Beberapa bulan yang lalu kita di suguhkan kepada 12 butir pernyataan sikap Ahmadiyah Qadiyani terhadap respon MUI dan masyarakat Islam atas embel-embel sesat dan menyesatkan dari keduanya. Di dalam 12 poin itu yang paling utama adalah mengenai “Khataman Nabiyyin” serta “Mirza Ghulam Ahmad sebagai mujadid” yang oleh Ahmadiyah dinyatakan bahwa Muhammad SAW memang nabi pembawa syariat terakhir dan Mirza Ghulam Ahmad adalah sebagai mujadid dan pembaharu Islam yang tidak menghapuskan syariat. Dengan berkilah yang macam-macam Ahmadiyah menggambarkan bahwa organisasi mereka tidak jauh dari ajaran Islam karena dalam segi pemaknaan Islam adalah sama. Tak hanya dari poin-poin itu saja, Ahmadiyah juga tetap membela diri bahwa dirinya adalah bagian dari agama Islam.
Hal ini sangatlah lucu, mengapa demikian?, karena jelas-jelas sekali Ahmadiyah melalui buku-buku dan situs mereka di Internet jauh berbeda dengan poin-poin pembelaan Ahmadiyah. Di dalam buku-buku terbitan mereka serta website mereka di internet mereka mengklaim bahwasanya masih ada nabi setelah Muhammad yang tidak membawa syariat, dan Mirza Ghulam Ahmad memang menurut Ahmadiyah merupakan Nabi dan Rasul non syariat yang akan tetap membawa ajaran islam, dan menurut mereka kenabian tidak hanya terhenti sampai Nabi Muhammad SAW saja, tetapi sampai akhir zaman.
Kontradiksi antara poin pembelaan Ahmadiyah dengan buku-buku mereka sejatinya merupakan sebuah retorika belaka agar dapat membuat seolah-olah Ahmadiyah tidak seperti yang diberitakan oleh buku-buku maupun website mereka. Ahmadiyah Qadiyan di Indonesia berusaha melakukan pembelaan dengan memposisikan diri sebagai Islam yang tertindas sehingga seolah-olah menjadi yang di dzalimi dan harus mendapat perhatian penuh dari berbagai umat beragama di Indonesia. Di milis-milis yang berbau relativisme, liberalisme, serta pluralisme Ahmadiyah di bela habis-habisan, mulai dari kasus Manislor hingga kasus Ahmadiyah Pontianak. Strategi kuno Ahmadiyah dengan meminta umat beragama non muslim ini pun gayung bersambut, oleh mereka (pengusung ide SEPILIS) dan umat non muslim lainnya Ahmadiyah lainnya dibela habis-habisan dan akan diupayakan menempuh jalur hukum untuk mengatasinya. Sebuah pencarian tameng yang menurut saya cukup cerdas tapi kebablasan.
Keyakinan kacau Ahmadiyah ini harus kita ketahui secara seksama agar kita tahu mana yang benar antara MUI dan massa yang ingin Ahmadiyah diterima karena 12 poin mereka itu. Kita akan bahas satu persatu klaim mereka berdasarkan buku-buku dan Tafsir Al Quran yang diterbitkan dan disebarkan oleh mereka sendiri.
1. Masalah Khataman Nabiyyin
Pihak Ahmadiyah tetap mengklaim bahwasanya nabi Muhammad memang nabi pamungkas dan nabi pembawa syariat keagungan terakhir, dengan kata lain masih ada nabi setelah nabi Muhammad, semua itu diawali dengan penafsiran surat Al Ahzab berikut ini:
Muhammad itu sekali-kali bukanlah bapak dari seorang laki-laki di antara kamu., tetapi dia adalah Rasulullah dan khataman nabiyyin dan adalah Allah Maha mengetahui segala sesuatu. (Q.S. Al Ahzab [33]: 49).
Apa kata Ahmadiyah tentang hal ini:
a. Nabi Muhammad saw adalah Chataman-Nabijjin dan membawa agama sempurna jang tak dapat dirobah sampai hari Qiamat, Nabi saw memang membawa sjaerat jang terachir untuk seluruh ummat manusia sebagai rahmat bagi alam semesta tetapi kata “Chataman –Nabijjin” sekali-kali tidak menundjukan, bahwa ni’mat kenabian dalam ummat beliau telah terhenti. (Soal-Djawab Ahmadiyah oleh: Saleh A. Nahdi hal.8).
b. Bahwa pengertian “tidak ada wahju” sesudah nabi Muhammad saw, demikian pula pengertian “tidak ada Nabi” menurut pandangan adalah bid’ah. (Soal-Djawab Ahmadiyah oleh: Saleh A. Nahdi hal.17).
c. Sebenarnja ajat chataman nabijjin tidak pernah mendapat dukungan dari ajat2 Alquran lainnja-walaupun satu ajat sadja-kalau chataman Nabijjin tersebut mau diartikan sebagai Nabi penutup, penghabisan dan sebagainnja. Sebaliknja didalam Alquran terdapat puluhan ajat jang menundjukan , bahwa sesudah nabi Muhammad saw pintu ke-Nabian itu tetap terbuka. (Soal-Djawab Ahmadiyah oleh: Saleh A. Nahdi hal 18)
d. Bahwa ma’na tentang Chataman nabijjin jang dewasa ini populer (Nabi Muhammad nabi terakhir. Pen) dikalangan kaum muslimin itu tidaklah sesuai dengan apa jang termaksud oleh ajat tersebut. (Apakah Ahmadiyah itu? Oleh: Hazrat Mirza Bashiruddin Mahmud Ahmad hal. 11).
e. Siti ‘Aisjah r.a. adalah salah-seorang isteri nabi kita saw. Terkenal dan berpandangan djauh. Rupanja beliau dengan firasat jang dalam merasa, bahwa kata Chataman-Nabijjjin ini dapat menimbulkan pengertian jang salah (mengakui nabi Muhammad nabi terakhir. Pen) seperti jang kita alami sekarang. Oleh sebab itu beliau bersabda sebagai peringatan: “Quulu chatama’l-Anbijaa walaa taquuluu laa-Nabija ba’dah”. “Katakanlah Nabi Muhammad itu Chatam para Nabi tetap djangan mengatakan, bahwa sesudah beliau tidak ada lagi Nabi”. (Soal-Djawab Ahmadiyah oleh: Saleh A.Nahdi hal.11).
f. Tjukup mejakinkan kiranja, bahwa sesudah nabi Muhammad saw pasti ada lagi Nabi (Soal-Djawab Ahmadiyah oleh: Saleh A. Nahdi hal 27).
Dari keterangan diatas masihkah kita “percaya” dengan poin “pembelaan” Ahmadiyah yang mengatakan bahwa Nabi Muhamamd sebagai nabi pembawa syariat terakhir????? Orang cerdas dan pintar yang beriman pasti tahu apa yang harus dikatakannya.
2. Masalah Klaim Mirza Ghulam Ahmad sebagai Nabi baru
Ahmadiyah dengan poin yang hampir bersamaan dengan poin diatas hanya mengklaim bahwa Mirza Ghulam Ahmad adalah mujadid saja dan penghidup nilai-nilai Islam. Dari poin pertama saja kita sudah dapat mengetahui bahwa sebenarnya Ahmadiyah masih meyakini akan datang nabi baru dan Mirza Ghulam Ahmadlah nabi baru itu. Tetapi dengan permainan kata-kata mereka (Ahmadiyah) berusaha sembunyi dari kenyataan ini. berikut ini bukti nyata bahwa pengikut Ahmadiyah serta Mirza Ghulam Ahmad mengkalim nabi dan Rasul.
a. Imam Mahdi dan Almasih jang dijanjikan jang sudah bangkit itu orangnja adalah Hazrat Mirza Gulam Ahmad a.s. pendiri Ahmadiyah. Beliau tidak datang sebagai Nabi baru dalam arti, bahwa beliau mengganti, merobah, menambah atau mengurangi adjaran Islam. (Soal-Djawab Ahmadiyah oleh: Saleh A. Nahdi hal.100).
b. Antara ilham2 jang beliau terima dalam hubungan dengan kebangkitan sebagai Imam Mahdi dan Almasih oleh Tuhan dikatakan, bahwa Almasih jang dahulu itu sudah wafat dan Almasih jang didjanjikan achirzaman adalah mirza Gulam Ahmad a.s. sendiri. Dalam bahasa Arabnja antara lain ialah satu ilham berbunji: “dja’alnaakal Masiihabna Maryama” (Kami djadikan engkau Almasih anak Maryam. (Soal-Djawab Ahmadiyah oleh: Saleh A. Nahdi hal. 103).
c. Tafsiran poin b tersebut menjustifikasi bahwa Isa putera Maryam=Al masih=nabi=Mirza Ghulam Ahmad adalah tampak jelas pada poin berikut: Nabi Isa a.s. akan mendjadi sebagai apanja? Kita-berdasarkan Quran dan Hadist-masih menunggu kedatangan Nabi, dalam Hadist dikatakan Nabi Isa a.s. akan datang. (Soal-Djawab Ahmadiyah oleh: Saleh A. Nahdi hal. 55).
