Kamis, 29 April 2010

ISA AL-MASIH 6/7 : Yesus Wafat di Kashmir


ISA AL-MASIH
Part 6/7
Yesus Wafat di Kashmir

Oleh : Armansyah

--------------
Lanjutan ...
--------------

Assalamu'alaykum Wr. Wb.

Sumber utama penulisan : Yesus Wafat di Kashmir
Karya : Andreas Faber Kaiser 1976
Penerbit : Darul Kutubil Islamiyah, Gerakan Ahmadiyah Indonesia
Cetakan Pertama tahun 2002
Ditulis ulang dengan beberapa penambahan dan revisi teks disana-sini oleh Armansyah

Sebagaimana telah diketahui, Pontius Pilatus, Gubernur Yudea, pada waktu penyaliban, berbantah mengenai hukuman mati terhadap Yesus.

Ayat-ayat berikut ini dari Yohanes dan Matius yang diikhtisarkan di dalam Bible mengenai upaya Pilatus mengatakan:

"Sejak itu Pilatus berusaha untuk membebaskan dia, tetapi orang-orang Yahudi berteriak: Jikalau engkau membebaskan dia, engkau bukanlah sahabat Kaisar. Setiap orang yang menganggap dirinya sebagai raja, ia melawan Kaisar". (Yahya/Yohanes 10:12).

"Ketika Pilatus sedang duduk di kursi pengadilan, isterinya mengirim pesan kepadanya dan berkata: Jangan engkau mencampuri perkara orang yang benar itu, sebab karena dia aku sangat menderita dalam mimpiku tadi malam". (Matius 27:19).

"Ketika pilatus melihat bahwa segala usahanya akan sia-sia, maka timbullah huru-hara, kemudian ia mengambil air dan membasuh tangannya di hadapan orang banyak dan berkata: Aku suci dari darah orang yang benar ini; hal itu urusan kamu sendiri" (Matius 27:24).

Terbukti Pilatus tidak menginginkan kematian Yesus, tetapi orang-orang Yahudi menyatakan, bahwa Yesus seorang pemberontak yang ingin menjadi raja, kemudian mereka memperingatkan Pilatus bahwa, apabila dia membebaskan Yesus, maka dia sendiri yang akan dinyatakan khianat terhadap Kaisar. Pilatus tidak berani membahayakan pangkatnya yang tinggi itu, dan memang tidak pantas baginya menjadi musuh Kaisar dengan cara apa pun, yang orang-orang Yahudi pasti segera menyatakan itu apabila ia membebaskan Yesus. Kemudian apa yang dia harus perbuat?

Berbeda sekali dengan apa yang dikehendaki orang-orang Yahudi, dia hanya memilih satu-satunya jalan untuk melaksanakan hukuman mati tersebut dengan demikian rupa, yakni, Yesus sedapat mungkin harus hidup terus tanpa diketahui oleh para musuhnya. Sehubungan dengan ini, suatu hal yang sangat menarik hati bahwa dia mempersiapkan pelaksanaan penyaliban tersebut yang benar-benar dekat kepada saat mulainya "Hari Sabath"-nya kaum Yahudi, yaitu – Hari Jum'at sebelum matahari terbenam--, dimana menurut undang-undang Yahudi, para penjahat tidak boleh dibiarkan tergantung di kayu salib apabila Hari Sabath mulai tiba.

Mengingat hal itu, maka kedua penjahat yang disalib bersama Yesus, mereka masih hidup ketika para prajurit mematahkan kaki-kaki mereka kemudian menurunkannya dari kayu salib., maka tidak mungkin pula pada saat itu Yesus sudah wafat. Juga perlu dicatat, bahwa Yusuf Arimathea, seorang saudagar kaya dan murid Yesus yang tidak kentara, tiba-tiba muncul di tempat penyaliban tersebut, dan, dengan izin Pilatus, ia mengambil Yesus untuk dibawa ke tempat pemakaman pribadinya.

Demikian perincian-perincian yang cocok dengan kemungkinan bahwa Yesus masih tetap hidup setelah mengalami ujian berat di atas tiang salib.

Sekarang marilah kita periksa lagi bukti-bukti yang lebih mendetail.

