya menyisir kota. Dia hendak memastikan tidak ada warganya yang tidur dalam keadaan lapar.

Sampai pada satu tempat, Umar dan Aslam berhenti. Dia mendengar tangisan seorang anak perempuan yang cukup keras. Umar kemudian memutuskan untuk mendekati sumber suara itu, yang berasal dari sebuah tenda kumuh.

Setelah dekat, Umar mendapati seorang wanita tua terduduk di depan perapian sambil mengaduk panci menggunakan sendok kayu. Umar kemudian menyapa ibu tua itu dengan mengucap salam.

Si ibu tua itu menoleh kepada Umar dan membalas salam tersebut. Tetapi, si ibu kemudian melanjutkan kegiatannya.

"Siapakah yang menangis di dalam?" tanya Umar kepada ibu tua.

"Dia anakku," jawab ibu tua itu.

"Mengapa dia menangis? Apakah dia sakit?" tanya Umar lagi.

"Tidak. Dia kelaparan," jawab si ibu.

Umar dan Aslam kemudian tertegun. Setelah beberapa lama, keduanya merasa heran melihat si ibu tua tak juga selesai memasak.

Untuk mengatasi rasa herannya, Umar kemudian bertanya, "Apa yang kau masak itu? Kenapa tidak matang juga?"

Si ibu kemudian menoleh, "Silakan, kau lihat sendiri."

Umar dan Aslam kemudian menengok isi panci itu. Mereka seketika terkaget menjumpai isi panci yang tidak lain berupa air dan batu.

"Apakah kau memasak batu?" tanya Umar dengan sangat kaget. Si ibu menjawab dengan menganggukkan kepala.

"Untuk apa kau masak batu itu?" tanya Umar lagi.

"Aku memasak batu-batu ini untuk menghibur anakku yang sedang kelaparan. Semua ini adalah dosa Khalifah Umar bin Khattab. Dia tidak mau memenuhi kebutuhan rakyatnya. Sejak pagi aku dan anakku belum makan sejak pagi. Makanya kusuruh anakku berpuasa dan berharap ada rezeki ketika berbuka. Tapi, hingga saat ini pun rezeki yang kuharap belum juga datang. Kumasak batu ini untuk membohongi anakku sampai dia tertidur," kata ibu tua itu.

"Sungguh tak pantas jika Umar menjadi pemimpin. Dia telah menelantarkan kami," sambung si ibu.

Mendengar perkataan itu, Aslam berniat menegur si ibu dengan mengingatkan bahwa yang ada di hadapannya adalah sang Khalifah. Namun, Umar kemudian menahan Aslam, dan segera mengajaknya kembali ke Madinah sambil meneteskan air mata.

Sesampai di Madinah, tanpa beristirahat, Umar langsung mengambil sekarung gandum. Dipikulnya karung gandum itu untuk diserahkan kepada sang ibu.

Melihat Umar dalam kondisi letih, Aslam segera meminta agar gandum itu diangkatnya. "Sebaiknya aku saja yang membawa gandum itu, ya Amirul Mukminin," kata dia.

Dengan nada keras, Umar menjawab, "Aslam, jangan kau jerumuskan aku ke dalam neraka. Kau bisa menggantikanku mengangkat karung gandum ini, tetapi apakah kau mau memikul beban di pundakku ini kelak di Hari Pembalasan?"

Aslam pun tertegun mendengar jawaban itu. Dia tetap mendampingi Khalifah mengantarkan sekarung gandum itu kepada si ibu tua.

Kisah Umar bin Khattab menghukum putranya hingga mati


Sebagai seorang Khalifah, Umar bin Khattab terkenal sangat tegas dan tidak memberikan toleransi terhadap segala bentuk pelanggaran. Dia menghukum semua pelaku pelanggaran tanpa pandang bulu, termasuk putranya sendiri, Abdurrahman.

Abdurrahman merupakan salah satu putra Umar yang tinggal di Mesir. Dia telah melakukan pelanggaran dengan meminum khamr bersama dengan temannya hingga mabuk.

Abdurrahman kemudian menghadap ke Gubernur Mesir waktu itu, Amr bin Ash, meminta agar dihukum atas perbuatan yang telah dilakukannya. Amr bin Ash pun menghukum Abdurahman dan temannya dengan hukuman cambuk.

Tetapi, Amr bin Ash ternyata memberikan perlakuan yang berbeda. Jika teman Abdurrahman dihukum di hadapan umum, maka si putra Khalifah ini dihukum di ruang tengah rumahnya.

Umar bin Khattab pun mendengar kabar itu. Dia kemudian mengirim surat kepada Amr bin Ash agar memerintahkan Abdurrahman kembali ke Madinah dengan membungkuk, dengan maksud agar si anak dapat merasakan bagaimana menempuh perjalanan dengan kondisi yang sulit.