Adapun klaim bahwa Mirza Ghulam Ahmad adalah seorang Rasul serta Nabi sekaligus yang keluar dari mulutnya sendiri adalah sebagai berikut:
I swear by God Who has sent me --- and about Whom it is the work of the accursed to make fabrications --- that He has sent me as the Promised Messiah. And just as I believe in the verses of the Holy Quran, similarly, without an iota of difference, I believe in the clear and open revelation of God which I receive, the truth of which has become evident to me by its repeated signs. I can swear on oath in the House of God that the holy revelation which descends on me is the word of the same God Who sent His word to Moses, Jesus and Muhammad mustafa, may peace and the blessings of God be upon him. The earth testified for me, and so did heaven. So also did both heaven and earth proclaim that I am the khalifa (appointed one) of God. However, according to the prophecies it was necessary that I should be denied, so those upon whose hearts are veils do not accept me. I know that God will certainly succour me, as He has ever been helping His messengers. None can stand against me, as he has not the aid of God. (Ayk Ghalati Ka Izala).
Wherever I have denied prophethood and messengership, it is only in the sense that I am not the independent bearer of a shariah, nor am I an independent prophet. However, in the sense that, having gained spiritual graces from the Messenger whom I follow, and having attained for myself his name, I have received knowledge of the unseen from God through the mediation of the Holy Prophet, I am a messenger and a prophet but without a new shariah. (Ayk Ghalati Ka Izala).
Masihkah kita percaya bahwa Mirza Ghulam Ahmad dan pengikutnya tidak pernah mengklaim bahwa dirinya adalah Rasul dan Nabi??? Orang Islam cerdas dan pintar yang beriman pastilah memikirkannya masak-masak. Jika memang masih memerlukan bukti, maka marilah kita simak statement Mirza Ghulam Ahmad berikut ini:
“It has been revealed to me that Iam the same man who is the mujaddid of this faith and the guide for the people I proclaim with a loud voice that Iam the Messiah, and that Iam the Khalifa of the great king who is now in heaven” (Predominance of Islam).
Dan penafsiran paling aneh serta nyeleneh tentang ramalan bahwa Mirza Ghulam Ahmad telah diramalkan di dalam Al Quran. Mereka mengklaim bahwa Mirza Ghulam Ahmad telah diramalkan di dalam surat Ash Shaf ayat 6 berikut:
Dan ketika Isa putera Maryam berkata: "Hai keturunan Israel, Sesungguhnya aku adalah rasulullah kepada kalian, membenarkan kitab sebelumku, Yaitu Taurat, dan memberi khabar gembira dengan seorang Rasul yang akan datang sesudahku, yang namanya Ahmad”. Maka tatkala Rasul itu datang kepada mereka dengan membawa bukti-bukti yang nyata, mereka berkata: "Ini adalah sihir yang nyata." (Q.S. Ash Shaf [61]: 6).
Menurut Ahmadiyah nama Ahmad itu bermakna ganda, selain untuk nabi Muhammad SAW, nama tersebut juga mencerminkan nama Mirza Ghulam Ahmad, berikut kami ambil dari buku Ahmadiyah:
Nama Muhammad mencerminkan sifat jalali (kebesaran dan keagungan)…akan tetapi, nama Ahmad mempunyai sifat jamali (keindahan).Tetapi sebagai mana diramalkan di akhir zaman, akan ada lagi penjelmaan dari nama Ahmad. (Gerakan Ahmadiyah hal. 25).
Dari berbagai bukti diatas masihkah syubhat siapa Ahmadiyah itu, Ahmadiyah Qadiyan secara tegas merupakan sebuah agama baru dengan nabi baru dan tak seperti dan sama dengan Islam karena mempunyai nabi sendiri yaitu mirza Ghulam Ahmad. Lalu bagaimana dengan Ahmadiyah Lahore, apakah mereka sesat dan menyesatkan pula?, saya katakan dengan tegas dan lantang “YA”, apa dasarnya?. Dasarnya adalah bahwa Ahmadiyah Lahore mengklaim bahwa Nabi Isa itu mempunyai ayah bologis yang bernama Yusuf, dengan kata lain Yusuf kawin dengan Maryam yang menghasilkan Isa secara tegas tertulis di Tafsir Quran:
“Sungguh menarik perhatian bahwa Quran tidak menyebut-nyebut suami Siti Maryam sama sekali; dalam hal ini, mirip sekali dengan peristiwa lahirnya Nabi Musa, karena disanapun tak disebut-sebut ayah nabi Musa sama sekali. Oleh karena itu, dengan tidak disebutnya ayah Nabi Isa, bukanlah suatu bukti bahwa Nabi Isa tak mempunyai ayah. Selain itu, diantara orang tua beliau (Siti Maryam dan Yusuf), Siti Maryam memang jauh lebih terkenal dari Yusuf”. (Quran Suci Terjemah dan Tafsir oleh: Maulana Muhamad Ali hal. 171 tafsir nomor 424.).
Sudah jelas sekali bahwa kesesatan dan penyesatan oleh Ahmadiyah Qadian dan Ahmadiyah Lahore ini harus segera ditindak tegas, karena dapat mengancam stabilitas aqidah umat Islam. Wallahu ‘alam bi showab
Bisa juga dibaca di Web Swaramuslim: http://swaramuslim.com/more.php?id=5886_0_1_0_M
Senin, 20 Juni 2011
Ahmadiyah, Mengapa Kau berkelit Kembali?
Tindakan Bakorpakem yang ingin membubarkan Ahmadiyah Qadiyan dan Lahore agaknya tepat namun terlembat. Mengapa terlambat?, saya katakan demikian karena fatwa dari berbagai negara-negara yang mayoritas Islam sudah sejak zaman dahulu kala mencap bahwa Ahamdiyah merupakan aliran di luar Islam. Dari berbagai buku-buku, website, maupaun selebaran yang diterbitkan Jamaah Ahmadiyah Indonesia (Qadiyan) dan Gerakan Ahmadiyah Indonesia (Lahore) pada dasarnya memang sudah sangat melenceng dari kaidah Islam yang sebenarnya. Kita mungkin tak perlu repot-repot menguji keabsahan ajaran Ahmadiyah, jika memang Ahmadiyah bersedia mendirikan agama baru di luar Islam, karena jika sudah berbeda agama, bagaimana mungkin umat Islam akan mencampuri urusan agama lain? Kecuali agama Islam di campuri dan disakiti duluan.
Hari ini saya membaca sebuah surat kabar nasional. Ketika saya membaca perihal Ahmadiyah, saya terkejut membaca pembelaan Ahmadiyah mengenai kesesatan dirinya. Dengan mengancam akan melaporkannya ke PBB.
Ahmadiyah sembari mengadakan pembelaan terhadap statemen 12 butir tersebut. Salah satu pentolan Ahmadiyah di dalam harian tersebut mengatakan seperti yang di sarikan harian tersebut:
"Juru bicara JAI, Ahmad Mubarik, menyatakan keyakinannya dilecehkan dan diputarbalikkan secara sengaja. “Kami sedih dan malu dengan sikap pemerintah yang seperti ini”
“Ia membantah tuduhan JAI tidak mengakui Muhammad sebagai nabi terakhir. “Itu bohong. Dusta. Tidak pernah dalam keyakinan kami sejak 100 tahun lalu menyatakan Mirza Ghulam Ahmad pengganti Nabi Muhammad SAW.”
“Menurut dia, JAI meyakinkan Muhammad sebagai Nabi terakhir dalam membawa syariat, tidak ada syariat baru lagi karena sudah sempurna.”
Hebat, fantastis, menajubkan! Sebuah permainan kata-kata yang terlihat namun isinya keropos. Salah satu pentolan Ahmadiyah ini sengaja bermain kata-kata karet agar tampak seolah-olah Ahmadiyah mengakui bahwa nabi terakhir adalah Muhammad. Padahal dalam berbagai tempat sudah jelas sekali bahwa Ahmadiyah mengakui bahwa akan datang nabi yang tidak membawa syariat, yaitu Mirza Ghulam Ahmad, kita dapat lihat statemen Saleh A. Nahdi, pentolan Ahmadiyah kedua setelah Syafi R Batuah, berikut ini:
"Imam Mahdi dan Almasih jang dijanjikan jang sudah bangkit itu orangnja adalah Hazrat Mirza Gulam Ahmad a.s. pendiri Ahmadiyah. Beliau tidak datang sebagai Nabi baru dalam arti, bahwa beliau mengganti, merobah, menambah atau mengurangi adjaran Islam." (Soal-Djawab Ahmadiyah oleh: Saleh A. Nahdi hal.100).
Berarti Mirza Ghulam Ahmad datang sebagai Nabi baru dalam arti dia tidak mengganti, tidak merobah, tidak menambah atau mengurangi ajaran Islam. Ungkapan yang tepat untuk statemen Ahmadiyah ini bahwasanya Muhammad SAW nabi terakhir pembawa syariat dan Mirza Ghulam Ahmad nabi setelah Muhammad yang non syariat.
Selain itu, Ahmadiyah juga mengklaim bahwasannya nama Ahmad pada surat Ash Shaff ayat 6 ditujukan kepada 2 orang, yaitu nabi Muhammad SAW dan Mirza Ghulam Ahmad. Jadi versi Ahmadiyah, nabi Muhammad di dalam surat tersebut juga bisa mengenai dirinya, sekarang dari titik tolak Ahmadiyah ini berimplikasi pada 2 poin: Syahadat Ahmadiyah dan Klaim Ahmad=Muhammad=Mirza Ghulam Ahmad.
