Rabu, 13 November 2013

KECINTAAN RASULULLAH TERHADAP ANAK KECIL,YATIM

Segala puji hanya bagi Allah s.w.t., Tuhan empunya sekalian Alam, Tiada Ia berhajat kepada selain-Nya, malah selain-Nya lah yang berhajat kepada-Nya. Selawat dan salam semoga dilimpahkan Allah s.w.t. ke atas junjungan kita Sayyidina Nabi Muhammad s.a.w. (Ya Allah tempatkan baginda di tempat yang terpuji sepertimana yang Kau janjikan Amin) Beserta Ahlulbayt dan Para Sahabat R.anhum yang mulia lagi mengerah keringat menyebarkan Islam yang tercinta. Dan kepada mereka yang mengikut mereka itu dari semasa ke semasa hingga ke hari kiamat...Ya Allah Ampuni kami, Rahmati Kami, Kasihani Kami ...Amin



Amma Ba'du,





Al-Imam Bukhari dan Al-Imam Muslim rah. meriwayatkan daripada Sayyidina Anas bin Malik r.anhu, bahawa junjungan kita Nabi s.a.w. bersabda :



"sedianya sembahyangku akan kupanjangkan, namun bila ku dengar tangisan bayi, terpaksa aku singkatkan kerana mengetahui betapa gelisah hati ibunya, dan di mana saja baginda dengan anak kecil maka dengan penuh kasih sayang dipegangnya."



Mengusap-usap dan membelai rambut kepalanya atau menciuminya, seperti kata Sayyidatina Aisyah r.anha, bahawa Nabi s.a.w. menciumi Al-Hassan dan Al-Husin, di hadapan Al'aqra bin Habis yang hairan lalu berkata :



"Ya Rasulullah , saya mempunyai sepuluh anak, tak seorangpun yang pernah ku cium seperti engkau ini," maka Rasulullah s.a.w. dengan tajam memandangnya, seraya bersabda "sesiapa yang tidak memiliki rasa rahmat dalam hatinya, tidak akan dirahmati oleh Allah s.w.t."



Sayyidatina Aisyah r.anha juga meriwayatkan : bahawa datang seorang Badwi kepada Rasulullah s.a.w. :Kalian suka benar menciumi anak, sedang kami tidak pernah melakukan yang demikian itu. Maka Rasulullah s.a.w. segera membalas "Apakah yang hendak kukatakan bila rahmat sudah hilang tercabut dari seseorang."



Baginda s.a.w. selalu menggembirakan hati anak-anak, dan bila datang seorang membawa bingkisan, berupa buah-buahan misalnya, maka yang pertama diberinya, ialah anak-anak kecil yang kebetulan ada di majlis itu, sebagai yang diriwayatkan oleh Al-Imam Ibnu Sunniy dan Al-Imam At-Thabrani rah.



Sedang terhadap yatim piatu, perhatian Nabi s.a.w. sangat besar sekali, prihatin, melindungi, dan menjamin keperluan hidup mereka, dan selalu dipesankan dan dianjurkan kepada umatnya dalam tiap keadaan. "Aku dan pemeliharaan anak yatim, akan berada di syurga kelak", sambil mengisyaratkan dan mensejajarkan kedua jari tengah dan telunjuknya, demikianlah sabda baginda s.a.w. (H.R. Bukhari)



Dalam hadis yang lain baginda s.a.w. bersabda "Sebaik-baik rumah tangga muslim ialah yang di dalamnya ada anak yatim yang dilayani dengan baik" (H.R. Ibnu Majah)



Dan apabila ada seseorang dari sahabatnya menderita kerana sesuatu musibah yang dialaminya, baginda s.a.w. juga ikut merasakannya, bahkan ada kalanya menangis kerana terharu.



