Rabu, 25 Desember 2013

Merapikan Shof Sholat


Saudaraku kaum muslimin yang semoga dirohmati Alloh ta’ala, Pada kesempatan ini An Nafs akan menurunkan pembahasan tentang merapikan shof sholat (dalam sholat berjama’ah), karena banyak kita jumpai kaum muslimin yang tidak memperhatikan masalah ini. Padahal ini merupakan salah satu kesempurnaan dalam sholat berjama’ah. Sering kita lihat ada sela yang cukup longgar antara satu jama’ah dengan jama’ah di samping kanan atau kirinya, dikarenakan tidak merapatkan barisan shof dengan kaki jama’ah yang lainnnya, atau membuat shof baru padahal shof depan masih memungkinkan untuk ditempati. Atau bahkan apabila ada seorang yang merapatkan kakinya dengan jama’ah disampingnya, maka jama’ah disampingnya tersebut tidak mau dirapati kakinya atau menjauh. Padahal inilah PERINTAH ROSULULLOH DAN SUNNAHNYA untuk merapatkan shof. Mengingat pentingnya hal ini kami mencoba menyampaikannya kepada sidang pembaca rohimakumulloh.

Shof Merupakan Keistimewaan Umat Islam

Al-Hafizh Ibnu Rojab dalam fathul bari 4/250-251 mengatakan,”Ketahuilah bahwa shof dalam sholat merupakan kekhususan yang Alloh anugerahkan kepada umat ini, karena dengan demikian mereka menyerupai shof para malaikat di langit, sebagaimana Alloh khabarkan ucapan mereka (para malaikat-red),”Dan sesungguhnya kami benar-benar bershof-shof.” (QS. Ash Shoffat:165). Dan Alloh Ta’ala juga bersumpah dengan rombongan yang bershof-shof yaitu para malaikat. Dalam shohih Muslim (Hadits no. 522) dari Hudzaifah-rodhiyallohu ‘anhu- dari Nabi Shollallohu ‘alaihi wa sallam bersabda,”Kita diutamakan dari umat lainnya dengan tiga perkara: -(diantaranya)- Shof kita dijadikan seperti shof para malaikat. Dalam shohih Muslim (Hadits no. 430) dai Jabir bin Samuroh-rodhiyallohu ‘anhu-berkata, suatu kali Rosululloh Shollallohu ‘alaihi wa sallam pernah keluar kepada kami dan bersabda,”Apakah kalian tidak ingin bershof seperti shofnya malaikat di sisi Robb mereka?”Kami berkata,”Ya, Rosululloh. Lantas bagaimana sifat shof para malaikat di sisi Robb mereka?”Beliau bersabda,”Mereka menyempurnakan shof yang pertama dan rapat dalam shof.”

Ibnu Abi Hatim meriwayatkan dari Abu Nadhroh, dia berkata,”Adalah Umar bin Khottob-rodhiyallohu ‘anhu- (ketika beliau menjadi imam sholat-red) apabila telah dikumandangkan iqomat, maka beliau menghadap manusia seraya berkata,”Rapat dan luruskan shof kalian! Sesungguhnya Alloh menginginkan agar kalian meniru shifat shofnya para malaikat,”sambil membaca ayat,’Dan sesungguhnya kami benar-benar bershof-shof (QS. Ash Shof ayat 165).`Mundurlah wahai fulan dan majulah wahai fulan.’kemudian beliau bertakbir. (Tafsir Ibnu Abi Hatim10/3233 dan Tafsir Ibnu Katsir 7/44). Hal ini beliau perintahkan supaya barisan shof sholat benar-benar lurus dan rapat. Maka hendaknya para Imam sholat juga mencontoh Umar bin Khottob sebelum memulai sholat berjama’ah.