Di dalam Kitab Ibrani 5:7, Yesus menunjukkan: "Dalam Hidupnya sebagai manusia, …. Ia memanjatkan do'a dan permohonan dengan ratap tangis dan keluhan kepada Dia, Yang sanggup menyelamatkannya dari maut, dan karena kesalehannya, ia telah didengarkan". Ini dapat menuntaskan perkataan, bahwa Yesus tidak wafat dikayu salib; tetapi untuk memperkuat bukti, kita harus melihat sumber lainnya.

Pertamakali harus kita renungkan: Yesus tidak lama tergantung di kayu salib, beliau dipaku dan diturunkan pada hari itu juga setelah dilaksanakannya hukuman tersebut, sebagaimana diterangkan di atas, bahwa si tersalib harus segera diturunkan sebelum Hari Sabath tiba.

Sekarang, penyaliban sudah dipastikan bukanlah suatu penyebab kematian yang cepat, tetapi hal itu adalah suatu penyiksaan yang berkepanjangan sampai berhari-hari. Kematian semacam itu bisa terjadi akibat kelaparan, haus, cuaca buruk atau diserang burung-burung pemakan bangkai atau juga diterkam oleh binatang-binatang buas lainnya.

Kadang-kadang kematian semacam itu dapat dipercepat dengan mematahkan kaki-kaki si terhukum; dan di waktu-waktu yang lain, pelaksanaan hukuman itu hanya menggantungkan siterhukum di atas kayu salib lalu dianggap selesai dan kemudian si korban itu segera diturunkan kembali dan begitulah dia diperbolehkan hidup lagi.

Apabila luka-luka akibat penyaliban itu dirawat dengan seksama, maka luka-luka tersebut bisa sembuh seperti sedia kala.

Harus diingat! Yesus disalib bersama dua orang penjahat, hal ini dapat kita baca di dalam Injil Lukas 23:30-40, dimana mereka sama-sama menderita seperti Yesus:

"Salah seorang penjahat yang disalib itu menghujat dia, katanya: Jika engkau Kristus, selamatkanlah dirimu dan kami.
"Tetapi yang seorang lagi menegur dia, katanya: Tidak takutkah engkau kepada Tuhan, sedangkan engkau mendapat hukuman yang sama?

Seperti telah dijelaskan, Yesus dan para pencuri itu telah diturunkan dari kayu salib pada waktu yang sama dan pada saat itu pula para pencuri itu masih hidup. Jadi, mereka pun sama-sama mengalami penderitaan seperti halnya yang dialami Yesus; namun ada yang tidak sama karena Yesus nampak sudah wafat, terutama tidak lama setelah beliau "berteriak dengan keras sekali, katanya: "Eli! Eli! Lama sabakhtani! Artinya: "Tuhan! Tuhan! Mengapa Kau tinggalkan daku!"

Hal lain yang harus diingat bahwa, Bible memberitahukan kepada kita, ketika Yusuf Arimathea, mengajukan permohonan kepada Pilatus untuk meminta jasad Yesus, Pilatus, orang yang sangat berpengalaman, tahu bahwa kematian akibat penyaliban pasti memakan waktu yang cukup lama. "ia merasa heran kalau Yesus ketika itu sudah wafat" (Markus 15:44).

Lagi pula, sewaktu seorang prajurit Romawi menombak lambung Yesus dengan lembing, untuk mengetahui apakah beliau sudah wafat atau belum, "tiba-tiba mengalirlah darah dan air dari luka itu" (Yohanes 19:34).

Jika Yesus sudah wafat, maka hanya darah kentallah yang pasti keluar dari luka itu.

Hal ini erat sekali hubungannya dengan suatu hal yang sangat menarik, yaitu penemuan-penemuan mutakhir tentang Kain Kafan yang ada di Turin yang terkenal itu, dimana tubuh Yesus dibungkus atau dikafani dengan kain itu ketika beliau dibawa ke pemakaman yang berbentuk goa.

Sejak tahun 1969, Professor Max Frie, seorang ahli kriminologi yang termasyhur dan menjabat Direktur Laboratorium Kepolisian Zurich, telah memeriksa "Kain Kafan" dari Turin untuk meneliti serbuk-serbuk yang melekat padanya, dan, setelah bertahun-tahun mengadakan penganalisaan secara seksama dan teliti dengan menggunakan peralatan modern mutakhir, akhirnya dapat menemukan gambaran yang mendetail mengenai sejarah dan asal-usul Kain Kafan tersebut. Khususnya dia telah menemukan benih-benih yang sangat kecil yang terdiri dari biji-bijian yang sudah memfosil.