Pada suatu hari, baginda s.a.w. bersama dengan Sayyidina Abdur Rahman bin Auf r.anhu menjenguk ke rumah Sayyidina Sa'ad bin Ubadah r.anhu yang sedang sakit, demi Nabi s.a.w. melihatnya, maka bercucuranlah air matanya, sehingga menangis pula semua yang ada di rumah itu.



Dan ketika Sayyidina Usman bin Madh'un meninggal, Nabi s.a.w. datang melewat, baginda s.a.w. lalu menciumnya sedang air matanya meleleh membasahi pipinya, sehingga Sayyidatina Aisyah r.anha berkata aku melihat air mata Rasulullah s.a.w. jatuh membasahi wajah Usman r.anhu yang telah wafat itu, di dalam riwayat yang lain, Nabi s.a.w. mencium antara kedua matanya, kemudian menangis kerana terharu.





PENGERTIAN ANAK YATIM DAN KEDUDUKANNYA DALAM ISLAM





Siapakah yang dimaksud dengan anak yatim? Apakah perbedaan antara anak yatim dan anak piatu? Lalu bagaimana dengan anak yatim-piatu?



Secara bahasa “yatim” berasal dari bahasa arab. Dari fi’il madli “yatama” mudlori’ “yaitamu” dab mashdar ” yatmu” yang berarti : sedih. Atau bermakana : sendiri.



Adapun menurut istilah syara’ yang dimaksud dengan anak yatim adalah anak yang ditinggal mati oleh ayahnya sebelum dia baligh. Batas seorang anak disebut yatim adalah ketika anak tersebut telah baligh dan dewasa, berdasarkan sebuah hadits yang menceritakan bahwa Ibnu Abbas r.a. pernah menerima surat dari Najdah bin Amir yang berisi beberapa pertanyaan, salah satunya tentang batasan seorang disebut yatim, Ibnu Abbas menjawab:





وكتبت تسألنى عن اليتيم متى ينقطع عنه اسم اليتم ، وإنه لا ينقطع عنه اسم اليتم حتى يبلغ ويؤنس منه رشد

( رواه مسلم )



Dan kamu bertanya kepada saya tentang anak yatim, kapan terputus predikat yatim itu, sesungguhnya predikat itu putus bila ia sudah baligh dan menjadi dewasa

Sedangkan kata piatu bukan berasal dari bahasa arab, kata ini dalam bahasa Indonesia dinisbatkan kepada anak yang ditinggal mati oleh Ibunya, dan anak yatim-piatu : anak yang ditinggal mati oleh kedua orang tuanya.



Didalam ajaran Islam, mereka semua mendapat perhatian khusus melebihi anak-anak yang wajar yang masih memiliki kedua orang tua. Islam memerintahkan kaum muslimin untuk senantiasa memperhatikan nasib mereka, berbuat baik kepada mereka, mengurus dan mengasuh mereka sampai dewasa. Islam juga memberi nilai yang sangat istimewa bagi orang-orang yang benar-benar menjalankan perintah ini.



Secara psykologis, orang dewasa sekalipun apabila ditinggal ayah atau ibu kandungnya pastilah merasa tergoncang jiwanya, dia akan sedih karena kehilangan salah se-orang yang sangat dekat dalam hidupnya. Orang yang selama ini menyayanginya, memperhatikannya, menghibur dan menasehatinya. Itu orang yang dewasa, coba kita bayangkan kalau itu menimpa anak-anak yang masih kecil, anak yang belum baligh, belum banyak mengerti tentang hidup dan kehidupan, bahkan belum mengerti baik dan buruk suatu perbuatan, tapi ditinggal pergi oleh Bapak atau Ibunya untuk selama-lamanya.



Betapa agungnya ajaran Islam, ajaran yang universal ini menempatkan anak yatim dalam posisi yang sangat tinggi, Islam mengajarkan untuk menyayangi mereka dan melarang melakukan tindakan-tindakan yang dapat menyinggung perasaan mereka. Banyak sekali ayat-ayat Al-qur’an dan hadits-hadits Nabi saw yang menerangkan tentang hal ini. Dalam surat Al-Ma’un misalnya, Allah swt berfirman:





(( أرأيت الذي يكذب بالدين ، فذلك الذي يدع اليتيم ، ولا يحض على طعام المسكين ))

.