Amr bin Ash kemudian melaksanakan isi surat itu dan mengirim kembali surat balasan yang berisi permohonan maaf karena telah menghukum Abdurrahman tidak di hadapan umum. Umar tidak mau menerima cara itu.

Mendapat perintah itu, Abdurrahman kemudian kembali ke Madinah sesuai perintah, yaitu dengan berjalan membungkuk. Dia begitu kelelahan ketika sampai di Madinah.

Tanpa memperhatikan kondisi putranya, Umar bin Khattab langsung menyuruh algojo untuk melaksanakan hukuman cambuk kepada putranya. Seorang sahabat sepuh, Abdurrahman bin Auf pun mengingatkan agar Umar tak melakukan hal itu.

"Wahai Amirul Mukminin, Abdurrahman telah menjalani hukumannya di Mesir. Apakah perlu diulangi lagi?" kata Abdurrahman bin Auf.

Umar pun tidak mau menghiraukan perkataan Abdurrahman bin Auf. Dia meminta Algojo segera melaksanakan penghukuman itu.

Kemudian, Umar mengingatkan kepada seluruh kaum muslim akan hadis Rasulullah tentang kewajiban menegakkan hukum, "Sesungguhnya umat sebelum kamu telah dibinasakan oleh Allah karena apabila di antara mereka ada orang besar bersalah, dibiarkannya, tetapi jika orang kecil yang bersalah, dia dijatuhi hukuman seberat-beratnya."

Abdurrahman lalu dicambuk berkali-kali di hadapan Umar. Dia pun meronta-ronta meminta tolong agar ayahnya mengurangi hukuman itu, tetapi Umar sama sekali tidak menghiraukan.

Bahkan, teriakan Abdurrahman semakin menjadi, dan mengatakan, "Ayah membunuh saya." Sekali lagi, Umar tidak menghiraukan perkataan anaknya.

Hukuman itu terus dijalankan sampai Abdurrahman dalam kondisi sangat kritis. Melihat hal itu, Umar hanya berkata, "Jika kau bertemu Rasulullah SAW, beritahukan bahwa ayahmu melaksanakan hukuman."

Akhirnya, Abdurrahman pun meninggal dalam hukuman. Umar sama sekali tidak menunjukkan kesedihan.

Usai hukuman terhadap Abdurrahman dijalankan, Umar melakukan pelacakan terhadap siapa saja penyebar khamr. Tidak hanya peminum, bahkan sampai penjual khamr pun mendapat hukuman yang berat.

(Disarikan dari buku 'Kisah Keadilan Para Pemimpin Islam' Nasiruddin)

Minggu, 22 Desember 2013

PANDUAN INSTALLASI MODEM GILAT


Pengetahuan Dasar VSAT

VSAT (dalam bahasa Inggris, merupakan singkatan dari Very Small Aperture Terminal) adalah stasiun penerima sinyal dari satelit dengan antena penerima berbentuk piringan dengan diameter yang bermacam macam. Fungsi utama dari VSAT adalah untuk menerima dan mengirim data ke satelit.
Satelit berfungsi sebagai penerus sinyal untuk dikirimkan ke titik lainnya di atas bumi. Sebenarnya piringan VSAT tersebut menghadap ke sebuah satelit geostasioner. Satelit geostasioner merupakan satelit yang selalu berada di tempat yang sama sejalan dengan perputaran bumi pada sumbunya yang dimungkinkan karena mengorbit pada titik yang sama di atas permukaan bumi, dan mengikuti perputaran bumi pada sumbunya.

Perangkat
Terminal Antena Sangat Kecil adalah alat di stasiun bumi dan digunakan untuk mengirim serta menerima pancaran frekuensi daripada satelit. Antena VSAT berukuran lebih kurang 2 hingga 10 kaki (0.55-2.75 m) dipasang di atap ,dinding atau atas tanah dan pemilihan besar kecilnya antena sangat tergantung pada jenis frekuensi (misalnya C band atau Ku band) yang akan digunakan.