Setelah mengadakan pengujian secara teliti, ternyata biji-bijian tersebut berasal dari tumbuh-tumbuhan yang hanya terdapat di Palestina saja sekitar 20 abad yang lampau.

Dari hasil penemuan ini dia kini tidak ragu-ragu lagi akan keaslian Kain Kafan tersebut yang juga kain itu membawa bekas biji-bijian dari tumbuhan-tumbuhan di daerah sekitar Constantinople dan Laut Tengah. Biji-bijian yang terdiri dari limabelas macam tumbuh-tumbuhan yang berlainan telah ditemukan juga di Kain Kafan itu, yakni, enam berasal dari daerah Palestina, satu dari daerah Constantinople, sedangkan yang delapan macam lagi berasal dari daerah sekitar Laut Tengah.

Kesimpulan dari hasil penelitian tersebut yang dimulai tahun 1969 dan atas perintah Gereja, dicatat oleh suatu press telah disebarkan permulaan tahun 1976 mengatakan:

"Setelah diadakan penelitian selama tujuh tahun mengenai Kain Kafan yang membungkus tubuh (Kristus), banyak para sarjana mendapat kesimpulan bahwa Yesus telah dibawa ke makam dalam keadaan masih hidup. Para ahli menguatkan pernyataan itu, bahwa Kain Kafan Suci yang disimpan di Turin tersebut diselimutkan ke tubuh orang yang disalib, yakni, yang menderita itu sungguh sama seperti apa yang diderita oleh Yesus, tetapi dinyatakan bahwa, orang yang disalib itu tidak mati di kayu salib, melainkan dikemakamkan sewaktu ia masih hidup. Duapuluh delapan noda darah di kain itu membuktikan hal ini. Para peneliti tersebut meyakinkan kita bahwa mayat yang dibungkus kain kafan pasti tak akan mengalirkan darah semacam itu.

Yesus dikemakamkan dalam keadaan masih hidup, jika tidak, maka pasti ada Yesus yang kedua dan ia telah sama-sama menderita menghadapi sakaratulmaut".

Mengenai catatan-catatan Kain Kafan Turin tersebut kembali ke abad sembilan, ketika itu berada di Yerusalem. Pada abad keduabelas ada di Constatinople, dan pada tahun 1474, setelah dalam waktu yang singkat ada di Belgia, kain itu menjadi milik Rumah Keselamatan. Kain itu pernah rusak terbakar pada tahun 1532 dan tiga tahun kemudian dipindahkan ke Turin. Dari tahun 1536 sampai 1578 dipindahkan ke Vercelli, lalu ke Milan, lalu ke Nice dan kembali lagi ke Vercelli, kemudian ke Chambrey, kemudian dikembalikan lagi ke Turin pada tahun 1706 (yang selama tahun itu kain tersebut pernah dipindahkan ke Jenewa dalam waktu yang tidak lama).

Pada tahun 1946, Hubert II dari Bala Keselamatan mempercayakan Kain Kafan itu kepada Uskup di Turin untuk dirawat, tetapi tanpa diserahkan dengan baik kepada si pemilik Kain itu.

Foto-foto pertama dari Kain Kafan itu diperoleh pada tahun 1898. Foto-foto resminya telah diambil oleh G. Enrie pada tahun 1931 ketika penelaahan kain itu dimulai.

Ukuran Kain Kafan tersebut adalah: Lebar 3 kaki 7 inchi (110 cm) dan panjang 14 kaki 3 inchi (436 cm). Menurut pendapat Mr. Ricci, seorang ahli tehnik diVatikan, tapak tubuh yang membekas di Kain Kafan tersebut menunjukkan tubuh yang berukuran tinggi 5 kaki 4 inchi (162 cm). Namun Proffesor Lorenzo Ferri, seorang ahli pemahat patung dari Roma, telah mengukur panjang tubuh yang diselimuti kain itu yaitu hampir 6 kaki 2 inchi (187 cm).

Pada tahun 1957, buku Kurt Berna yang berjudul "Jesus nicht am Kreuz gestorben" (Yesus tidak wafat di kayu salib) muncul. Berna adalah seorang Katolik dan Sekretaris Institut Jerman di Stuttgart, yang sejak beredarnya foto-foto G. Enrie, telah mempelajari Kain Kafan tersebut secara intensif.