“Tahukah kamu orang yang mendustakan Agama, itulah orang yang menghardik anak yatim, dan tidak menganjurkan memberi makan kepada orang miskin “

{QS. Al-ma’un : 1-3}



Orang yang menghardik anak yatim dan tidak menganjurkan memberi makan kepada fakir miskin, dicap sebagai pendusta Agama yang ancamannya berupa api neraka

Dalam ayat lain, Allah juga berfirman :



(( فأما اليتيم فلا تقهر ، وأما السا ئـل فلا تنهر ))



“Maka terhadap anak yatim maka janganlah engkau berlaku sewenang-wenang. Dan terhadap pengemis janganlah menghardik”.{QS. Ad-Dhuha : 9 – 10 )

Sedangkan hadits-hadits Nabi saw yang menerangkan tentang keutamaan mengurus anak yatim diantaranya sabda beliau :





أنا وكافل اليتيم فى الجنة هكذا وأشار بالسبابة والوسطى وفرج بينهما شيئا

(رواه البخاري ، كتاب الطلاق ، باب اللعان )



Aku dan pengasuh anak yatim berada di Surga seperti ini, Beliau memberi isyarat dengan jari telunjuk dan jari tengah-nya dan beliau sedikit merengganggangkan kedua jarinya

Dan dari Ibnu Abbas r.a. bahwa Nabi saw bersabda :



عن ابن عباس أن النبي صلى الله عليه وسلم قال ” من قبض يتيما من بين المسلمين إلى طعامه وشرابه أدخله الله الجنة إلا أن يعمل ذنبا لا يغفر له ( سنن الترمذي )



Dari Ibnu Abbas r.a. bahwa Nabi saw bersabda : barang siapa yang memberi makan dan minum seorang anak yatim diantara kaum muslimin, maka Allah akan memasukkannya kedalam surga, kecuali dia melakukan satu dosa yang tidak diampuni.



Imam Ahmad dalam musnadnya meriwayatkan dari Abu Hurairoh r.a. hadits yang berbunyi :



عن أبي هريرة أن رجلا شكا إلى النبي صلى الله عليه وسلم قسوة قلبه فقال إمسح رأس اليتيم وأطعم المسكين (رواه أحمد )



Dari Abu Hurairoh, bahwa seorang laki-laki mengadu kepada Nabi saw akan hatinya yang keras, lalu Nabi berkata: usaplah kepala anak yatim dan berilah makan orang miskin





Dan hadits dari Abu Umamah yang berbunyi :



عن أبى أمامة عن النبي صلى الله عليه وسلم قال من مسح رأس يتيم أو يتيمة لم يمسحه إلا لله كان له بكل شعرة مرت عليها يده حسنات ومن أحسن إلى يتيمة أو يتيم عنده كنت أنا وهو فى الجنة كهاتين وقرن بين أصبعيه (رواه أحمد )



Dari Abu Umamah dari Nabi saw berkata: barangsiapa yang mengusap kepala anak yatim laki-laki atau perempuan karena Allah, adalah baginya setiap rambut yang diusap dengan tangannya itu terdapat banyak kebaikan, dan barang siapa berbuat baik kepada anak yatim perempuan atau laki-laki yang dia asuh, adalah aku bersama dia disurga seperti ini, beliau mensejajarkan dua jari-nya.