Perintah Merapikan Shof

Banyak hadits shohih yang menunjukkan secara jelas perintah menegakkan sunnah ini, berikut ini kami nukilkan sebagiannya;

Dari Anas -rodhiyallohu ‘anhu- berkata,”Rosululloh Shollallohu ‘alaihi wa sallam bersabda,”Sawwuu shufuufakum fainna tashwiyatash shufuufi min iqoomaatish sholaat”;Rapikan (rapat dan lurus)shof kalian, sesungguhnya rapinya shof termasuk bagian menegakkan sholat.”(HR. Bukhori no.723).

Dari Anas -rodhiyallohu ‘anhu- berkata,”Rosululloh Shollallohu ‘alaihi wa sallam bersabda,”Rapatkanlah shof kalian, mendekatlah antara sesama dan sejajarkanlah bahu-bahu. Demi Alloh yang jiwaku berada di tangan-Nya, sesungguhnya saya melihat setan masuk dari sela-sela shof seperti kambing hitam kecil.”(HR. Abu Dawud no 667;Nasaa’i no. 2/92;Ahmad 3/No.260,283;Ibnu Hibban;Ibnu Khuzaimah dan dishohihkan oleh Asy syaikh Al-Albani dalam shohih sunan Abi Dawud 3/245).

Dari Abdulloh bin Umar bin Khottob-rodhiyallohu ‘anhuma-bahwasanya Rosululloh Shollallohu ‘alaihi wa sallam bersabda,”Rapikanlah shof, sejajarkanlah bahu, penuhi yang masih kosong (longgar), bersikap lunaklah terhadap saudara kalian dan jangan kalian biarkan kelonggaran untuk setan. Barngsiapa yang menyambung shof, maka Alloh akan menyambungnya dan barangsiapa yang memutuskan shof, maka Alloh akan memutuskannya.”(HR. Abu Dawud No. 666 dan dishohihkan oleh Asy syaikh Al-Albani dalam shohih sunan Abi Dawud 3/243)

Dari beberapa hadits diatas, dapat kita pahami tentang pentingnya masalah ini. Akankah seorang muslim yang mengetahui perintah diatas lalu dia menyepelekannya??? Bukankah dia menyadari bahwa Nabi Shollallohu ‘alaihi wa sallam menekankan dan menganjurkannya? Semoga Alloh Ta’ala melapangkan hati kita untuk memahami dan mengamalkan syari’at-Nya.

Cara Merapikan Shof

Tentang shifat dan tata cara merapikan shof telah dijelaskan dalam banyak hadits, diantaranya dua hadits sebagai berikut;

Dari Anas bin Malik-rodhiyallohu ‘anhu- berkata,”Rosululloh Shollallohu ‘alaihi wa sallam bersabda,’Rapikanlah shof-shof kalian, sesungguhnya saya dapat melihat kalian dari belakang punggungku.`dan seorang diantara kami merapatkan pundaknya dengan pundak temannya dan kakinya dengan kaki temannya.” (HR. Bukhori no.725). Maka kita bandingkan dengan keadaan sebagian orang di zaman ini, bila seorang menegakkan sunnah ini di tengah-tengah mereka, niscaya mereka menjauh darinya! Sehingga perkara ini seperti perkara bid’ah! Semoga Alloh memberi hidayah kepada mereka dan memberikan kelezatan sunnah dalam hati mereka.

Dari Nu’man bin Basyir- rodhiyallohu ‘anhu-berkata,”Rosululloh Shollallohu ‘alaihi wa sallam pernah menghadap manusia dengan wajahnya seraya mengatakan,”Rapikanlah shof-shof kalian(3x). Demi Alloh, kalian merapikan shof kalian,atau kalau tidak maka Alloh akan menjadikan perselisihan diantara hati kalian.” Nu’man berkata,`Lalu saya melihat seorang merapatkan bahunya dengan bahu temannya, lutunya dengan lutut temannya, dan mata kakinya dengan mata kaki temannya.’ (HR. Abu Dawud no.662, Ahmad 4/276, Ibnu Hibban 396, dishohihkan oleh Imam An Nawawi, Ibnu Hajar, dan Asy Syaikh Al-albani dalam silsilah ahaadits ash shohihah no.32 dan shohih sunan abi Dawud 3/238).