Hasil-hasil penelaahan itu telah disebar-luaskan oleh Berna sendiri dalam bentuk dua buku, yakni: "Das Linen" (Kain Kafan) dan "Jesus nicht am kreuz gestorben". Buku-buku tersebut, khususnya yang kedua, pada waktu penyebarannya telah menggemparkan dan menjadi ajang pertentangan yang sungguh hebat.

Pada tanggal 26 Februari 1959, Berna menulis sepucuk surat kepada Paus John XXIII memohon kepadanya untuk membentuk suatu panitia para dokter untuk menyelidiki Kain Kafan tersebut, dan tujuannya adalah untuk mengakhiri pertentangan mengenai persoalan tersebut.

Permohonan pertama ditolak, langsung melalui utusan Paus di Jerman; tetapi pada tahun 1969, Vatikan membentuk panitia yang hasilnya telah kita lihat di muka tadi, yang pada kesimpulannya adalah sama seperti apa yang dikehendaki oleh Berna.

Sebelum mendiskusikan kehidupan Yesus setelah lukanya sembuh akibat penyaliban, saya akan menggaris-bawahi satu pandangan dari kesimpulan yang dicapai oleh Berna di dalam bukunya tersebut.

Berna mengatakan, analisa kain kafan tersebut meunjukkan bahwa, kepala dan tangan Yesus diletakkan lebih tinggi dari pada letak badannya. Andaikata Yesus telah wafat ketika dibungkus kain kafan tersebut, maka ini berarti tidak mungkin ada darah segar yang mengalir pada bagian-bagian tersebut yang meninggalkan bekas pada kain kafan itu.

Oleh karenanya, Berna mempertahankan pendiriannya, bahwa kain itu meninggalkan bekas-bekas darah yang mengalir dari luka-luka yang disebabkan mahkota duri yang dipasang oleh orang-orang Romawi di seputar kepala Yesus, yang mencemoohkan sebagai "Raja Yahudi", kemudian suatu ketika tubuh itu diturunkan dari kayu salib dan "mahkota" itu pun dicopot, maka luka-luka yang disebabkan oleh duri-duri tersebut mulai berdarah.

Apabila Yesus telah wafat saat itu, maka semua darah pasti membeku di bagian bawah badannya. Sudah merupakan hukum alam, asalkan jantung terus-menerus memompa, maka darah pun akan terus beredar bahkan sekalipun dalam keadaan hampa udara. Apabila saat itu jantung berhenti berdenyut, maka darah pun akan berhenti beredar dan akan mulai kembali keurat-urat, pembuluh-pembuluh darah di permukaan kulit akan segera mengering, dan rupa pucat kematian pun akan nampak di tubuh. Jadi, darah segar pasti tak akan mengalir dari luka-luka di kepala Yesus jika jantungnya berhenti berdenyut, ini adalah bukti medis, bahwa Yesus tidak wafat ketika beliau dibungkus kain kafan itu.

Mungkin beliau tidak bernafas dan nampaknya seperti mati; tetapi bilamana jantung tetap berdenyut, dalam keadaan demikian ini, seseorang bisa hidup kembali dengan
perawatan medis yang intensif.

Garis tipis pada kain kafan tersebut menunjukkan darah yang berasal dari luka tangan yang dipaku mengalir sepanjang lengan kanan ketika paku itu dicabut.

Terlihat, bahwa darah itu segar dan membasahi kain kafan itu, ini menambah lengkapnya bukti, bahwa jantung Yesus masih tetap aktif ketika beliau diturunkan dari kayu salib. Kain Kafan itu juga menambah lengkapnya bukti dimana tombak yang digunakan prajurit Romawi untuk menguji apakah Yesus sudah wafat atau belum, ia menancap dan jatuh dari tubuh beliau. Bekas-bekas darah menunjukkan, bahwa tombak menembus dada sebelah kanan, di antara tulang rusuk yang kelima dan keenam dan menerobos ke sebelah atas lengan kiri dan membuat sudut 20 derajat.

Oleh sebab itu, tombak tersebut lewat dekat jantung tetapi tidak melukainya, "darah dan air" yang dinyatakan dalam Injil Yahya (19:34) memberikan bukti kepada kita,
bahwa darah itu mengalir dari luka dan bukan dari jantung. Ini menunjukkan bahwa jantung masih tetap berdenyut sekalipun lemah, dan karenanya Yesus masih tetap
hidup.