Ada baiknya kita lihat dahulu surat Ash Shaff ayat 6 tersebut:
"Dan ketika Isa putera Maryam berkata: "Hai keturunan Isarel, Sesungguhnya aku adalah Rasul Allah kepada kalian, membenarkan kitab sebelumku, Yaitu Taurat, dan memberi khabar gembira dengan seorang Rasul yang akan datang sesudahku, yang namanya Ahmad. Maka tatkala Rasul itu datang kepada mereka dengan membawa bukti-bukti yang nyata, mereka berkata: "Ini adalah sihir yang nyata." (Q.S. Ash Shaff: 6)
Oleh Ahmadiyah, ayat ini ditafsirkan sebagai berikut:
Nama Muhammad mencerminkan sifat jalali (kebesaran dan keagungan)…akan tetapi, nama Ahmad mempunyai sifat jamali (keindahan).Tetapi sebagai mana diramalkan di akhir zaman, akan ada lagi penjelmaan dari nama Ahmad. (Gerakan Ahmadiyah hal. 25). Versi Ahmadiyah Lahore.
“Bahwa nama Hazrat Masih Maud a.s. sebenarnya adalah Ahmad, sekali pun nama lengkap beliau adalah Mirza Ghulam Ahmad, ternyata dari suatu peristiwa sejarah. Ayahanda dari Masih Maud ialah Mirza Ghulam Murtadha. Ia mempunyai dua orang putera dan beliau memberikan nama Mirza Ghulam Qadir kepada yang besar dan nama Mirza Ghulam Ahmad kepada yang kecil. Mirza Ghulam Murtadha mendirikan dua daerah pedesaan yang dinamainya dengan nama kedua orang puteranya. Daerah yang satu dinamainya Qadirabad dan yang lain dinamainya Ahmadabad. Dari peristiwa ini nyatalah bahwa bagi Mirza Ghulam Murtadha nama asli dari kedua puteranya masing-masing ialah Qadir dan Ahmad.”(Syafi R. Batuah, Tanggapan Atas Buku Ahmadiyah Telanjang Bulat di Panggung Sejarah).
“Orang-orang ini bertanya berulang-ulang di mana dalam Al-Quran nama itu disebutkan. Tampaknya mereka tidak mengetahui bahwa Allah memanggilku dengan nama Ahmad. Janji baiat diambil dengan nama Ahmad. Bukankah nama ini terdapat dalam Al-Quran?". (Al-Hakam, 17 Oktober 1905, h. 10). (Syafi R. Batuah, Tanggapan Atas Buku Ahmadiyah Telanjang Bulat di Panggung Sejarah).
Penjelasan yang mantap dan tegas mengenai hal ini diberikan oleh Hazrat Mirza Basyiruddin Mahmud Ahmad, Khalifatul Masih II r.a.: Dari kutipan-kutipan ini kita dapat melihat bahwa Masih Maud mengenakan nubuwatan ini pada diri beliau sendiri. Kini tinggallah persoalan kenapa beliau juga mengenakan itu pada diri Nabi Muhammad? Jawabannya ialah apa jua pun nubuwatan-nubuwatan yang terdapat mengenai kebangkitan dan kemajuan ummat beliau, pada tingkat pertama itu terutama sekali berlaku terhadap beliau. Kalau beliau bukan Ahmad yang disebutkan di sini mana mungkin Masih Maud dapat menjadi Ahmad tertentu itu? Pada hal apa pun yang sudah diterima Masih Maud semuanya datang kepada beliau dari Nabi Muhammad s.a.w. dan dengan perantaraan beliau. (Syafi R. Batuah, Tanggapan Atas Buku Ahmadiyah Telanjang Bulat di Panggung Sejarah).
Dari keterangan-keterangan di atas dapatlah diambil kesim pulan bahwa menurut paham Ahmadiyah nama Ahmad yang terdapat Surah As-Shaf dapat dikenakan pada Nabi Muhammad s.a.w. dan pada Hazrat Mirza Ghulam Ahmad sebagai Masih Maud dan Imam Mahdi pada Nabi Muhammad s.a.w. sebagai nama sifati dan pada Hazrat Mirza Ghulam Ahmad a.s. sebagai nama dzati. (Syafi R. Batuah, Tanggapan Atas Buku Ahmadiyah Telanjang Bulat di Panggung Sejarah).
Implikasi dari penafsiran diatas membawa dampak bahwasanya Muhammad dan Ahmad adalah sama-sama di nubuatkan dalam Ash Shaff ayat 6, dengan standar ganda ini, dapat kita lihat bahwasanya Ahmadiyah masih mengklaim bahwa utusan yang akan datang itu Mirza Ghulam Ahmad pula. Sekarang dimanakah poin kebenaran Ahmadiyah yang dimuat di dalam 12 butir pernyataan itu setelah fakta-fakta berbicara?
Ahmadiyah juga mengklaim bahwasannya Tadzkirah hanyalah mimpi-mimpi Mirza Ghulam Ahmad yang di bukukan. Apakah sekedar mimpi? Ternyata tidak demikian, di dalam Tadzkirah sendiri dapat kita lihat bahwasanya Tadzkirah merupakan wahyu suci kepada Mirza Ghulam Ahmad. Kita dapat simak pada kutipan Tadzkirah berikut ini:
Dari kutipan Tadzkirah di atas dapat kita baca bahwasanya “Tadzkirah ya’ni Wahyi Muqoddas wa Ru’ya wa Kasyaf Hadhiroh Masih Maw’ud alaihi sholawat was salam”. Masihkah Ahmadiyah bermimipi bahwasanya Tadzkirah kumpulan mimpi biasa? Bukan wahyu suci?, akal pikiran yang sehat dan hati nurani yang bersih pasti mengetahui yang sebenarnya. Sebaiknya jika Ahmadiyah jujur dan mengakui kekhilafan ini dan bertaubat kepada Allah maka niscaya Allah akan memaafkan dan jika Ahmadiyah tetap bersikukuh dengan pendiriannya dan ingin berkelit dengan permainan kata-kata, sebaiknya Ahmadiyah menghapus seluruh data-data, membredel buku-buku Ahmadiyah, serta menarik seluruh tulisan yang di buat oleh tokoh-tokoh Ahmadiyah yang dapat memberatkan dan menelanjangi aqidah Ahmadiyah sendiri, ibarat senjata makan tuan. Wallahu ‘alam bi showab
Link paralel terhadap artikel ini: http://swaramuslim.com/more.php?id=5931_0_15_0_M
Hari ini saya membaca sebuah surat kabar nasional. Ketika saya membaca perihal Ahmadiyah, saya terkejut membaca pembelaan Ahmadiyah mengenai kesesatan dirinya. Dengan mengancam akan melaporkannya ke PBB.
Ahmadiyah sembari mengadakan pembelaan terhadap statemen 12 butir tersebut. Salah satu pentolan Ahmadiyah di dalam harian tersebut mengatakan seperti yang di sarikan harian tersebut:
"Juru bicara JAI, Ahmad Mubarik, menyatakan keyakinannya dilecehkan dan diputarbalikkan secara sengaja. “Kami sedih dan malu dengan sikap pemerintah yang seperti ini”
“Ia membantah tuduhan JAI tidak mengakui Muhammad sebagai nabi terakhir. “Itu bohong. Dusta. Tidak pernah dalam keyakinan kami sejak 100 tahun lalu menyatakan Mirza Ghulam Ahmad pengganti Nabi Muhammad SAW.”
“Menurut dia, JAI meyakinkan Muhammad sebagai Nabi terakhir dalam membawa syariat, tidak ada syariat baru lagi karena sudah sempurna.”
Hebat, fantastis, menajubkan! Sebuah permainan kata-kata yang terlihat namun isinya keropos. Salah satu pentolan Ahmadiyah ini sengaja bermain kata-kata karet agar tampak seolah-olah Ahmadiyah mengakui bahwa nabi terakhir adalah Muhammad. Padahal dalam berbagai tempat sudah jelas sekali bahwa Ahmadiyah mengakui bahwa akan datang nabi yang tidak membawa syariat, yaitu Mirza Ghulam Ahmad, kita dapat lihat statemen Saleh A. Nahdi, pentolan Ahmadiyah kedua setelah Syafi R Batuah, berikut ini:
"Imam Mahdi dan Almasih jang dijanjikan jang sudah bangkit itu orangnja adalah Hazrat Mirza Gulam Ahmad a.s. pendiri Ahmadiyah. Beliau tidak datang sebagai Nabi baru dalam arti, bahwa beliau mengganti, merobah, menambah atau mengurangi adjaran Islam." (Soal-Djawab Ahmadiyah oleh: Saleh A. Nahdi hal.100).
Berarti Mirza Ghulam Ahmad datang sebagai Nabi baru dalam arti dia tidak mengganti, tidak merobah, tidak menambah atau mengurangi ajaran Islam. Ungkapan yang tepat untuk statemen Ahmadiyah ini bahwasanya Muhammad SAW nabi terakhir pembawa syariat dan Mirza Ghulam Ahmad nabi setelah Muhammad yang non syariat.
