Kamis, 02 Juni 2016
CARA CERDAS MENGATASI MASALAH
Oleh: M Hamka Syaifudin
SEORANG lelaki yang sedang dirundung kesedihan datang menemui khalifah Ali bin Abi Tholib, ia pun berkata, “Wahai Amirul Mukminin, aku datang kepadamu karena aku sudah tidak mampu lagi menahan beban kesedihanku.”
Sayidina Ali menjawab, “Aku akan bertanya dua pertanyaan dan jawablah !”
Lelaki itu berkata, “Ya, tanyakanlah !”
“Apakah engkau datang ke dunia bersama dengan masalah-masalah ini?” kata Ali bin Abi Tholib
“Tentu tidak” jawabnya.
“Lalu apakah kau akan meninggalkan dunia dengan membawa masalah-masalah ini?” tanya Sayidina Ali bin Abi Tholib
“Tidak juga” jawabnya.
Lalu Sayidina Ali berkata,
“Lalu mengapa kau harus bersedih atas apa yang tidak kau bawa saat datang dan tidak mengikutimu saat kau pergi?”
“Seharusnya hal ini tidak membuatmu bersedih seperti ini.
Bersabarlah atas urusan dunia. Jadikanlah pandanganmu ke langit lebih panjang dari pandanganmu ke bumi dan kau pun akan mendapat apa yang kau inginkan.
Tersenyumlah ! karena rizkimu telah dibagi dan urusan hidupmu telah diatur.
Urusan dunia tidak layak untuk membuatmu bersedih semacam ini karena semuanya ada di tangan Yang Maha Hidup dan Maha Mengatur….”
Kemudian Sayidina Ali bin Abi tholib meneruskan ungkapannya,
“Seorang mukmin hidup dalam dua hal, yaitu kesulitan dan kemudahan.
Keduanya adalah nikmat jika ia sadari. Dibalik kemudahan ada rasa syukur.
Sementara Allah berfirman,
وَسَيَجْزِي اللّهُ الشَّاكِرِينَ -١٤٤-
“Allah akan Memberi balasan kepada orang yang bersyukur.”
(QS.Ali Imran: 144)
Dan dibalik kesulitan ada kesabaran. Allah berfirman,
إِنَّمَا يُوَفَّى الصَّابِرُونَ أَجْرَهُم بِغَيْرِ حِسَابٍ -١٠-
“Hanya orang-orang yang bersabarlah yang disempurnakan pahalanya tanpan batas.”
(QS.Az-Zumar: 10)
Bagi seorang mukmin, kesulitan dan kemudahan adalah ladang untuk menabung pahala dan hadiah dari Allah SWT. Lalu kenapa masih bersedih?
Jangan selalu mengeluh “Ohh masalahku begitu besar. Tapi katakan pada masalah itu, Sungguh aku punya Allah yang Mahabesar.
Itulah sebuah hikmah yang sungguh sangat besar manfaatnya kepada kita. Terkadang kita berpikir bahwa Allah swt tega memberikan cobaan yang berat kepada kita, padahal Allah sudah menjelaskan dalam ayatnya bahwa Allah tidak akan memberikan cobaan melebihi batas kemampuan hambanya. Mengapa kita yang di coba oleh Allah? Disitulah letak keimanan kita diuji. Jika semakin besar keyakinan kita pada Allah maka akan semakin besar pula ujian-Nya kepada kita. Jangan pernah kita mengatakan diri ini beriman kalau belum diuci oleh Allah swt.
Permasalahan didunia ini ibarat segenggam garam yang kita tuangkan kedalam gelas. Coba rasakan jika gelas yang kita sediakan kecil, pasti akan sangat asin dan sangat tidak enak diminum. Namun jika garam itu dituangkan di dalam telaga yang luas tentu tidak akan ada rasanya sama sekali, justru jika kita meminumnya akan menambah rasa segar dan menghilangkan dahaga.
Artinya bahwa garam itu sebenarnya adalah persoalan yang kita hadapi. Gelas itu pun merupakan hati kita. jika ketika kita menyempitkan hati kita menerima permasalahan maka akan sama seperti gelas tadi akan terasa asin dan sangat tidak enak rasanya. Tetapi jika kita lapangkan hati ibarat telaga tadi maka masalah itu akan hilang sendirinya dan tidak akan mempengaruhi kehidupan kita.
Semoga kita senantiasa melapangkan hati kita seperti telaga. Sehingga permasalahan yang datang tidak mempengaruhi ibadah dan iman kita kepada Allah. Yakinlah bahwa dengan cobaan seperti itu Allah akan mengangkatkan derajat kita ketempat yang mulia.
Jika seorang muslim sama seperrti orang awam dalam menghadapi permasalahan hidup maka kemana pengaruh shalat jamaahnya, dzikirnya dan wiridnya. (ust Abdurrahman Muhammad).[]
Langganan:
Postingan (Atom)
GHOSHOB
Jika di pesantren, istilah ini sudah sangat familiar. Hanya saja pengertian dan prakteknya sesungguhnya ada perbedaan dari makna ghoshob s...
-
"Laa tudrikuhul abshaaru wa huwa yudrikul abshaar. Wahuwal lathiiful khabiir." Faedahnya: 1. Apabila diwirid/dibaca sebanyak 8x se...
-
kodepos.nomor.net