Dan perkataan mereka: "Bahwa kami telah membunuh Isa al-Masih putera Maryam, utusan Allah", padahal tidaklah mereka membunuhnya dan tidak juga menyalibnya, tetapi disamarkan untuk mereka. Orang-orang yang berselisihan tentangnya selalu dalam keraguan mengenainya. Tiada pengetahuan mereka kecuali mengikuti dugaan, dan tidaklah mereka yakin telah membunuhnya. -Qs. an-Nisa' 4:157

Namun Paulus mencatat dan menjadikan doktrin, bahwa Yesus mati disalib dan kemudian bangkit kembali, dan doktrin inilah yang diperkuat oleh Gereja Kristen. Oleh sebab inilah, hasil-hasil penelitian Kain Kafan Turin membuat Gereja dalam keadaan serba sulit, dan akibatnya pada tanggal 30 Juni 1960, Paus John XXII mengeluarkan maklumat yang dicetak koran Vatikan: "L'Osservatore Romano" pada tanggal 2 Juli, dengan judul: "Keselamatan Sempurna Tubuh Yesus Kristus".

Dalam hal ini Paus menyatakan kepada para Uskup Katolik yang mengakui dan menyebarkan berita-berita ini, bahwa keselamatan sempurna umat manusia adalah akibat langsung dari darah Yesus Kristus, dan kematiannya akhirnya tidaklah dianggap penting.

Setelah Yesus diturunkan dari kayu salib, sederetan peristiwa menjadi petunjuk, bahwa beliau menerima perawatan dan meninggalkan makam dalam keadaan hidup. Kita telah mencatat mengenai kesimpatian Pilatus terhadap Yesus, dan Yesus diberikan bukan kepada musuhnya tetapi kepada sahabatnya.

Menurut Yohanes 19:38 mengatakan:

"Kemudian dari pada itu Yusuf, orang Arimatea (seorang murid Yesus juga, tetapi bersembunyi, oleh sebab takutnya akan orang Yahudi), minta izin kepada Pilatus akan menurunkan badan Yesus; maka Pilatus pun mengizinkan. Lalu pergilah ia dan membawa tubuh Yesus.

"Juga Nikodemus datang ke situ. Dialah yang mula-mula datang waktu malam kepada Yesus. Ia membawa campuran minyak mur dengan minyak gaharu, kira-kira limapuluh kati beratnya".

Bertentangan dengan adat-istiadat bangsa Yahudi, Yesus tidak dibaringkan dan dikubur di tanah, tetapi dibaringkan di sebuah makam yang luas yang pintu masuknya ditutup sebuah batu besar, dan di dalam ruangannya, udara cukup yang memungkinkan bisa bernafas leluasa. Agar bisa meninggalkan makam itu, Yesus menggeser pintu-batu yang menutup makam itu ke samping. Ini menunjukkan bahwa beliau meninggalkan tempat itu dengan badan wadagnya dan bukan ruhnya saja, karena ruh itu tidak perlu menggeser atau memindahkan benda wadag.

Begitu pula, fakta yang telah kita bicarakan, bahwa beliau berjalan terus ke Galilea mendahului para muridnya berupa perjalanan seorang manusia. Di bawah ini adalah pernyataan yang dikemukakan oleh Injil Markus 15:46-47, 16:1-7:

"Maka Yusuf Arimatea pun membeli kain lenan, kemudian ia menurunkan jasad Yesus dari salib dan mengapaninya dengan kain lenan itu. Lalu ia membaringkan dia di dalam kubur yang digali di dalam bukit batu.

Kemudian digulingkannya sebuah batu ke pintu kubur itu.

"Maria Magdalena dan Maria ibu Yesus melihat di mana Yesus dibaringkan.

"Setelah lewat hari Sabath, Maria Magdalena dan Maria ibu Yesus serta Salome membeli rempah-rempah untuk pergi ke kubur dan meminyaki Yesus.

"Dan pagi-pagi benar pada hari pertama minggu itu, setelah matahari terbit, pergilah mereka ke kubur.

"Mereka berkata seorang kepada yang lain: Siapa yang akan menggulingkan batu itu bagi kita dari pintu kubur?