Selain itu, Ahmadiyah juga mengklaim bahwasannya nama Ahmad pada surat Ash Shaff ayat 6 ditujukan kepada 2 orang, yaitu nabi Muhammad SAW dan Mirza Ghulam Ahmad. Jadi versi Ahmadiyah, nabi Muhammad di dalam surat tersebut juga bisa mengenai dirinya, sekarang dari titik tolak Ahmadiyah ini berimplikasi pada 2 poin: Syahadat Ahmadiyah dan Klaim Ahmad=Muhammad=Mirza Ghulam Ahmad.
Ada baiknya kita lihat dahulu surat Ash Shaff ayat 6 tersebut:
"Dan ketika Isa putera Maryam berkata: "Hai keturunan Isarel, Sesungguhnya aku adalah Rasul Allah kepada kalian, membenarkan kitab sebelumku, Yaitu Taurat, dan memberi khabar gembira dengan seorang Rasul yang akan datang sesudahku, yang namanya Ahmad. Maka tatkala Rasul itu datang kepada mereka dengan membawa bukti-bukti yang nyata, mereka berkata: "Ini adalah sihir yang nyata." (Q.S. Ash Shaff: 6)
Oleh Ahmadiyah, ayat ini ditafsirkan sebagai berikut:
Nama Muhammad mencerminkan sifat jalali (kebesaran dan keagungan)…akan tetapi, nama Ahmad mempunyai sifat jamali (keindahan).Tetapi sebagai mana diramalkan di akhir zaman, akan ada lagi penjelmaan dari nama Ahmad. (Gerakan Ahmadiyah hal. 25). Versi Ahmadiyah Lahore.
“Bahwa nama Hazrat Masih Maud a.s. sebenarnya adalah Ahmad, sekali pun nama lengkap beliau adalah Mirza Ghulam Ahmad, ternyata dari suatu peristiwa sejarah. Ayahanda dari Masih Maud ialah Mirza Ghulam Murtadha. Ia mempunyai dua orang putera dan beliau memberikan nama Mirza Ghulam Qadir kepada yang besar dan nama Mirza Ghulam Ahmad kepada yang kecil. Mirza Ghulam Murtadha mendirikan dua daerah pedesaan yang dinamainya dengan nama kedua orang puteranya. Daerah yang satu dinamainya Qadirabad dan yang lain dinamainya Ahmadabad. Dari peristiwa ini nyatalah bahwa bagi Mirza Ghulam Murtadha nama asli dari kedua puteranya masing-masing ialah Qadir dan Ahmad.”(Syafi R. Batuah, Tanggapan Atas Buku Ahmadiyah Telanjang Bulat di Panggung Sejarah).
“Orang-orang ini bertanya berulang-ulang di mana dalam Al-Quran nama itu disebutkan. Tampaknya mereka tidak mengetahui bahwa Allah memanggilku dengan nama Ahmad. Janji baiat diambil dengan nama Ahmad. Bukankah nama ini terdapat dalam Al-Quran?". (Al-Hakam, 17 Oktober 1905, h. 10). (Syafi R. Batuah, Tanggapan Atas Buku Ahmadiyah Telanjang Bulat di Panggung Sejarah).
Penjelasan yang mantap dan tegas mengenai hal ini diberikan oleh Hazrat Mirza Basyiruddin Mahmud Ahmad, Khalifatul Masih II r.a.: Dari kutipan-kutipan ini kita dapat melihat bahwa Masih Maud mengenakan nubuwatan ini pada diri beliau sendiri. Kini tinggallah persoalan kenapa beliau juga mengenakan itu pada diri Nabi Muhammad? Jawabannya ialah apa jua pun nubuwatan-nubuwatan yang terdapat mengenai kebangkitan dan kemajuan ummat beliau, pada tingkat pertama itu terutama sekali berlaku terhadap beliau. Kalau beliau bukan Ahmad yang disebutkan di sini mana mungkin Masih Maud dapat menjadi Ahmad tertentu itu? Pada hal apa pun yang sudah diterima Masih Maud semuanya datang kepada beliau dari Nabi Muhammad s.a.w. dan dengan perantaraan beliau. (Syafi R. Batuah, Tanggapan Atas Buku Ahmadiyah Telanjang Bulat di Panggung Sejarah).
Dari keterangan-keterangan di atas dapatlah diambil kesim pulan bahwa menurut paham Ahmadiyah nama Ahmad yang terdapat Surah As-Shaf dapat dikenakan pada Nabi Muhammad s.a.w. dan pada Hazrat Mirza Ghulam Ahmad sebagai Masih Maud dan Imam Mahdi pada Nabi Muhammad s.a.w. sebagai nama sifati dan pada Hazrat Mirza Ghulam Ahmad a.s. sebagai nama dzati. (Syafi R. Batuah, Tanggapan Atas Buku Ahmadiyah Telanjang Bulat di Panggung Sejarah).
Implikasi dari penafsiran diatas membawa dampak bahwasanya Muhammad dan Ahmad adalah sama-sama di nubuatkan dalam Ash Shaff ayat 6, dengan standar ganda ini, dapat kita lihat bahwasanya Ahmadiyah masih mengklaim bahwa utusan yang akan datang itu Mirza Ghulam Ahmad pula. Sekarang dimanakah poin kebenaran Ahmadiyah yang dimuat di dalam 12 butir pernyataan itu setelah fakta-fakta berbicara?
Ahmadiyah juga mengklaim bahwasannya Tadzkirah hanyalah mimpi-mimpi Mirza Ghulam Ahmad yang di bukukan. Apakah sekedar mimpi? Ternyata tidak demikian, di dalam Tadzkirah sendiri dapat kita lihat bahwasanya Tadzkirah merupakan wahyu suci kepada Mirza Ghulam Ahmad. Kita dapat simak pada kutipan Tadzkirah berikut ini:
Dari kutipan Tadzkirah di atas dapat kita baca bahwasanya “Tadzkirah ya’ni Wahyi Muqoddas wa Ru’ya wa Kasyaf Hadhiroh Masih Maw’ud alaihi sholawat was salam”. Masihkah Ahmadiyah bermimipi bahwasanya Tadzkirah kumpulan mimpi biasa? Bukan wahyu suci?, akal pikiran yang sehat dan hati nurani yang bersih pasti mengetahui yang sebenarnya. Sebaiknya jika Ahmadiyah jujur dan mengakui kekhilafan ini dan bertaubat kepada Allah maka niscaya Allah akan memaafkan dan jika Ahmadiyah tetap bersikukuh dengan pendiriannya dan ingin berkelit dengan permainan kata-kata, sebaiknya Ahmadiyah menghapus seluruh data-data, membredel buku-buku Ahmadiyah, serta menarik seluruh tulisan yang di buat oleh tokoh-tokoh Ahmadiyah yang dapat memberatkan dan menelanjangi aqidah Ahmadiyah sendiri, ibarat senjata makan tuan. Wallahu ‘alam bi showab
Link paralel terhadap artikel ini: http://swaramuslim.com/more.php?id=5931_0_15_0_M
Penginjilan Memakai Quran ala SABDA.org
Umat Islam di Indonesia selalu saja mendapat cobaan yang nyata maupun samara-samar dari umat Kristen. Mulai dari kasus Doulos, penistaan Al Quran di Jawa Timur hingga penyusupan Stevanus Armansyah yang terbongkar di Samarinda. Umat Islam di Indonesia sudah cukup sabar dan toleransi terhadap tindak-tanduk umat kristen mulai dari zaman kemerdekaan. Sebut saja perang kemerdekaan Indonesia yang hampir 95% mayoritas yang maju ke medan perang merupakan umat Islam. Toleransi yang tak kalah pentingnya adalah ketika Piagam Jakarta di buat, uamt Islam mengalah karena umat kristen bagian Timur menolaknya. Dengan mengedepankan toleransi sekali lagi umat islam mengalah. Seiring berputarnya waktu penghujatan terhadap umat Islam kian hari makin mengkhawatirkan.
Vcd penistaan agama di Jawa Timur, penyusupan oleh Stevanus Armansyah di Samarinda, serta berbagai usaha Kristenisasi terhadap umat Islam yang tak dapat disangkal lagi data dan faktanya kian hari membuat gaduh suasana toleransi antar umat beragama. Dahulu Indonesia dikejutkan dengan penerbitan buku “Islamic Invasion” oleh salah satu penerbit kristen pimpinan suradi ben avraham yang tak urung meyakiti hati umat Islam. Tak dengan buku, umat Islam kembali dihujat di Forum Diskusi bebas partai damai sejahtera yang dengan kasar mencaci maki agama Islam. Penghujatan terhadap Islam di dunia maya sudah kian mengkhawatirkan, mulai dari website Fatihfreedom yang di boncengi para penginjil terselubung, hingga website SABDA pun ikut-ikutan menerapkan metode penginjilan ini.
Kali ini website SABDA menggunakan judul “penggunaan_alquran.doc” yang tersedia pada halaman website resmi mereka di www.sabda.org/lead/_doc yang dapat di buka oleh siapa saja. Sangat disayangkan SABDA sebagai penyebar alkitab elektronik juga latah menghujat Islam menggunakan Al Quran. Di dalam tulisannya pada artikel itu, judul artikel setelah di download adalah “Penggunaan Al Quran dalam Pelayanan”. Jelas sekali kelihatan disini bahwa mereka berusaha menginjili umat Islam menggunakan mutilasi ayat seperti halnya suradi ben abraham, jansen litik, a. poernama winangun serta abd. yadi yang sampai saat ini takut untuk berhadapan face to face karena malu untuk kalah argument di depan public. Dengan penuh percaya diri, tulisan tersebut dimulai dengan sebuah catatan:
“Kalau seseorang tidak langsung menerima ide-ide di bawah ini, jangan putus asa. Mereka harus mendengarkan hal ini berulang kali dan membiasakan diri dengan konsep ini sebelum mereka akan menerimanya.”