Demikianlah, ajaran Islam memberikan kedudukan yang tinggi kepada anak yatim dengan memerintahkan kaum muslimin untuk berbuat baik dan memuliakan mereka. . Kemudian memberi balasan pahala yang besar bagi yang benar-benar menjalankannya, disamping mengancam orang-orang yang apatis akan nasib meraka apalagi semena-mena terhadap harta mereka. Ajaran yang mempunyai nilai sosial tinggi ini, hanya ada didalam Islam. Bukan hanya slogan dan isapan jempol belaka, tapi dipraktekkan oleh para Sahabat Nabi dan kaum muslimin sampai saat ini. Bahkan pada jaman Nabi saw dan para Sahabatnya, anak-anak yatim diperlakukan sangat istimewa, kepentingan mereka diutamakan dari pada kepentingan pribadi atau keluarga sendiri.



Gambaran tentang hal ini, diantaranya dapat kita lihat dari hadits berikut ini :



عن ابن عباس قال لما أنزل الله عز وجل ( ولا تقربوا مال اليتيم إلا بالتى هي أحسن ) و (إن الذين يأكلون أموال اليتامى ظلما) الأية انطلق من كان عنده يتيم فعزل طعامه من طعامه وشرابه من شرابه فجعل يفضل من طعامه فيحبس له حتى يأكله أو يفسد فاشتد ذلك عليهم فذكروا ذلك لرسول الله صلى الله عليه وسلم فأنزل الله عز وجل (ويسألونك عن اليتامى قل إصلا ح لهم خير وإن تخالطوهم فإخوانكم) فخلطوا طعامهم بطعامه وشرابهم بشرابه



Dari Ibnu Abbas, ia berkata : ketika Allah Azza wa jalla menurunkan ayat “janganlah kamu mendekati harta anak yatim kecuali dengan cara yang hak” dan “sesungguhnya orang-orang yang memakan harta anak yatim dengan dzolim” ayat ini berangkat dari keadaan orang-orang yang mengasuh anak yatim, dimana mereka memisahkan makanan mereka dan makanan anak itu, minuman mereka dan minuman anak itu, mereka mengutamakan makanan anak itu dari pada diri mereka, makanan anak itu diasingkan disuatu tempat sampai dimakannya atau menjadi basi, hal itu sangat berat bagi mereka kemudian mereka mengadu kepada Rasulullah saw.



Lalu Allah menurunkan ayat “dan mereka bertanya kepadamu (Muhammad) tentang anak yatim. katakanlah berbuat baik kepada mereka adalah lebih baik, dan jika kalian bercampur dengan mereka, maka mereka adalah saudara-saudaramu” kemudian orang-orang itu menyatukan makanan mereka dengan anak yatim.



Anak Yatim Penyejuk Hati



Inginkah hatmu menjadi lembut dan damai? Rasulullah SAW memberi resep untuk itu. Kata Bersabda,



''Bila engkau ingin agar hati menjadi lembut dan damai dan Anda mencapai keinginanmu, sayangilah anak yatim, usaplah kepalanya, dan berilah dia makanan seperti yang engkau makan. Bila itu engkau lakukan, hatimu akan tenang serta lembut dan keinginanmu akan tercapai. (HR Thabrani).



Hadis tersebut memberikan petunjuk kepada umat Islam bahwa salah satu sarana untuk menenangkan batin dan mendamaikan hati ini adalah mendekati anak yatim, terlebih yatim piatu. Mengusap kepala mereka dan memberinya makan minum merupakan simbol kepedulian dan perhatian serta tanggung jawab terhadap anak yatim/piatu.



Berbuat baik terhadap anak yatim/piatu bukanlah sekadar turut membantu menyelesaikan lapar dan dahaga sosialnya. Tetapi, di sisi lain perbuatan itu merasuk ke dalam batin, menenteramkan hati, dan mendamaikan perasaan orang yang memberi perhatian kepada mereka. Berbagai ayat Alquran dan hadis Nabi banyak membicarakan betapa mulianya kedudukan anak yatim/piatu di mata Allah SWT.