"Tetapi ketika mereka melihat dari dekat, tampaklah, batu yang memang sangat besar itu sudah terguling. Lalu mereka masuk ke dalam kubur dan mereka melihat seorang muda yang memakai jubah putih duduk disebelah kanan. Mereka pun sangat terkejut, tetapi orang muda itu berkata kepada mereka:

"Jangan takut! Kamu mencari Yesus orang Nazaret, yang disalibkan itu. Ia telah bangkit. Ia tidak ada di sini. Lihat! Inilah tempat mereka membaringkan dia. Tetapi sekarang pergilah, katakanlah kepada murid-muridnya dan kepada Petrus: Ia mendahului kamu ke Galilea; di sana kamu akan melihat dia, seperti yang sudah dikatakannya kepada kamu".

Keterangan yang menyatakan bahwa tiga perempuan masuk ke dalam makam, ini menunjukkan, betapa luas makam itu.

Mari kita kembali dan mengikuti jejak Yesus setelah keberangkatannya dari makam itu.

Pertama, beliau berjumpa dengan Maria Magdalena dan para sahabatnya, yang dengan cara mereka sendiri memberitahukan kepada para murid Yesus bahwa mereka telah menjumpai makam yang kosong dan mereka telah diberi tahu oleh seorang malaikat, bahwa Yesus telah bangkit (bangun) dan sedang dalam perjalananya menuju ke Galilea.

"Dan mereka segera pergi dari makam itu dengan takut dan sukacita yang sangat, dan berlari-lari cepat-cepat untuk memberitahukannya kepada murid-murid Yesus. Tiba-tiba Yesus berjumpa dengan mereka dan berkata: "Salam bagimu". Mereka mendekatinya dan memeluk kakinya serta menyembahnya.

"Maka kata Yesus kepada mereka: Jangan takut. Pergi dan katakanlah kepada saudara-saudaraku, supaya mereka pergi ke Galilea, dan di sanalah mereka akan melihat aku" (Matius 28:8-10).

Perlu dicatat, perempuan-perempuan itu nampak takut, dan Yesus berusaha menenangkannya. Rupanya mereka takut kalau-kalau Yesus pasti akan ditemukan lagi.

Kemudian Yesus pergi ke luar sejauh enampuluh mil perjalanan ke Galilea.Setelah itu, dalam beberapa kesempatan, beliau muncul kepada para muridnya; tetapi beliau selalu ada di tempat di mana mereka tidak berada, hal ini agar beliau tidak dijumpai. Semua ini menggambarkan bahwa Yesus tetap dalam bentuk manusia biasa seutuhnya, dan beliau masih tetap dalam kesukaran untuk menghindar agar jangan sampai ditemui dan ditangkap kembali.

Apa bukti lain bahwa Yesus di sana itu bukan dalam bentuk ruhnya saja?

Pernyataan yang jelas dibuktikan oleh Lukas 24:36-39:

"Dan sementara mereka bercakap-cakap tentang hal-hal itu, Yesus tiba-tiba berdiri di tengah-tengah mereka dan berkata kepada mereka: "Damai sejahtera bagi kamu". Mereka terkejut dan takut dan menyangka bahwa mereka melihat hantu.

Akan tetapi ia berkata kepada mereka: Mengapakah kamu terkejut dan apa sebabnya timbul keragu-raguan di dalam hati kamu?
Lihatlah tanganku dan kakiku: Aku sendirilah ini; rabalah aku dan lihatlah, karena hantu tidak ada daging dan tulangnya, seperti yang kamu lihat ada padaku".

"Dan ketika mereka belum percaya karena girangnya dan masih heran, berkatalah ia kepada mereka: Adakah padamu makanan di sini? Lalu mereka memberikan kepadanya sepotong ikan goreng. Lalu ia mengambilnya dan memakannya di depan mereka" (Lukas 24:41-43).

Pada Injil Yahya kita baca bahwa Yesus menunjukkan luka-lukanya dan beliau mengizinkan Thomas untuk menyentuhnya:

"Kemudian ia berkata kepada Thomas: Taruhlah jarimu di sini dan lihatlah tanganku, ulurkanlah tanganmu dan cobloskanlah ke dalam lambungku dan
jangan engkau tidak percaya lagi, melainkan percayalah. Dan Thomas menjawabnya: Ya Tuhanku, Ya Allah" (Yahya 20:27-28).