Komponen
Komponen VSAT, terdiri dari:
Unit Luar (Outdoor Unit (ODU):
Antena/dish/parabola ukuran 2 hingga 4 kaki (0.55-2.4 m), yang dipasang pada atap, dinding atau di tanah.
BUC (Block Up Converter), yang menghantarkan sinyal informasi ke satelit.Juga sering disebut sebagai Transmitter (Tx).
LNB (Low Noise Block Up), yang menerima sinyal informasi dari satelit. Juga sering disebut sebagai Receiver (Rx).
Unit Dalam (Indoor Unit (IDU)):
Modem (Modulator / Demodulator), sebuah alat dipanggil Return Channel Satellite Terminal yang menyambungkan dari unit luar dengan IFL kabel berukuran panjang tidak lebih 50 meter.
IFL (Inter Facility Link). Merupakan media penghubung antara ODU & IDU. Fisiknya biasanya berupa kabel dengan jenis koaksial dan biasanya menggunakan konektor jenis BNC (Bayonet Neill-Concelman).
Satelit
Merupakan alat di orbit bumi khusus untuk menerima/ menghantar maklumat secara nirkabel, berkomunikasi melalui frekuensi radio.
menggunakan Satelit Telkom 2 (Indonesia) digunakan untuk Depdagri, dengan teknologi C band yang lebih tahan dengan cuaca di Indonesia (berhubungan dengan masalah curah hujan yang cukup tinggi di Indonesia). Menggunakan Komunikasi 2 arah, menerima dan menghantar isyarat. Daerah yang dipasang VSAT dikenali sebagai remote terminal, dikawal oleh hub station. Semua isyarat dari satelit dikirim ke hub terlebih dahulu sebelum dikirim kembali ke terminal remote lain, yaitu Propinsi / Kabupaten.
Kapasitas muat turun (download) ialah 1 Mbps tetapi boleh dinaiktaraf sehingga mencapai 45 Mbps**
Kapasitas muat naik (upload) pula ialah 128 Kbps tetapi boleh dinaiktaraf sehingga mencapai 1.1 Mbps**
Kontrak perjanjian SchoolNet hanya 1 Mbps muatturun dan 128 Kbps muatnaik

Keunggulan dan kekurangan

Keunggulan VSAT:
-Pemasangannya cepat.
-Jangkauan terjauh dapat mencapai setengah permukaan bumi.
Kekurangan VSAT:
-Koneksinya rentan terhadap gangguan cuaca (terhadap molekul air).
-Memakan tempat, terutama untuk piringannya.
-Latency yang lebih tinggi di bandingkan kabel






- Persiapan
1.Alat kerja, tools, kompas, inclino, multi tester, kabel pointing, gps bila perlu
2.Laptop+LAN Card
3.Kabel Straight/cross
4.Modem / Vsat Idu Gilat
5.Feed horn
6.LNB Gilat
7.BUC/Odu c-band Gilat
8.Antena jangan lupa
Merakit Antena:
1. Langkah pertama yang harus kita lakukan adalah memeriksa kelengkapan pendukung reflektor/dish antena, seperti Pedestal, baut-baut, feedhorn dan LNB.
2. Apabila di lokasi tersebut berupa tanah maka buatlah pondasi sesuai ukuran pedestal yang telah ditetapkan (ukuran standart 2m x 2m).
3. Penggabungan antar segmen pedestal, reflektor, feed horn serta LNB harus benar-benar terpasang dengan baik dan kencang, usahakan tidak ada baut-baut yang kendor atau tidak terpasang.
4. Perakitan Pedestal / boom antena harus tegak lurus ( 90 derajat ) dengan garis horizontal bumi, gunakan water pass / angle meter untuk levelingnya, tujuannya agar pada saat pointing diperoleh kemiringan reflektor yang akan optimal.
5. Setelah antena terakit dengan benar, persiapkan satu kabel RF pendek dan hubungkan antara LNB ke perangkat spectrum analizer atau satellite finder. Tentukan arah polarisasi pada feedhorn sesuai dengan transponder yang akan kita gunakan, dalam hal ini transponder 4H dengan polarisasi horizontal.
6. Tentukan frekuensi dan transponder di Satellite yang akan kita cari, dalam hal ini Satellite Palapa C2 transponder 4H dengan center frekuensinya FWD RF=3,840Ghz / Lband=1298Mhz dengan simbol rate 8.7 Msps.




TAHAP-TAHAP INSTALASI VSAT

1. Instal Antena 1,8m, pastikan semua baut sudah tepat posisinya. Untuk mounting usahakan baut-bautnya sudah dikencangkan (dipasang ballast atau dinabolt) sebelum memasang dishnya.
2. Arahkan dish antena ke sudut elevasi 78° dan Azimuth 97°, sesuai dengan arah satelit Apstar V/T elstar 18.
3. Tahapan untuk pointing dan crosspol
- Hubungkan LNB dengan RF IN Modem dengan kabel coaxial, kemudian hidupkan modem (lebih mudah menggunakan kabel pendek kurang lebih 5 m F male to F male).
- Sambungkan Laptop dengan kabel Ethernet (straight/cross) ke port LAN Modem.
- Setting IP Laptop menjadi : 192.168.1.2



- Gunakan web browser (IE atau Mozilla), ketik di address bar “192.168.1.1” sehingga muncul seperti di bawah ini :







- Klik pada Telemetry :


