Allah SWT berfirman, "Mereka tidak diperintahkan kecuali hanya untuk beribadah kepada Allah dengan penuh keikhlasan di dalam menjalankan ajaran agama.”(QS Al-Bayyinah: 5)
Keikhlasan merupakan inti dan ruh ibadah. Sebagaimana apa yang dikatan Ibnu Hazm, niat adalah rahasia peribadatan. Kedudukan niat terhadap amal adalah sama dengan kedudukan ruh terhadap jasad. Karena itu, mustahil jika suatu ibadah hanya berupa amalan yang tidak ada ruhnya sama sekali, seperti jasad tak bernyawa. Allah berfirman "Barangsiapa mengharap perjumpaan dengan Tuhannya maka hendaklah ia mengerjakan amal yang soleh dan janganlah ia mempersekutukan seorang pun dalam beribadah kepada Tuhannya”. (QS Al-Kahfi : 110)
Secara bahasa, ikhlas berasal dari kata ‘khalasha’, yang berarti kejernihan dan hilangnya segala sesuatu yang mengotorinya.
Maka, kata ikhlas menunjukkan kepada sesuatu yang jernih, bersih dan bebas dari campuran dan kotoran.
Para ulama mendefinisakan khalas sebagai berikut:
Ikhlas adalah “Amal yang dilakukan hanya karena Allah, tidak untuk selain Allah”
“Keikhlasan itu adalah berusaha melindungi amal yang dilakukan dari pengetahuan makhluk termasuk dari pengetahuan dirimu sendiri….”
Fudhail bin Iyadh berkata:
“Meninggalkan amal karena manusia itu adalah riya’, beramal karena manusia itu syirik. Ikhlas itu adalah engkau beramal dan engkau dilindungi Allah dari kedua keadaan tadi.”
Ya’qub Al Makhfuf berkata:
“Orang yang ikhlas adalah yang menyembunyikan kebaikannya sebagaimana ia menyembunyikan keburukannya.”
Dalam kitab Ihya’ Ulumiddin, Imam Al Ghazali mengutip ungkapan Sahl bin Abdullah At Tusturi ketika ditanya :
“Apakah yang paling berat dilakukan oleh jiwa?”
Ia mengatakan:
“Keikhlasan, karena jiwa tidak mempunyai bahagian untuk mengendalikannya.”
Semoga bermanfaat!