Dengan bahasa yang tendesius ini mereka dengan percaya diri mengklaim bahwa jika dapat menggunakan metode ini dengan baik, maka umat Islam pasti bisa menjadi kristen. Klaim kacangan yang di bangun oleh umat kristen yang awam Islamologi ini sepert biasa menggunakan argument terbitan nehemia centre yang pemimipinnya lari keluar negeri, kita simak argument mereka berikut ini:
Al-Masih adalah Allah
Bertanyalah, “Siapakah yang mempunyai pengetahuan tentang hari kiamat?” Mereka pasti menjawab, “Allah.” Kemudian bacalah Sura 67:26 dengan mereka.
“Katakanlah: ‘Sesungguhnya ilmu (tentang hari kiamat itu) hanya pada sisi Allah. Dan sesungguhnya aku hanyalah seorang pemberi peringatan yang menjelaskan.’”
Lihat lagi Sura 43:85
“Dan Maha Suci Tuhan Yang mempunyai kerajaan langit dan bumi; dan apa yang ada di antara keduanya; dan di sisi-Nyalah pengetahuan tentang hari kiamat dan hanya kepada-Nyalah kamu dikembalikan.”
Dan juga Sura 41:47
“Kepada-Nyalah dikembalikan pengetahuan tentang hari Kiamat [1336]…”
[1336] Maksudnya: Hanya Allah-lah yang mengetahui kapan datangnya hari Kiamat itu.
Tanya lagi. “Siapa yang mempunyai pengetahuan tentang hari kiamat itu?” Sekali lagi mereka akan mengatakan, “Allah.” Terus bacalah Sura 43:61
“Dan sesungguhnya Isa itu benar-benar memberikan pengetahuan tentang hari kiamat. Karena itu janganlah kamu ragu-ragu tentang kiamat itu dan ikutilah Aku. Inilah jalan yang lurus.”
Karena Al-Masih juga mengetahui tentang hari kiamat, maka dengan demikian Al-Masih pasti adalah Allah!
Kita tentu geli mengapa umat kristen mengatakan bahwa Isa al Masih merupakan Allah karena berdasarkan Al Quran. Dengan tegas Al Quran mengatakan bahwa:
Sesungguhnya telah kafirlah orang-orang yang berkata: "Sesungguhnya Allah ialah Al masih putera Maryam", Padahal Al masih (sendiri) berkata: "Hai Bani Israil, sembahlah Allah Tuhanku dan Tuhanmu". Sesungguhnya orang yang mempersekutukan (sesuatu dengan) Allah, Maka pasti Allah mengharamkan kepadanya surga, dan tempatnya ialah neraka, tidaklah ada bagi orang-orang zalim itu seorang penolongpun. (Q.S. Al Maidah: 72).
Bagaimaan mungkin umat Islam dapat mengatakan bahwa Isa Al Masih adalah Allah padahal ajaran Al Quran bahwa adalah kafir yang mengatakan Isa Al Masih adalah Allah. mereka berargumen bahwa Isa adalah Allah karena yang mengetahui kiamat adalah Allah dan Isa mengetahui tentang kiamat. Argument mereka pada surat berikut ini:
Dan Sesungguhnya Isa itu benar-benar memberikan pengetahuan tentang hari kiamat. karena itu janganlah kamu ragu-ragu tentang kiamat itu dan ikutilah aku. Inilah jalan yang lurus. (Q.S. Az Zukhruf 61).
Dari zamannya Hamran Ambrie hingga saat ini ternyata argument yang dipakai ya argument yang itu-itu saja. Argument mereka adalah mengenai “Isa memberikan pengetahuan tentang kiamat” yang merupakan terjemahan dari kata “La ‘Ilmun Lissa’ati”. Kata tersebut bermakna memberi pengetahuan (bukan mengetahui) tentang kiamat alam semesta. Nabi muhaamd dalam berbagai hadisnya juga sering memeberikan pengetahuan tentang kiamat, seperti bagaimana tanda-tanda kiamat, bagaimana posisi umat Islam tentang kiamat dan sebagainya. Tetapi umat Islam tidak pernah sekalipun menuhankan nabi Muhammad karena dia memberi ilmu (pengetahuan) tentang kiamat. Sebaliknya menurut Injil, Yesus pun tak mengetahu kapan kiamat itu. Kita bisa simak ayat berikut:
Tetapi tentang hari dan saat itu tidak seorangpun yang tahu, malaikat-malaikat di sorga tidak, dan Anakpun tidak, hanya Bapa sendiri." (Matius 24:36).
Tetapi tentang hari atau saat itu tidak seorangpun yang tahu, malaikat-malaikat di sorga tidak, dan Anakpun tidak, hanya Bapa saja." (Markus 13:32)
Yesus sebagai “Anak Tuhan” dan Allah menurut kristen saja tidak mengetahui kapan “latter day” atau kiamat itu datang, sekarang menjadi lucu adalah di dalam Injilsaja tidak ditemukan tentang hal itu, sekarang mereka malah mencari pembenaran di dalam Al Quran tentang hal itu. Kami sarankan agar jika para penginjil ingin menyerang umat islam dan Al Qura, sebaiknya belajar bahasa Arab dan ilmu-ilmu tafsir yang memadai agar tidak disebut sebagai “Jahil Murokkab”. Karena sangat fatal jika memutilasi ayat-ayat seperti model-model Hamran Ambrie, Suradi ben Avraham, Jansen Litik, serta Amos Poernama Winangun.
Artikel: Penggunaan Al Quran dalam Pelayanan” dapat dilihat pada link: http://sabda.org/lead/_doc/penggunaan_alquran.doc secara gratis pada sub domain dari website resmi SABDA.org
NB:
Segera save atau simpan screenshot web tersebut sebelum di hapus oleh adminnya, banyak kasus setelah ada yang "menggerayangi" web hujat Islam tersebut, biasanya oleh adminnya langsung di hapus (http://sabda.org/lead/_doc/penggunaan_alquran.doc)
artikel ini juga di muat pada:
1. http://timfakta.swaramuslim.com/more.php?id=44_0_1_0_M
2. http://swaramuslim.com/fakta/more.php?id=5900_0_16_0_M
Vcd penistaan agama di Jawa Timur, penyusupan oleh Stevanus Armansyah di Samarinda, serta berbagai usaha Kristenisasi terhadap umat Islam yang tak dapat disangkal lagi data dan faktanya kian hari membuat gaduh suasana toleransi antar umat beragama. Dahulu Indonesia dikejutkan dengan penerbitan buku “Islamic Invasion” oleh salah satu penerbit kristen pimpinan suradi ben avraham yang tak urung meyakiti hati umat Islam. Tak dengan buku, umat Islam kembali dihujat di Forum Diskusi bebas partai damai sejahtera yang dengan kasar mencaci maki agama Islam. Penghujatan terhadap Islam di dunia maya sudah kian mengkhawatirkan, mulai dari website Fatihfreedom yang di boncengi para penginjil terselubung, hingga website SABDA pun ikut-ikutan menerapkan metode penginjilan ini.
Kali ini website SABDA menggunakan judul “penggunaan_alquran.doc” yang tersedia pada halaman website resmi mereka di www.sabda.org/lead/_doc yang dapat di buka oleh siapa saja. Sangat disayangkan SABDA sebagai penyebar alkitab elektronik juga latah menghujat Islam menggunakan Al Quran. Di dalam tulisannya pada artikel itu, judul artikel setelah di download adalah “Penggunaan Al Quran dalam Pelayanan”. Jelas sekali kelihatan disini bahwa mereka berusaha menginjili umat Islam menggunakan mutilasi ayat seperti halnya suradi ben abraham, jansen litik, a. poernama winangun serta abd. yadi yang sampai saat ini takut untuk berhadapan face to face karena malu untuk kalah argument di depan public. Dengan penuh percaya diri, tulisan tersebut dimulai dengan sebuah catatan:
“Kalau seseorang tidak langsung menerima ide-ide di bawah ini, jangan putus asa. Mereka harus mendengarkan hal ini berulang kali dan membiasakan diri dengan konsep ini sebelum mereka akan menerimanya.”
Dengan bahasa yang tendesius ini mereka dengan percaya diri mengklaim bahwa jika dapat menggunakan metode ini dengan baik, maka umat Islam pasti bisa menjadi kristen. Klaim kacangan yang di bangun oleh umat kristen yang awam Islamologi ini sepert biasa menggunakan argument terbitan nehemia centre yang pemimipinnya lari keluar negeri, kita simak argument mereka berikut ini:
Al-Masih adalah Allah
Bertanyalah, “Siapakah yang mempunyai pengetahuan tentang hari kiamat?” Mereka pasti menjawab, “Allah.” Kemudian bacalah Sura 67:26 dengan mereka.
“Katakanlah: ‘Sesungguhnya ilmu (tentang hari kiamat itu) hanya pada sisi Allah. Dan sesungguhnya aku hanyalah seorang pemberi peringatan yang menjelaskan.’”