Kesimpulan

Merapikan shof shof meliputi hal-hal berikut ini:

Meluruskan barisan sholat dan merapatkannya. Sungguh merupakan kesalahan, apa yang dilakukan sebagian orang. Mereka membuka lebar-lebar kaki mereka untuk menempel dengan kaki saudaranya tetapi bahu mereka saling berjauhan. Ini merupakan kekeliruan yang menyelisihi para shahabat.

Saling berdekatan dan Memenuhi shof yang masih renggang. Dengan demikian, berarti kita telah menutup jalan setan untuk menggoda anaka adam ketika sholat dan dengan demikian pula berarti shof akan betuk-betuk rapat. Namun bukan berarti berdesakan sehingga malah mengganggu kekhusyuan sholat.

Menyempurnakan shof pertama terlebih dahulu dan begitu seterusnya. Maka merupakan kesalahan dan tipu daya iblis kepada banyak orang sekarang, mereka tahu shof pertama belum penuh, namun mereka lebih senang memilih shof berikutnya.

NASEHAT AL ‘ALLAMAH AL MUHADDITS MUHAMMAD NASHIRUDDIN AL-ALBANI-ROHIIMAHULLOH

Beliau adalah ulama mujaddid dan ahlul hadits zaman ini, seorang ulama yang tidak diragukan lagi kefaqihannya dalam ilmu hadits. Beliau meninggal tahun 1420 H/1999.di Yordania.

Beliau berkata,” Sesungguhnya saya menghimbau kepada kaum muslimin-khususnya para imam masjid-yang berupaya mengikuti sunnah Nabi Shollallohu ‘alaihi wa sallam dan mengharapkan pahala menghidupkan sunnahnya, agar mengamalkan sunnah yang mulia ini dengan penuh upaya dan menyeru manusia untuk melaksanakannya, sehingga dengan demiikian mereka selamat dari ancaman.” (dari kitab beliau Silsilah ahaadits ash shohiihah /himpunan hadits-hadits shohih 1/73).

Asy Syaikh al-Albani berkata:”Saya juga menghimbau kepada para imam masjid untuk tidak cukup hanya sekedar mengatakan`rapat dan luruskan shof` tetapi betul-betul memperhatikan dan merapikannya, baik turun langsung sendiri atau diwakilkan kepada orang lain sebagaimana dilakukan Nabi Shollallohu ‘alaihi wa sallam, dan para shahabat seperti Umar, Utsman, dan ali.” (dari kitab beliau Shohih Sunan Tirmidzi 1/72).

Al-Imam Ibnu Hazm-rohimahulloh- berkata,”Disunnahkan bagi imam untuk tidak bertakbir sehingga makmum betuk-betul sudah rapat/lurus.” (dari Kitab al-Imam Ibnu Hazm Al-Muhalla 4/112) .

Demikian pembahasan ini semoga bermanfaat dan mari kita amalkan sunnah Nabi Muhammad Shollallohu ‘alaihi wa salami, tauladan kita yang telah menunjukkan kita kepada jalan cahaya Islam. Sunnah bukan hanya berarti apabila dikerjakan mendapatkan pahala, apabila ditinggalkan tidak mendapat dosa,akan tetapi sunnah dalam pengertian segala sesuatu yang nabi ucapkan, dan diamalkan oleh beliau serta diikuti oleh para shahabat, yang setiap muslim harus mencontoh amalan beliau dalam segala amal ibadah. Kalau kita tidak mencontoh nabi lalu kepada siapa lagi???

Wallohu Ta’ala A’lam. Sholawat dan salam semoga tetap terlimpahkan kepada junjungan kita Rosululloh, keluarga, shahabat dan kaum muslimin yang mengikuti sunnah beliau dengan baik hingga hari akhir nanti.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

GHOSHOB

  Jika di pesantren, istilah ini sudah sangat familiar. Hanya saja pengertian dan prakteknya sesungguhnya ada perbedaan dari makna ghoshob s...