- Perhatikan pada Rx signal EsNO , apabila nilainya -10dB artinya pointing masih salah (sinyal belum receive), atur azimuth dan elevasi antena hingga diperoleh nilai kurang lebih 12dB, arahkan hingga hasilnya maksimal saja.
- Setelah di peroleh nilai Rx signal EsNO yang maksimal, kencangkan posisi antena agar tidak berubah, kemudian matikan modem.
- Tarik kabel coaxial sesuai dengan jalur dari antena ke modem.
- Hubungkan BUC dengan RF OUT Modem dan LNB ke RF IN Modem (perhatikan jangan sampai terbalik).
- Hidupkan kembali Modem, kemudian hubungi/telpon NOC : , untuk memaksimalkan sinyal transmit dan crosspol (Note : minta personel NOC untuk menelpon balik).
- Ikuti instruksi NOC sehingga selesailah proses pointing dan crosspol, untuk kemudian testing aplikasinya.

*******************************SELESAI********************************



Note :
- Modem yang dikirim biasanya sudah dikonfigur.
- Apabila modem belum dikonfigur, bisa dikonfigur sendiri melalui skymanage (lihat langkah no.3), klik installer (username : inst dan password : $Sat2598$), hubungi NOC untuk panduannya.
- Apabila modem beroperasi normal maka 4 lampu menyala stabil (PWR, RX, SYNC, dan ON-LINE) sedangkan lampu TX menyala kedip-kedip.









Pointing

Sebelum melakukan pointing, harus diketahui terlebih dahulu posisi sudut azimut dan sudut elevasi untuk satellit yang akan digunakan / diterima pada suatu daerah dimana stasiun bumi / VSAT akan didirikan.
1-Langkah pertama dalam melakukan pointing adalah dengan menentukan sudut azimut reflektor secara kasar dengan menggunakan kompas. Arah 0 derajat dimulai dari arah utara, kemudian ke arah timur adalah positif dan bila ke arah barat adalah negatif.
2-Selanjutnya adalah melakukan pointing receive dan transmit. Untuk melakukan pointing halus, dibutuhkan peralatan sebagai berikut :
3-(Spektrum analyzer atau Satellite Finder, DC blok dengan catu daya, LNB dan BUC, Kabel pointing, Terminal Nera/modem)
4-Keluaran dari LNB dihubungkan melalui kabel pointing ke DC blok dan dari DC blok dihubungkan ke Spektrum analyzer.
5- ”Perhatikan ; konektor F type dengan tegangan V= + 18 Vdc ke arah LNB dan konektor N type tanpa tegangan V=0 volt ke arah Spektrum analyzer. Apabila menggunakan satellite finder, hubungkan keluaran LNB ke Satellite finder dengan konektor F type ( satellite finder sudah mensuplai tegangan dc 13/18V”.
6-Kemudian lakukan pointing receive untuk mengarahkan antena ke satelit, caranya dengan memutar azimut dan elevasi secara perlahan hingga diperoleh sinyal dari satelit yang dicari, langkah yang tepat adalah putar sudut elevasi setelah mendapat sinyal hingga maximum kencangkan baut elevasi kemudian putar sudut azimut setelah mendapat sinyal maksimum kencangkan baut azimut kemudian putar polarisasi feedhorn hingga mendapat sinyal yang maksimum, langkah tadi dilakukan secara berulang-ulang hingga diperoleh sinyal receive yang paling maksimum.

Crosspole
Lakukan crosspole dengan Pure carrier / CW sesuai dengan frekuensi dan petunjuk dari NOC
Kendorkan baut baut elevasi,azimuth dan feedhorn ikuti instruksi dari Enggineer NOC
Bila selesai crosspole.Kencangkan baut-baut azimut, elevasi dan feedhorn setelah diperoleh crosspole dengan hasil yang sesuai dengan rekomendasi NOC dan mintalah printout hasil crosspole tersebut dari NOC Berupa C/N dan CPI
Gunakan ruber tape,sealant / 3m tape untuk membungkus konektor f type di BUC dan LNB agar tidak kemasukan air pada saat hujan.



Jumat, 20 Desember 2013

Bukti Kebenaran Al-Quran

Al-Quran mempunyai sekian banyak fungsi. Di antaranya adalah menjadi bukti kebenaran Nabi Muhammad saw. Bukti kebenaran tersebut dikemukakan dalam tantangan yang sifatnya bertahap. Pertama, menantang siapa pun yang meragukannya untuk menyusun semacam Al-Quran secara keseluruhan (baca QS 52:34). Kedua, menantang mereka untuk menyusun sepuluh surah semacam Al-Quran (baca QS 11:13). Seluruh Al-Quran berisikan 114 surah. Ketiga, menantang mereka untuk menyusun satu surah saja semacam Al-Quran (baca QS 10:38). Keempat, menantang mereka untuk menyusun sesuatu seperti atau lebih kurang sama dengan satu surah dari Al-Quran (baca QS 2:23).