Lihat lagi Sura 43:85
“Dan Maha Suci Tuhan Yang mempunyai kerajaan langit dan bumi; dan apa yang ada di antara keduanya; dan di sisi-Nyalah pengetahuan tentang hari kiamat dan hanya kepada-Nyalah kamu dikembalikan.”
Dan juga Sura 41:47
“Kepada-Nyalah dikembalikan pengetahuan tentang hari Kiamat [1336]…”
[1336] Maksudnya: Hanya Allah-lah yang mengetahui kapan datangnya hari Kiamat itu.
Tanya lagi. “Siapa yang mempunyai pengetahuan tentang hari kiamat itu?” Sekali lagi mereka akan mengatakan, “Allah.” Terus bacalah Sura 43:61
“Dan sesungguhnya Isa itu benar-benar memberikan pengetahuan tentang hari kiamat. Karena itu janganlah kamu ragu-ragu tentang kiamat itu dan ikutilah Aku. Inilah jalan yang lurus.”
Karena Al-Masih juga mengetahui tentang hari kiamat, maka dengan demikian Al-Masih pasti adalah Allah!
Kita tentu geli mengapa umat kristen mengatakan bahwa Isa al Masih merupakan Allah karena berdasarkan Al Quran. Dengan tegas Al Quran mengatakan bahwa:
Sesungguhnya telah kafirlah orang-orang yang berkata: "Sesungguhnya Allah ialah Al masih putera Maryam", Padahal Al masih (sendiri) berkata: "Hai Bani Israil, sembahlah Allah Tuhanku dan Tuhanmu". Sesungguhnya orang yang mempersekutukan (sesuatu dengan) Allah, Maka pasti Allah mengharamkan kepadanya surga, dan tempatnya ialah neraka, tidaklah ada bagi orang-orang zalim itu seorang penolongpun. (Q.S. Al Maidah: 72).
Bagaimaan mungkin umat Islam dapat mengatakan bahwa Isa Al Masih adalah Allah padahal ajaran Al Quran bahwa adalah kafir yang mengatakan Isa Al Masih adalah Allah. mereka berargumen bahwa Isa adalah Allah karena yang mengetahui kiamat adalah Allah dan Isa mengetahui tentang kiamat. Argument mereka pada surat berikut ini:
Dan Sesungguhnya Isa itu benar-benar memberikan pengetahuan tentang hari kiamat. karena itu janganlah kamu ragu-ragu tentang kiamat itu dan ikutilah aku. Inilah jalan yang lurus. (Q.S. Az Zukhruf 61).
Dari zamannya Hamran Ambrie hingga saat ini ternyata argument yang dipakai ya argument yang itu-itu saja. Argument mereka adalah mengenai “Isa memberikan pengetahuan tentang kiamat” yang merupakan terjemahan dari kata “La ‘Ilmun Lissa’ati”. Kata tersebut bermakna memberi pengetahuan (bukan mengetahui) tentang kiamat alam semesta. Nabi muhaamd dalam berbagai hadisnya juga sering memeberikan pengetahuan tentang kiamat, seperti bagaimana tanda-tanda kiamat, bagaimana posisi umat Islam tentang kiamat dan sebagainya. Tetapi umat Islam tidak pernah sekalipun menuhankan nabi Muhammad karena dia memberi ilmu (pengetahuan) tentang kiamat. Sebaliknya menurut Injil, Yesus pun tak mengetahu kapan kiamat itu. Kita bisa simak ayat berikut:
Tetapi tentang hari dan saat itu tidak seorangpun yang tahu, malaikat-malaikat di sorga tidak, dan Anakpun tidak, hanya Bapa sendiri." (Matius 24:36).
Tetapi tentang hari atau saat itu tidak seorangpun yang tahu, malaikat-malaikat di sorga tidak, dan Anakpun tidak, hanya Bapa saja." (Markus 13:32)
Yesus sebagai “Anak Tuhan” dan Allah menurut kristen saja tidak mengetahui kapan “latter day” atau kiamat itu datang, sekarang menjadi lucu adalah di dalam Injilsaja tidak ditemukan tentang hal itu, sekarang mereka malah mencari pembenaran di dalam Al Quran tentang hal itu. Kami sarankan agar jika para penginjil ingin menyerang umat islam dan Al Qura, sebaiknya belajar bahasa Arab dan ilmu-ilmu tafsir yang memadai agar tidak disebut sebagai “Jahil Murokkab”. Karena sangat fatal jika memutilasi ayat-ayat seperti model-model Hamran Ambrie, Suradi ben Avraham, Jansen Litik, serta Amos Poernama Winangun.
Artikel: Penggunaan Al Quran dalam Pelayanan” dapat dilihat pada link: http://sabda.org/lead/_doc/penggunaan_alquran.doc secara gratis pada sub domain dari website resmi SABDA.org
NB:
Segera save atau simpan screenshot web tersebut sebelum di hapus oleh adminnya, banyak kasus setelah ada yang "menggerayangi" web hujat Islam tersebut, biasanya oleh adminnya langsung di hapus (http://sabda.org/lead/_doc/penggunaan_alquran.doc)
artikel ini juga di muat pada:
1. http://timfakta.swaramuslim.com/more.php?id=44_0_1_0_M
2. http://swaramuslim.com/fakta/more.php?id=5900_0_16_0_M
Yaaa Ukhta Harun
Katagori : Bimbingan Tauhid
Kali ini kita akan membahas mengenai tudingan para penginjil yang biasa mempelajari Islamologi nisbi mengenai ungkapan di Al Quran, lebih tepatnya di dalam surat Maryam ayat 28, yang berbunyi:
Hai saudara perempuan Harun, ayahmu sekali-kali bukanlah seorang yang jahat dan ibumu sekali-kali bukanlah seorang pezina". (Q.S. Maryam: 28).
Oleh para penginjil seperti Suradi Ben Abraham, Robert Morey, Petrus Salindeho, Amos Poernama Winangun ayat tersebut di jadikan bahan ejekan terhadap Al Quran. Menurut mereka Al Quran mengandung data-data yang kurang valid karena di dalamnya terdapat informasi mengenai Maryam yang bersaudara dnegan Harun, menurut mereka bagaimana mungkin Maryam ibunda dari Yesus al Masih bersaudara dengan Harun, sedangkan Harun sudah meninggal ribuan tahun yang lalu. Bahkan mereka kadang-kadang mengklaim bahwa ayat tersebut sebagai ayat gacoan untuk menghancurkan Islam lewat metode Penginjilan berbasis Al Quran.
Sebagai umat islam, kita harus arif dan bijaksana dalam membantah pendapat mereka. Sesuai dengan firman Allah:
“Serulah mereka ke dalam jalan Tuhanmu dengan cara yang baik, dan berdebatlah dengan mereka dengan hikmah” . (Q.S. An Nahl: 125).
Di dalam tradisi dan ilmu bahasa Semitik, yaitu Israel dan Arab yang berbahasa Ibrani dan Arab, hal yang demikian ini adalah sesuatu yang wajar dan lumrah. Jadi ungkapan diatas adalah contoh kelumrahan dalam bahasa dan komunikasi di dalam lingkup Timur Tengah; orang Israel dan Arab tidak akan kaget dengan bahasa seperti itu. Beda dengan agama Kristen yang lahir di Antiokhia yang injilnya berbahasa Letterlijk, yang tak mengenal bahasa Liturgi seperti diatas. Contohnya adalah di dalam kitab Perjanjian Lama (kitabnya Yahudi) perihal ungkapan yang demikian:
“Seorang nabi dari tengah-tengahmu, dari antara saudara-saudaramu, sama seperti aku, akan dibangkitkan bagimu oleh TUHAN, Allahmu; dialah yang harus kamu dengarkan”. (Ulangan 18:15).
Nabi Musa berucap demikian, yang kalau kita cermati menubuatkan seorang nabi yang diantara Bani Israel yang sama seperti dirinya. Jika secara letterlijk kita maknai ayat tersbut tanpa mengindahkan gaya bahasa Semitik, maka ayat tersebut akan menubuatkan saudara kandung Nabi Musa yang akan jadi nabi.
Selain itu, di dalam King James Version, kita jumpai pula sebuah ayat di dalam Injil Lukas:
“There was in the days of Herode the king of Judea,theer was a certaine Priest, named Zacharias, of the course of Abia, and his wife was of the daughters of Aaron , and her name was Elizabeth”. (Gospel of Luke 1:5).
Dapat kita ambil terjemahan dari ayat diatas,: Pada zaman Herodes, raja Yudea, adalah seorang Imam yang bernama Zakariya dari rombongan Abia, dan istrinya adalah salah satu anak perempuan dari anak-anak Harun, namanya Elisabet. Elisabet pada teks inggris standar Holy Bible King James Version ditulis sebagai anak perempuan Harun, sekarang bagaimana mungkin Harun yang sezaman dengan Musa mempunyai anak bernama Elisabet, tentunya ayat tersebut bukanlah makna Letterlijk (makana bebas) dari Injil Lukas. Dan yang sangat aneh adalah Perjanjian Baru cetakan LAI (Lembaga Alkitab Indonesia) menyunat terjemahan ayat tersebut menjadi “keturunan Harun”, kita tentu bingung LAI yang tidak bisa berbahasa Inggris atau mata kita yang rabun dalam mebaca ayat tersebut serta menerjemahkannya.