Di dalam surat Ad-Dhuha ayat 9, Allah SWT melarang untuk melakukan kekerasan kepada anak yatim/piatu. Firman Allah SWT: ''Adapun terhadap anak yatim maka janganlah kamu berlaku sewenang-wenang.'' Anak yatim yang ditinggal wafat oleh ayahnya dan yatim piatu yang ditinggalkan ayah-ibunya, mendambakan belaian dan kasih sayang dari orang lain. Baik keluarga terdekat maupun dari yang lainnya. Ia mengharapkan tumpuan kasih sayang dan sebaliknya juga sekaligus menjaga sumber kasih dan ketenangan itu. Orang yang menenangkan hati dan perasaan anak yatim, ia pun akan memperoleh balasan seperti itu pula, yakni ketenangan batin.



Rasulullah SAW terkenal dengan kelemahlembutannya yang demikian tinggi terhadap anak yatim/piatu. Diriwayatkan dalam sebuah hadis bahwa pada suatu hari raya Idul Fitri, Rasulullah SAW melihat seorang anak yatim, lalu beliau mengelus dan merangkulnya, berbuat baik padanya, membawa anak itu ke rumah beliau, lalu berkata kepada anak yatim itu, ''Wahai anak, maukah engkau bila aku menjadi ayahmu dan Aisyah menjadi ibumu?''



Jadi, anak yatim/piatu adalah sumber ketenangan batin, mendekati dan berbuat baik kepadanya akan menenangkan kalbu. Sebaliknya, jikalau anak yatim disakiti dan dizalimi, maka Allah SWT akan menurunkan kesengsaraan hidup kepada mereka yang berbuat sewenang-wenang itu.



Nb.

Penulis menulis ini dengan perasaan haru biru..dan tetesan airmata..melihat betapa byk anak anak kecil..yatim piatu..seperti tidak di peduilikan..dijalan..ada yg mencari sesuap nasi di tong sampah..ada yg..meminta minta disudut mall,pasar..di usir..di caci..dan ada yg dipekerjakan..untuk..kepentingan pribadi..dan kepuasan sex..ada yg menjadi pembantu..majikan kejam..ada pula yg masih kecil umur 5 tahunan..terpaksa mencari napkah demi ibunya yg sakit..tak lagi bisa kerja..sementara ayahnya ntah dimana..kemana hati nurani kita? kemana nilai nilai kemanusiaan kita..kemana keimanan kita ? pantaskah org yg mengaku beriman menyia nyiakan insan manusia yg butuh pertolongan? ataukah kita hanya mau menolong..tetangga yg kaya..tetangga yg kenduri ?atau sahabat karana dipandang sahabat? sungguh! tiada akan pernah sempurna iman seseoarang yg melalaikan anak yatim piatu..Sahabat.kakak.adik.ayah dan ibu serta kaum muslimin semuanya.. kasihanilah, cintailah akan anak kecil, yatim piatu, dan penderita sebagaimana yang ditunjukkan junjungan kekasih kita, ikutan kita Sayyidina Nabi Muhammad s.a.w. . Sungguh pada diri Nabi s.a.w. itu, adalah akhlak yang termulia.



Selawat dan Salam moga dilimpahkan Allah s.w.t. atas junjungan serta Sayyid kita Nabi Muhammad s.a.w. (Ya Allah Tempatkan Junjungan kami di tempat yang Kau janjikan ...Amin) Beserta Ahlulbayt dan para sahabat r.anhum yang mulia lagi menyayangi akan Umat Nabi s.a.w. ini.



Dan Segala Puji hanya bagi Allah s.w.t., Tuhan Empunya sekalian Alam, Tiada berlaku sesuatu melainkan dengan Kehendak-Nya, lagi Maha Mengatur , Maha Kuasa , Tiada Daya Upaya melainkan Allah Azza Wajalla, Dan Allah s.w.t. Maha Pemurah lagi Maha Mengasihani.



Allah s.w.t. jua Yang Maha Mengetahui...



Jazakallah Khairan Kathira.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

GHOSHOB

  Jika di pesantren, istilah ini sudah sangat familiar. Hanya saja pengertian dan prakteknya sesungguhnya ada perbedaan dari makna ghoshob s...