Dalam hal ini, Al-Quran menegaskan: Katakanlah (hai Muhammad) sesungguhnya jika manusia dan jin berkumpul untuk membuat yang serupa Al-Quran ini, niscaya mereka tidak akan mampu membuat yang serupa dengannya, sekalipun sebagian mereka menjadi pembantu bagi sebagian yang lain. (QS 17 :88).

Seorang ahli berkomentar bahwa tantangan yang sedemikian lantang ini tidak dapat dikemukakan oleh seseorang kecuali jika ia memiliki satu dari dua sifat: gila atau sangat yakin. Muhammad saw. sangat yakin akan wahyu-wahyu Tuhan, karena "Wahyu adalah informasi yang diyakini dengan sebenarnya bersumber dari Tuhan."

Walaupun Al-Quran menjadi bukti kebenaran Nabi Muhammad, tapi fungsi utamanya adalah menjadi "petunjuk untuk seluruh umat manusia." Petunjuk yang dimaksud adalah petunjuk agama, atau yang biasa juga disebut sebagai syari'at. Syari'at, dari segi pengertian kebahasaan, berarti ' jalan menuju sumber air." Jasmani manusia, bahkan seluruh makhluk hidup, membutuhkan air, demi kelangsungan hidupnya. Ruhaninya pun membutuhkan "air kehidupan." Di sini, syari'at mengantarkan seseorang menuju air kehidupan itu.

Dalam syari'at ditemukan sekian banyak rambu-rambu jalan: ada yang berwarna merah, yang berarti larangan; ada pula yang berwarna kuning, yang memerlukan kehati-hatian; dan ada yang hijau warnanya, yang melambangkan kebolehan melanjutkan perjalanan. Ini semua, persis sama dengan lampu-lampu lalulintas. Lampu merah tidak memperlambat seseorang sampai ke tujuan. Bahkan ia merupakan salah satu faktor utama yang memelihara pejalan dari mara bahaya. Demikian juga halnya dengan "lampu-lampu merah" atau larangan-larangan agama.

Kita sangat membutuhkan peraturan-peraturan lalulintas demi memelihara keselamatan kita. Demikian juga dengan peraturan lalulintas menuju kehidupan yang lebih jauh, kehidupan sesudah mati. Di sini, siapakah yang seharusnya membuat peraturan-peraturan menuju perjalanan yang sangat jauh itu?

Manusia memiliki kelemahan-kelemahan. Antara lain, ia seringkali bersifat egoistis. Disamping itu, pengetahuannya sangat terbatas. Lantaran itu, jika ia yang diserahi menyusun peraturan lalulintas menuju kehidupan sesudah mati, maka diduga keras bahwa ia, di samping hanya akan menguntungkan dirinya sendiri, juga akan sangat terbatas bahkan keliru, karena ia tidak mengetahui apa yang akan terjadi setelah kematian.

Jika demikian, yang harus menyusunnya adalah "Sesuatu" yang tidak bersifat egoistis, yang tidak mempunyai sedikit kepentingan pun, sekaligus memiliki pengetahuan yang Mahaluas. "Sesuatu" itu adalah Tuhan Yang Mahaesa, dan peraturan yang dibuatnya itu dinamai "agama".

Sayang bahwa tidak semua manusia dapat berhubungan langsung secara jelas dengan Tuhan, guna memperoleh informasi-Nya. Karena itu, Tuhan memilih orang-orang tertentu, yang memiliki kesucian jiwa dan kecerdasan pikiran untuk menyampaikan informasi tersebut kepada mereka. Mereka yang terpilih itu dinamai Nabi atau Rasul.

Karena sifat egoistis manusia, maka ia tidak mempercayai informasi-informasi Tuhan yang disampaikan oleh para Nabi itu. Mereka bahkan tidak percaya bahwa manusia-manusia terpilih itu adalah Nabi-nabi yang mendapat tugas khusus dari Tuhan.

Untuk meyakinkan manusia, para Nabi atau Rasul diberi bukti-bukti yang pasti dan terjangkau. Bukti-bukti tersebut merupakan hal-hal tertentu yang tidak mungkin dapat mereka --sebagai manusia biasa (bukan pilihan Tuhan)-- lakukan. Bukti-bukti tersebut dalam bahasa agama dinamai "mukjizat".

Para Nabi atau Rasul terdahulu memiliki mukjizat-mukjizat yang bersifat temporal, lokal, dan material. Ini disebabkan karena misi mereka terbatas pada daerah tertentu dan waktu tertentu. Ini jelas berbeda dengan misi Nabi Muhammad saw. Beliau diutus untuk seluruh umat manusia, di mana dan kapan pun hingga akhir zaman.