Jelaslah, jika teori kita benar, maka cepat atau lambat Yesus meninggalkan Palestina, karena di sana beliau dalam keadaan bahaya. Memang, rupa-rupanya bahkan beliau sampai berlindung kepada penyamaran, karena menurut Markus 16:12:

"Sesudah itu ia menampakkan diri dalam rupa yang lain kepada dua orang dari mereka, ketika keduanya dalam perjalanan ke luar kota". Rupa-rupanya hal yang sangat masuk akal untuk mempertimbangkan Yesus selama masa itu sebagai manusia lahiriah dan manusia jasmaniah yang sebenarnya. Sekarang, baginya mengungsi itu hanya satu-satunya pilihan.

Walaupun begitu, sebagaimana akan kita lihat pada bagian berikutnya, beliau masih memiliki sebagian missinya untuk dipenuhi, yakni, mencari dan menyelamatkan suku-suku Israel yang hilang. Andaikata beliau wafat di kayu salib, maka missi beliau pasti belum disempurnakan; dan demikianlah, setelah meninggalkan para muridnya terakhir kali, beliau pergi menuju ke arah Timur.

Menurut berbagai Injil, missi utama Yesus adalah untuk memenuhi undang-undang dan meyelamatkan keturunan Suku Yahudi yang hilang. Missi beliau kepada suku-suku tersebut adalah hal yang sangat menarik hati kita sekalian di bagian ini.

Pada Injil Lukas 19:10 kita diberitahu, bahwa "Anak manusia datang untuk mencari dan menyelamatkan yang hilang", dan pada Lukas 22:29-30, Yesus berkata kepada para muridnya: "Dan aku menentukan hak-hak Kerajaan bagi kamu, sama seperti Bapakku menentukan bagiku, bahwa kamu akan makan dan minum semeja dengan aku di dalam kerajaanku dan kamu akan duduk di atas takhta untuk menghakimi keduabelas suku Israel".

Pada Matius 10:5-6 beliau terutama menekankan: "Janganlah kamu menyimpang ke jalan bangsa lain atau masuk ke dalam kota orang Samaria: Melainkan pergilah ke domba-domba yang hilang dari umat Israel". Terbukti beliau sendiri pergi mencari suku-suku yang hilang tersebut.

Kita telah melihat bukti, bahwa beliau hidup terus setelah penyaliban dan muncul kepada para muridnya dalam bentuk jasmaniah, orang-orang yang tidak percaya sewaktu beliau menunjukkan badan beliau yang sama seperti sebelum penyaliban, beliau sekali lagi menunjukkan kepada mereka yang menyangkanya hantu, berulangkali beliau menunjukkannya dengan jelas bahwa beliau bukan hantu.


Catatan Tambahan :
Penulis (yaitu Armansyah) bukan anggota dari Jemaah Ahmadiyah manapun, pencuplikan penulisan ini semata-mata karena nilai-nilai kebenaran yang terkandung didalamnya dan demi keobyektifitasan berpikir terhadap kebenaran.

"Apabila menetapkan hukum di antara manusia supaya kamu menetapkan dengan adil." -Qs. an-Nisaa' 4:58

"Dan janganlah sekali-kali kebencianmu terhadap suatu kaum, mendorong kamu untuk berlaku tidak adil. Berlaku adillah, karena adil itu lebih dekat kepada taqwa." -QS. al-Ma'idah 5:8

Bersambung Isa al-Masih 7 : Benang Merah Islam-Kristen

LINK ISA ALMASIH:
ISA AL-MASIH 1/7 : Tokoh kontroversial sepanjang masa
ISA AL-MASIH 2/7 : Arti Mutawaffika (pengangkatan Isa)
ISA AL-MASIH 3/7 : Isa menolak disalib
ISA AL-MASIH 4/7 : Pengkhianatan Yudas
ISA AL-MASIH 5/7 : Arti Syubihalahum (Penyamaran Isa)
ISA AL-MASIH 6/7 : Yesus Wafat di Kashmir
ISA AL-MASIH 7/7 : Benang Merah Islam-Kristen


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

GHOSHOB

  Jika di pesantren, istilah ini sudah sangat familiar. Hanya saja pengertian dan prakteknya sesungguhnya ada perbedaan dari makna ghoshob s...