Sekarang siapa Harun itu sejatinya, di dalam kitab Perjanjian Lama kita dapat dengan mudah mengetahui bahwa Harun merupakan saudara nabi Musa yang diangkat menjadi nabi atas permintaan nabi Musa. Musa dan Harun berasal dari suku Lewi, jadi Musa dan Harun adalah Bani Israel dari suku Lewi, suku terhormat tempat para Imam Besar Israel. Di dalam kitab tadi dijelaskan bahwasanya Elisabet merupakan anak perempuan atau dalam bahasa Semitiknya merupakan keturnan, terlepas dari salah terjemah dan interpolasi terjemah dari LAI. Penggunaan saudara dan anak dalam bani Isarel dapat kita artikan sebagai keturunan.
Adapun Maryam di dalam ayat 28 surat Maryam, menjelaskan bahwasanya Maryam merupakan keturunan Harun dari suku Lewi, karena di dalam Injil Lukas pasal 1 ayat 36 di jelaskan bahwa Maryam masih merupakan sanak dari Elisabet yang notabene keturnan Harun, yaitu keturunan suku Lewi.
“Dan sesungguhnya, Elisabet, sanakmu itu, iapun sedang mengandung seorang anak laki-laki pada hari tuanya dan inilah bulan yang keenam bagi dia, yang disebut mandul itu”. (Injil Lukas 1:36).
Jelaslah bahwa Nabi Isa Al-Masih bukanlah keturunan Nabi Daud yang Yahudi (Yahudi merupakan sebutan bagi keturunan Yehuda, putera Nabi Yakub atau Israel), meskipun Matius dan Lukas jungkir-balik berusaha menjelaskan hal itu dengan silsilah yang berbeda-beda. Dengan kata lain, Isa Al-Masih bukanlah Bani Israil suku Yehuda. Beliau adalah Bani Israil suku Lewi, sesuai dengan garis keturunan Siti Maryam r.a. yang serumpun dengan Nabi Musa dan Nabi Harun. Imam-imam Bani Israil umumnya memang dari suku Lewi. Menurut Al-Qur’an Surat Ali Imran ayat 33-35, Nabi Isa Al-Masih dan ibu beliau Siti Maryam adalah keturunan Imran, ayahanda Nabi Musa dan Nabi Harun, yang jelas merupakan keluarga Lewi, bukan keluarga Yehuda. Sesuai dengan Keluaran pasal 2 ayat 1. hal ini menambah dan merehabilitasi nama Nabi Isa yang menurut silsilah Matius dan Lukas berikut adalah keturunan penzina:
Silsilah Menurut Injil Matius:
Inilah silsilah Yesus Kristus, anak Daud, anak Abraham.
Abraham memperanakkan Ishak, Ishak memperanakkan Yakub, Yakub memperanakkan Yehuda dan saudara-saudaranya,
Yehuda memperanakkan Peres dan Zerah dari Tamar, Peres memperanakkan Hezron, Hezron memperanakkan Ram,
Ram memperanakkan Aminadab, Aminadab memperanakkan Nahason, Nahason memperanakkan Salmon,
Salmon memperanakkan Boas dari Rahab, Boas memperanakkan Obed dari Rut, Obed memperanakkan Isai,
Isai memperanakkan raja Daud. Daud memperanakkan Salomo dari isteri Uria,
Salomo memperanakkan Rehabeam, Rehabeam memperanakkan Abia, Abia memperanakkan Asa,
Asa memperanakkan Yosafat, Yosafat memperanakkan Yoram, Yoram memperanakkan Uzia,
Uzia memperanakkan Yotam, Yotam memperanakkan Ahas, Ahas memperanakkan Hizkia,
Hizkia memperanakkan Manasye, Manasye memperanakkan Amon, Amon memperanakkan Yosia,
Yosia memperanakkan Yekhonya dan saudara-saudaranya pada waktu pembuangan ke Babel.
Sesudah pembuangan ke Babel, Yekhonya memperanakkan Sealtiel, Sealtiel memperanakkan Zerubabel,
Zerubabel memperanakkan Abihud, Abihud memperanakkan Elyakim, Elyakim memperanakkan Azor,
Azor memperanakkan Zadok, Zadok memperanakkan Akhim, Akhim memperanakkan Eliud,
Eliud memperanakkan Eleazar, Eleazar memperanakkan Matan, Matan memperanakkan Yakub,
Yakub memperanakkan Yusuf suami Maria, yang melahirkan Yesus yang disebut Kristus. (Injil Matius 1:1-16)
Silsilah Yesus Menurut Injil Lukas:
Ketika Yesus memulai pekerjaan-Nya, Ia berumur kira-kira tiga puluh tahun dan menurut anggapan orang, Ia adalah anak Yusuf, anak Eli,
anak Matat, anak Lewi, anak Malkhi, anak Yanai, anak Yusuf,
anak Matica, anak Amos, anak Nahum, anak Hesli, anak Nagai,
anak Maat, anak Matica, anak Simei, anak Yosekh, anak Yoda,
anak Yohanan, anak Resa, anak Zerubabel, anak Sealtiel, anak Neri,
anak Malkhi, anak Adi, anak Kosam, anak Elmadam, anak Er,
anak Yesua, anak Eliezer, anak Yorim, anak Matat, anak Lewi,
anak Simeon, anak Yehuda, anak Yusuf, anak Yonam, anak Elyakim,
anak Melea, anak Mina, anak Matata, anak Natan, anak Daud,
anak Isai, anak Obed, anak Boas, anak Salmon, anak Nahason,
anak Aminadab, anak Admin, anak Arni, anak Hezron, anak Peres, anak Yehuda,
anak Yakub, anak Ishak, anak Abraham, anak Terah, anak Nahor,
anak Serug, anak Rehu, anak Peleg, anak Eber, anak Salmon,
anak Kenan, anak Arpakhsad, anak Sem, anak Nuh, anak Lamekh,
anak Metusalah, anak Henokh, anak Yared, anak Mahalaleel, anak Kenan,
anak Enos, anak Set, anak Adam, anak Allah. (Injil Lukas 3: 23-28).
Dari segi silsilah yang berkontradiksi tersebut, silsilah tersebut justru menghancurkan kemuliaan nabi Isa karena keturunan penzinah, yaitu Yehuda dan Tamar dalam kitab Kejadian 38:13-16,28-29. adalah mustahil silsilah seorang nabi terhormat berasal dari silsilah penzina, dan lagi yang di sebut keturunan Yahudi itu sejatinya adalah Yusuf, bukan Maryam, karena Yesus bukanlah anak Yusuf yang berkebangsaan Yahudi, Maryam yang dari suku Lewi sduah hamil duluan atas kuasa Roh Kudus sebelum menikah dengan Yusuf. Sebaiknya para pendeta belajar lagi terhadap silsilah tersebut dan berusaha mencari bagaimana cara mengkompromikan silsilah tersebut agar jika terjadi debat terbuka tidak gugup berkeringat gara-gara mencari jawaban atas kompromi kontradiksi silsilah tersebut dan mempelajari bahasa dan tradisi Semitik agar tidak salah memahami bahasa keturunan kakak beradik Ismail dan Ishak ini.
Kali ini kita akan membahas mengenai tudingan para penginjil yang biasa mempelajari Islamologi nisbi mengenai ungkapan di Al Quran, lebih tepatnya di dalam surat Maryam ayat 28, yang berbunyi:
Hai saudara perempuan Harun, ayahmu sekali-kali bukanlah seorang yang jahat dan ibumu sekali-kali bukanlah seorang pezina". (Q.S. Maryam: 28).
Oleh para penginjil seperti Suradi Ben Abraham, Robert Morey, Petrus Salindeho, Amos Poernama Winangun ayat tersebut di jadikan bahan ejekan terhadap Al Quran. Menurut mereka Al Quran mengandung data-data yang kurang valid karena di dalamnya terdapat informasi mengenai Maryam yang bersaudara dnegan Harun, menurut mereka bagaimana mungkin Maryam ibunda dari Yesus al Masih bersaudara dengan Harun, sedangkan Harun sudah meninggal ribuan tahun yang lalu. Bahkan mereka kadang-kadang mengklaim bahwa ayat tersebut sebagai ayat gacoan untuk menghancurkan Islam lewat metode Penginjilan berbasis Al Quran.
Sebagai umat islam, kita harus arif dan bijaksana dalam membantah pendapat mereka. Sesuai dengan firman Allah:
“Serulah mereka ke dalam jalan Tuhanmu dengan cara yang baik, dan berdebatlah dengan mereka dengan hikmah” . (Q.S. An Nahl: 125).
Di dalam tradisi dan ilmu bahasa Semitik, yaitu Israel dan Arab yang berbahasa Ibrani dan Arab, hal yang demikian ini adalah sesuatu yang wajar dan lumrah. Jadi ungkapan diatas adalah contoh kelumrahan dalam bahasa dan komunikasi di dalam lingkup Timur Tengah; orang Israel dan Arab tidak akan kaget dengan bahasa seperti itu. Beda dengan agama Kristen yang lahir di Antiokhia yang injilnya berbahasa Letterlijk, yang tak mengenal bahasa Liturgi seperti diatas. Contohnya adalah di dalam kitab Perjanjian Lama (kitabnya Yahudi) perihal ungkapan yang demikian:
“Seorang nabi dari tengah-tengahmu, dari antara saudara-saudaramu, sama seperti aku, akan dibangkitkan bagimu oleh TUHAN, Allahmu; dialah yang harus kamu dengarkan”. (Ulangan 18:15).