Pengutusan ini juga memerlukan mukjizat. Dan karena sifat pengutusan itu, maka bukti kebenaran beliau juga tidak mungkin bersifat lokal, temporal, dan material. Bukti itu harus bersifat universal, kekal, dapat dipikirkan dan dibuktikan kebenarannya oleh akal manusia. Di sinilah terletak fungsi Al-Quran sebagai mukjizat.

Paling tidak ada tiga aspek dalam Al-Quran yang dapat menjadi bukti kebenaran Nabi Muhammad saw., sekaligus menjadi bukti bahwa seluruh informasi atau petunjuk yang disampaikannya adalah benar bersumber dari Allah SWT.

Ketiga aspek tersebut akan lebih meyakinkan lagi, bila diketahui bahwa Nabi Muhammad bukanlah seorang yang pandai membaca dan menulis. Ia juga tidak hidup dan bermukim di tengah-tengah masyarakat yang relatif telah mengenal peradaban, seperti Mesir, Persia atau Romawi. Beliau dibesarkan dan hidup di tengah-tengah kaum yang oleh beliau sendiri dilukiskan sebagai "Kami adalah masyarakat yang tidak pandai menulis dan berhitung." Inilah sebabnya, konon, sehingga angka yang tertinggi yang mereka ketahui adalah tujuh. Inilah latar belakang, mengapa mereka mengartikan "tujuh langit" sebagai "banyak langit." Al-Quran juga menyatakan bahwa seandainya Muhammad dapat membaca atau menulis pastilah akan ada yang meragukan kenabian beliau (baca QS 29:48).

Ketiga aspek yang dimaksud di atas adalah sebagai berikut. Pertama, aspek keindahan dan ketelitian redaksi-redaksinya. Tidak mudah untuk menguraikan hal ini, khususnya bagi kita yang tidak memahami dan memiliki "rasa bahasa" Arab --karena keindahan diperoleh melalui "perasaan", bukan melalui nalar. Namun demikian, ada satu atau dua hal menyangkut redaksi Al-Quran yang dapat membantu pemahaman aspek pertama ini.

Seperti diketahui, seringkali Al-Quran "turun" secara spontan, guna menjawab pertanyaan atau mengomentari peristiwa. Misalnya pertanyaan orang Yahudi tentang hakikat ruh. Pertanyaan ini dijawab secara langsung, dan tentunya spontanitas tersebut tidak memberi peluang untuk berpikir dan menyusun jawaban dengan redaksi yang indah apalagi teliti. Namun demikian, setelah Al-Quran rampung diturunkan dan kemudian dilakukan analisis serta perhitungan tentang redaksi-redaksinya, ditemukanlah hal-hal yang sangat menakjubkan. Ditemukan adanya keseimbangan yang sangat serasi antara kata-kata yang digunakannya, seperti keserasian jumlah dua kata yang bertolak belakang.

Abdurrazaq Nawfal, dalam Al-Ijaz Al-Adabiy li Al-Qur'an Al-Karim yang terdiri dari tiga jilid, mengemukakan sekian banyak contoh tentang keseimbangan tersebut, yang dapat kita simpulkan secara sangat singkat sebagai berikut.

A. Keseimbangan antara jumlah bilangan kata dengan antonimnya. Beberapa contoh, di antaranya:

Al-hayah (hidup) dan al-mawt (mati), masing-masing sebanyak 145 kali;
Al-naf' (manfaat) dan al-madharrah (mudarat), masing-masing sebanyak 50 kali;
Al-har (panas) dan al-bard (dingin), masing-masing 4 kali;
Al-shalihat (kebajikan) dan al-sayyi'at (keburukan), masing-masing 167 kali;
Al-Thumaninah (kelapangan/ketenangan) dan al-dhiq (kesempitan/kekesalan), masing-masing 13 kali;
Al-rahbah (cemas/takut) dan al-raghbah (harap/ingin), masing-masing 8 kali;
Al-kufr (kekufuran) dan al-iman (iman) dalam bentuk definite, masing-masing 17 kali;
Kufr (kekufuran) dan iman (iman) dalam bentuk indifinite, masing-masing 8 kali;
Al-shayf (musim panas) dan al-syita' (musim dingin), masing-masing 1 kali.

B. Keseimbangan jumlah bilangan kata dengan sinonimnya/makna yang dikandungnya.

Al-harts dan al-zira'ah (membajak/bertani), masing-masing 14 kali;
Al-'ushb dan al-dhurur (membanggakan diri/angkuh), masing-masing 27 kali;
Al-dhallun dan al-mawta (orang sesat/mati [jiwanya]), masing-masing 17 kali;
Al-Qur'an, al-wahyu dan Al-Islam (Al-Quran, wahyu dan Islam), masing-masing 70 kali;
Al-aql dan al-nur (akal dan cahaya), masing-masing 49 kali;
Al-jahr dan al-'alaniyah (nyata), masing-masing 16 kali.

C. Keseimbangan antara jumlah bilangan kata dengan jumlah kata yang menunjuk kepada akibatnya.

Al-infaq (infak) dengan al-ridha (kerelaan), masing-masing 73 kali;
Al-bukhl (kekikiran) dengan al-hasarah (penyesalan), masing-masing 12 kali;
Al-kafirun (orang-orang kafir) dengan al-nar/al-ahraq (neraka/ pembakaran), masing-masing 154 kali;
Al-zakah (zakat/penyucian) dengan al-barakat (kebajikan yang banyak), masing-masing 32 kali;
Al-fahisyah (kekejian) dengan al-ghadhb (murka), masing-masing 26 kali.

D. Keseimbangan antara jumlah bilangan kata dengan kata penyebabnya.

Al-israf (pemborosan) dengan al-sur'ah (ketergesa-gesaan), masing-masing 23 kali;
Al-maw'izhah (nasihat/petuah) dengan al-lisan (lidah), masing-masing 25 kali;
Al-asra (tawanan) dengan al-harb (perang), masing-masing 6 kali;
Al-salam (kedamaian) dengan al-thayyibat (kebajikan), masing-masing 60 kali.

E. Di samping keseimbangan-keseimbangan tersebut, ditemukan juga keseimbangan khusus.

Kata yawm (hari) dalam bentuk tunggal sejumlah 365 kali, sebanyak hari-hari dalam setahun. Sedangkan kata hari yang menunjuk kepada bentuk plural (ayyam) atau dua (yawmayni), jumlah keseluruhannya hanya tiga puluh, sama dengan jumlah hari dalam sebulan. Disisi lain, kata yang berarti "bulan" (syahr) hanya terdapat dua belas kali, sama dengan jumlah bulan dalam setahun.
Al-Quran menjelaskan bahwa langit ada "tujuh." Penjelasan ini diulanginya sebanyak tujuh kali pula, yakni dalam ayat-ayat Al-Baqarah 29, Al-Isra' 44, Al-Mu'minun 86, Fushshilat 12, Al-Thalaq 12, Al-Mulk 3, dan Nuh 15. Selain itu, penjelasannya tentang terciptanya langit dan bumi dalam enam hari dinyatakan pula dalam tujuh ayat.
Kata-kata yang menunjuk kepada utusan Tuhan, baik rasul (rasul), atau nabiyy (nabi), atau basyir (pembawa berita gembira), atau nadzir (pemberi peringatan), keseluruhannya berjumlah 518 kali. Jumlah ini seimbang dengan jumlah penyebutan nama-nama nabi, rasul dan pembawa berita tersebut, yakni 518 kali.

Demikianlah sebagian dari hasil penelitian yang kita rangkum dan kelompokkan ke dalam bentuk seperti terlihat di atas.

Kedua adalah pemberitaan-pemberitaan gaibnya. Fir'aun, yang mengejar-ngejar Nabi Musa., diceritakan dalam surah Yunus. Pada ayat 92 surah itu, ditegaskan bahwa "Badan Fir'aun tersebut akan diselamatkan Tuhan untuk menjadi pelajaran generasi berikut." Tidak seorang pun mengetahui hal tersebut, karena hal itu telah terjadi sekitar 1200 tahun S.M. Nanti, pada awal abad ke-19, tepatnya pada tahun 1896, ahli purbakala Loret menemukan di Lembah Raja-raja Luxor Mesir, satu mumi, yang dari data-data sejarah terbukti bahwa ia adalah Fir'aun yang bernama Maniptah dan yang pernah mengejar Nabi Musa a.s. Selain itu, pada tanggal 8 Juli 1908, Elliot Smith mendapat izin dari pemerintah Mesir untuk membuka pembalut-pembalut Fir'aun tersebut. Apa yang ditemukannya adalah satu jasad utuh, seperti yang diberitakan oleh Al-Quran melalui Nabi yang ummiy (tak pandai membaca dan menulis itu). Mungkinkah ini?

Setiap orang yang pernah berkunjung ke Museum Kairo, akan dapat melihat Fir'aun tersebut. Terlalu banyak ragam serta peristiwa gaib yang telah diungkapkan Al-Quran dan yang tidak mungkin dikemukakan dalam kesempatan yang terbatas ini.

Ketiga, isyarat-isyarat ilmiahnya. Banyak sekah isyarat ilmiah yang ditemukan dalam Al-Quran. Misalnya diisyaratkannya bahwa "Cahaya matahari bersumber dari dirinya sendiri, sedang cahaya bulan adalah pantulan (dari cahaya matahari)" (perhatikan QS 10:5); atau bahwa jenis kelamin anak adalah hasil sperma pria, sedang wanita sekadar mengandung karena mereka hanya bagaikan "ladang" (QS 2:223); dan masih banyak lagi lainnya yang kesemuanya belum diketahui manusia kecuali pada abad-abad bahkan tahun-tahun terakhir ini. Dari manakah Muhammad mengetahuinya kalau bukan dari Dia, Allah Yang Maha Mengetahui!