Nabi Musa berucap demikian, yang kalau kita cermati menubuatkan seorang nabi yang diantara Bani Israel yang sama seperti dirinya. Jika secara letterlijk kita maknai ayat tersbut tanpa mengindahkan gaya bahasa Semitik, maka ayat tersebut akan menubuatkan saudara kandung Nabi Musa yang akan jadi nabi.
Selain itu, di dalam King James Version, kita jumpai pula sebuah ayat di dalam Injil Lukas:
“There was in the days of Herode the king of Judea,theer was a certaine Priest, named Zacharias, of the course of Abia, and his wife was of the daughters of Aaron , and her name was Elizabeth”. (Gospel of Luke 1:5).
Dapat kita ambil terjemahan dari ayat diatas,: Pada zaman Herodes, raja Yudea, adalah seorang Imam yang bernama Zakariya dari rombongan Abia, dan istrinya adalah salah satu anak perempuan dari anak-anak Harun, namanya Elisabet. Elisabet pada teks inggris standar Holy Bible King James Version ditulis sebagai anak perempuan Harun, sekarang bagaimana mungkin Harun yang sezaman dengan Musa mempunyai anak bernama Elisabet, tentunya ayat tersebut bukanlah makna Letterlijk (makana bebas) dari Injil Lukas. Dan yang sangat aneh adalah Perjanjian Baru cetakan LAI (Lembaga Alkitab Indonesia) menyunat terjemahan ayat tersebut menjadi “keturunan Harun”, kita tentu bingung LAI yang tidak bisa berbahasa Inggris atau mata kita yang rabun dalam mebaca ayat tersebut serta menerjemahkannya.
Sekarang siapa Harun itu sejatinya, di dalam kitab Perjanjian Lama kita dapat dengan mudah mengetahui bahwa Harun merupakan saudara nabi Musa yang diangkat menjadi nabi atas permintaan nabi Musa. Musa dan Harun berasal dari suku Lewi, jadi Musa dan Harun adalah Bani Israel dari suku Lewi, suku terhormat tempat para Imam Besar Israel. Di dalam kitab tadi dijelaskan bahwasanya Elisabet merupakan anak perempuan atau dalam bahasa Semitiknya merupakan keturnan, terlepas dari salah terjemah dan interpolasi terjemah dari LAI. Penggunaan saudara dan anak dalam bani Isarel dapat kita artikan sebagai keturunan.
Adapun Maryam di dalam ayat 28 surat Maryam, menjelaskan bahwasanya Maryam merupakan keturunan Harun dari suku Lewi, karena di dalam Injil Lukas pasal 1 ayat 36 di jelaskan bahwa Maryam masih merupakan sanak dari Elisabet yang notabene keturnan Harun, yaitu keturunan suku Lewi.
“Dan sesungguhnya, Elisabet, sanakmu itu, iapun sedang mengandung seorang anak laki-laki pada hari tuanya dan inilah bulan yang keenam bagi dia, yang disebut mandul itu”. (Injil Lukas 1:36).
Jelaslah bahwa Nabi Isa Al-Masih bukanlah keturunan Nabi Daud yang Yahudi (Yahudi merupakan sebutan bagi keturunan Yehuda, putera Nabi Yakub atau Israel), meskipun Matius dan Lukas jungkir-balik berusaha menjelaskan hal itu dengan silsilah yang berbeda-beda. Dengan kata lain, Isa Al-Masih bukanlah Bani Israil suku Yehuda. Beliau adalah Bani Israil suku Lewi, sesuai dengan garis keturunan Siti Maryam r.a. yang serumpun dengan Nabi Musa dan Nabi Harun. Imam-imam Bani Israil umumnya memang dari suku Lewi. Menurut Al-Qur’an Surat Ali Imran ayat 33-35, Nabi Isa Al-Masih dan ibu beliau Siti Maryam adalah keturunan Imran, ayahanda Nabi Musa dan Nabi Harun, yang jelas merupakan keluarga Lewi, bukan keluarga Yehuda. Sesuai dengan Keluaran pasal 2 ayat 1. hal ini menambah dan merehabilitasi nama Nabi Isa yang menurut silsilah Matius dan Lukas berikut adalah keturunan penzina:
Silsilah Menurut Injil Matius:
Inilah silsilah Yesus Kristus, anak Daud, anak Abraham.
Abraham memperanakkan Ishak, Ishak memperanakkan Yakub, Yakub memperanakkan Yehuda dan saudara-saudaranya,
Yehuda memperanakkan Peres dan Zerah dari Tamar, Peres memperanakkan Hezron, Hezron memperanakkan Ram,
Ram memperanakkan Aminadab, Aminadab memperanakkan Nahason, Nahason memperanakkan Salmon,
Salmon memperanakkan Boas dari Rahab, Boas memperanakkan Obed dari Rut, Obed memperanakkan Isai,
Isai memperanakkan raja Daud. Daud memperanakkan Salomo dari isteri Uria,
Salomo memperanakkan Rehabeam, Rehabeam memperanakkan Abia, Abia memperanakkan Asa,
Asa memperanakkan Yosafat, Yosafat memperanakkan Yoram, Yoram memperanakkan Uzia,
Uzia memperanakkan Yotam, Yotam memperanakkan Ahas, Ahas memperanakkan Hizkia,
Hizkia memperanakkan Manasye, Manasye memperanakkan Amon, Amon memperanakkan Yosia,
Yosia memperanakkan Yekhonya dan saudara-saudaranya pada waktu pembuangan ke Babel.
Sesudah pembuangan ke Babel, Yekhonya memperanakkan Sealtiel, Sealtiel memperanakkan Zerubabel,
Zerubabel memperanakkan Abihud, Abihud memperanakkan Elyakim, Elyakim memperanakkan Azor,
Azor memperanakkan Zadok, Zadok memperanakkan Akhim, Akhim memperanakkan Eliud,
Eliud memperanakkan Eleazar, Eleazar memperanakkan Matan, Matan memperanakkan Yakub,
Yakub memperanakkan Yusuf suami Maria, yang melahirkan Yesus yang disebut Kristus. (Injil Matius 1:1-16)
Silsilah Yesus Menurut Injil Lukas:
Ketika Yesus memulai pekerjaan-Nya, Ia berumur kira-kira tiga puluh tahun dan menurut anggapan orang, Ia adalah anak Yusuf, anak Eli,
anak Matat, anak Lewi, anak Malkhi, anak Yanai, anak Yusuf,
anak Matica, anak Amos, anak Nahum, anak Hesli, anak Nagai,
anak Maat, anak Matica, anak Simei, anak Yosekh, anak Yoda,
anak Yohanan, anak Resa, anak Zerubabel, anak Sealtiel, anak Neri,
anak Malkhi, anak Adi, anak Kosam, anak Elmadam, anak Er,
anak Yesua, anak Eliezer, anak Yorim, anak Matat, anak Lewi,
anak Simeon, anak Yehuda, anak Yusuf, anak Yonam, anak Elyakim,
anak Melea, anak Mina, anak Matata, anak Natan, anak Daud,
anak Isai, anak Obed, anak Boas, anak Salmon, anak Nahason,
anak Aminadab, anak Admin, anak Arni, anak Hezron, anak Peres, anak Yehuda,
anak Yakub, anak Ishak, anak Abraham, anak Terah, anak Nahor,
anak Serug, anak Rehu, anak Peleg, anak Eber, anak Salmon,
anak Kenan, anak Arpakhsad, anak Sem, anak Nuh, anak Lamekh,
anak Metusalah, anak Henokh, anak Yared, anak Mahalaleel, anak Kenan,
anak Enos, anak Set, anak Adam, anak Allah. (Injil Lukas 3: 23-28).
Dari segi silsilah yang berkontradiksi tersebut, silsilah tersebut justru menghancurkan kemuliaan nabi Isa karena keturunan penzinah, yaitu Yehuda dan Tamar dalam kitab Kejadian 38:13-16,28-29. adalah mustahil silsilah seorang nabi terhormat berasal dari silsilah penzina, dan lagi yang di sebut keturunan Yahudi itu sejatinya adalah Yusuf, bukan Maryam, karena Yesus bukanlah anak Yusuf yang berkebangsaan Yahudi, Maryam yang dari suku Lewi sduah hamil duluan atas kuasa Roh Kudus sebelum menikah dengan Yusuf. Sebaiknya para pendeta belajar lagi terhadap silsilah tersebut dan berusaha mencari bagaimana cara mengkompromikan silsilah tersebut agar jika terjadi debat terbuka tidak gugup berkeringat gara-gara mencari jawaban atas kompromi kontradiksi silsilah tersebut dan mempelajari bahasa dan tradisi Semitik agar tidak salah memahami bahasa keturunan kakak beradik Ismail dan Ishak ini.
Langganan:
Postingan (Atom)
GHOSHOB
Jika di pesantren, istilah ini sudah sangat familiar. Hanya saja pengertian dan prakteknya sesungguhnya ada perbedaan dari makna ghoshob s...
-
"Laa tudrikuhul abshaaru wa huwa yudrikul abshaar. Wahuwal lathiiful khabiir." Faedahnya: 1. Apabila diwirid/dibaca sebanyak 8x se...
-
kodepos.nomor.net