Kesemua aspek tersebut tidak dimaksudkan kecuali menjadi bukti bahwa petunjuk-petunjuk yang disampaikan oleh Al-Quran adalah benar, sehingga dengan demikian manusia yakin serta secara tulus mengamalkan petunjuk-petunjuknya.

Membalas kejahatan dengan kebaikan

Akhlak yang terpuji
Bab : AKHLAK
Ditemukan 6 ayat

1. QS. Ar-Ra'd [13] : ayat 22
walladziina shabaruu ibtighaa-a wajhi rabbihim wa-aqaamuu shshalaata wa-anfaquu mimmaa razaqnaahum sirran wa'alaaniyatan wayadrauuna bilhasanati ssayyi-ata ulaa-ika lahum 'uqbaa ddaar
[13:22] Dan orang-orang yang sabar karena mencari keridhaan Tuhannya, mendirikan shalat, dan menafkahkan sebagian rezeki yang Kami berikan kepada mereka, secara sembunyi atau terang-terangan serta menolak kejahatan dengan kebaikan; orang-orang itulah yang mendapat tempat kesudahan (yang baik),
[13:22] And those who are constant, seeking the pleasure of their Lord, and keep up prayer and spend (benevolently) out of what We have given them secretly and openly and repel evil with good; as for those, they shall have the (happy) issue of the abode

2. QS. Al-Mu'minuun (Al-Mu'minun) [23] : ayat 96
idfa'billatii hiya ahsanu ssayyi-ata nahnu a'lamu bimaa yashifuun
[23:96] Tolaklah perbuatan buruk mereka dengan yang lebih baik. Kami lebih mengetahui apa yang mereka sifatkan.
[23:96] Repel evil by what is best; We know best what they describe.

3. QS. Al-Furqaan (Al-Furqan) [25] : ayat 63
wa'ibaadu rrahmaanilladziina yamsyuuna 'alaa l-ardhi hawnan wa-idzaa khaathabahumu ljaahiluuna qaaluu salaamaa
[25:63] Dan hamba-hamba Tuhan yang Maha Penyayang itu (ialah) orang-orang yang berjalan di atas bumi dengan rendah hati dan apabila orang-orang jahil menyapa mereka, mereka mengucapkan kata-kata (yang mengandung) keselamatan.
[25:63] And the servants of the Beneficent God are they who walk on the earth in humbleness, and when the ignorant address them, they say: Peace.

4. QS. Al-Qashash (Al-Qasas) [28] : ayat 54
ulaa-ika yu/tawna ajrahum marratayni bimaa shabaruu wayadrauuna bilhasanati ssayyi-ata wamimmaa razaqnaahum yunfiquun
[28:54] Mereka itu diberi pahala dua kali disebabkan kesabaran mereka, dan mereka menolak kejahatan dengan kebaikan, dan sebagian dari apa yang telah Kami rezekikan kepada mereka, mereka nafkahkan.
[28:54] These shall be granted their reward twice, because they are steadfast and they repel evil with good and spend out of what We have given them.

5. QS. Fushshilat (Fussilat) [41] : ayat 34
walaa tastawii lhasanatu walaa ssayyi-atu idfa'billatii hiya ahsanu fa-idzaalladzii baynaka wabaynahu 'adaawatun ka-annahu waliyyun hamiim
[41:34] Dan tidaklah sama kebaikan dan kejahatan. Tolaklah (kejahatan itu) dengan cara yang lebih baik, maka tiba-tiba orang yang antaramu dan antara dia ada permusuhan seolah-olah telah menjadi teman yang sangat setia.
[41:34] And not alike are the good and the evil. Repel (evil) with what is best, when lo! he between whom and you was enmity would be as if he were a warm friend.

6. QS. Fushshilat (Fussilat) [41] : ayat 35
wamaa yulaqqaahaa illaalladziina shabaruu wamaa yulaqqaahaa illaa dzuu hazhzhin 'azhiim
[41:35] Sifat-sifat yang baik itu tidak dianugerahkan melainkan kepada orang-orang yang sabar dan tidak dianugerahkan melainkan kepada orang-orang yang mempunyai keuntungan yang besar.
[41:35] And none are made to receive it but those who are patient, and none are made to receive it but those who have a mighty good fortune.

GHOSHOB

  Jika di pesantren, istilah ini sudah sangat familiar. Hanya saja pengertian dan prakteknya sesungguhnya ada perbedaan dari makna ghoshob s...