Beberapa bulan yang lalu kita di suguhkan kepada 12 butir pernyataan sikap Ahmadiyah Qadiyani terhadap respon MUI dan masyarakat Islam atas embel-embel sesat dan menyesatkan dari keduanya. Di dalam 12 poin itu yang paling utama adalah mengenai “Khataman Nabiyyin” serta “Mirza Ghulam Ahmad sebagai mujadid” yang oleh Ahmadiyah dinyatakan bahwa Muhammad SAW memang nabi pembawa syariat terakhir dan Mirza Ghulam Ahmad adalah sebagai mujadid dan pembaharu Islam yang tidak menghapuskan syariat. Dengan berkilah yang macam-macam Ahmadiyah menggambarkan bahwa organisasi mereka tidak jauh dari ajaran Islam karena dalam segi pemaknaan Islam adalah sama. Tak hanya dari poin-poin itu saja, Ahmadiyah juga tetap membela diri bahwa dirinya adalah bagian dari agama Islam.
Hal ini sangatlah lucu, mengapa demikian?, karena jelas-jelas sekali Ahmadiyah melalui buku-buku dan situs mereka di Internet jauh berbeda dengan poin-poin pembelaan Ahmadiyah. Di dalam buku-buku terbitan mereka serta website mereka di internet mereka mengklaim bahwasanya masih ada nabi setelah Muhammad yang tidak membawa syariat, dan Mirza Ghulam Ahmad memang menurut Ahmadiyah merupakan Nabi dan Rasul non syariat yang akan tetap membawa ajaran islam, dan menurut mereka kenabian tidak hanya terhenti sampai Nabi Muhammad SAW saja, tetapi sampai akhir zaman.
Kontradiksi antara poin pembelaan Ahmadiyah dengan buku-buku mereka sejatinya merupakan sebuah retorika belaka agar dapat membuat seolah-olah Ahmadiyah tidak seperti yang diberitakan oleh buku-buku maupun website mereka. Ahmadiyah Qadiyan di Indonesia berusaha melakukan pembelaan dengan memposisikan diri sebagai Islam yang tertindas sehingga seolah-olah menjadi yang di dzalimi dan harus mendapat perhatian penuh dari berbagai umat beragama di Indonesia. Di milis-milis yang berbau relativisme, liberalisme, serta pluralisme Ahmadiyah di bela habis-habisan, mulai dari kasus Manislor hingga kasus Ahmadiyah Pontianak. Strategi kuno Ahmadiyah dengan meminta umat beragama non muslim ini pun gayung bersambut, oleh mereka (pengusung ide SEPILIS) dan umat non muslim lainnya Ahmadiyah lainnya dibela habis-habisan dan akan diupayakan menempuh jalur hukum untuk mengatasinya. Sebuah pencarian tameng yang menurut saya cukup cerdas tapi kebablasan.
Keyakinan kacau Ahmadiyah ini harus kita ketahui secara seksama agar kita tahu mana yang benar antara MUI dan massa yang ingin Ahmadiyah diterima karena 12 poin mereka itu. Kita akan bahas satu persatu klaim mereka berdasarkan buku-buku dan Tafsir Al Quran yang diterbitkan dan disebarkan oleh mereka sendiri.
1. Masalah Khataman Nabiyyin
Pihak Ahmadiyah tetap mengklaim bahwasanya nabi Muhammad memang nabi pamungkas dan nabi pembawa syariat keagungan terakhir, dengan kata lain masih ada nabi setelah nabi Muhammad, semua itu diawali dengan penafsiran surat Al Ahzab berikut ini:
Muhammad itu sekali-kali bukanlah bapak dari seorang laki-laki di antara kamu., tetapi dia adalah Rasulullah dan khataman nabiyyin dan adalah Allah Maha mengetahui segala sesuatu. (Q.S. Al Ahzab [33]: 49).
Apa kata Ahmadiyah tentang hal ini:
a. Nabi Muhammad saw adalah Chataman-Nabijjin dan membawa agama sempurna jang tak dapat dirobah sampai hari Qiamat, Nabi saw memang membawa sjaerat jang terachir untuk seluruh ummat manusia sebagai rahmat bagi alam semesta tetapi kata “Chataman –Nabijjin” sekali-kali tidak menundjukan, bahwa ni’mat kenabian dalam ummat beliau telah terhenti. (Soal-Djawab Ahmadiyah oleh: Saleh A. Nahdi hal.8).
b. Bahwa pengertian “tidak ada wahju” sesudah nabi Muhammad saw, demikian pula pengertian “tidak ada Nabi” menurut pandangan adalah bid’ah. (Soal-Djawab Ahmadiyah oleh: Saleh A. Nahdi hal.17).
c. Sebenarnja ajat chataman nabijjin tidak pernah mendapat dukungan dari ajat2 Alquran lainnja-walaupun satu ajat sadja-kalau chataman Nabijjin tersebut mau diartikan sebagai Nabi penutup, penghabisan dan sebagainnja. Sebaliknja didalam Alquran terdapat puluhan ajat jang menundjukan , bahwa sesudah nabi Muhammad saw pintu ke-Nabian itu tetap terbuka. (Soal-Djawab Ahmadiyah oleh: Saleh A. Nahdi hal 18)
d. Bahwa ma’na tentang Chataman nabijjin jang dewasa ini populer (Nabi Muhammad nabi terakhir. Pen) dikalangan kaum muslimin itu tidaklah sesuai dengan apa jang termaksud oleh ajat tersebut. (Apakah Ahmadiyah itu? Oleh: Hazrat Mirza Bashiruddin Mahmud Ahmad hal. 11).
e. Siti ‘Aisjah r.a. adalah salah-seorang isteri nabi kita saw. Terkenal dan berpandangan djauh. Rupanja beliau dengan firasat jang dalam merasa, bahwa kata Chataman-Nabijjjin ini dapat menimbulkan pengertian jang salah (mengakui nabi Muhammad nabi terakhir. Pen) seperti jang kita alami sekarang. Oleh sebab itu beliau bersabda sebagai peringatan: “Quulu chatama’l-Anbijaa walaa taquuluu laa-Nabija ba’dah”. “Katakanlah Nabi Muhammad itu Chatam para Nabi tetap djangan mengatakan, bahwa sesudah beliau tidak ada lagi Nabi”. (Soal-Djawab Ahmadiyah oleh: Saleh A.Nahdi hal.11).
f. Tjukup mejakinkan kiranja, bahwa sesudah nabi Muhammad saw pasti ada lagi Nabi (Soal-Djawab Ahmadiyah oleh: Saleh A. Nahdi hal 27).
Dari keterangan diatas masihkah kita “percaya” dengan poin “pembelaan” Ahmadiyah yang mengatakan bahwa Nabi Muhamamd sebagai nabi pembawa syariat terakhir????? Orang cerdas dan pintar yang beriman pasti tahu apa yang harus dikatakannya.
2. Masalah Klaim Mirza Ghulam Ahmad sebagai Nabi baru
Ahmadiyah dengan poin yang hampir bersamaan dengan poin diatas hanya mengklaim bahwa Mirza Ghulam Ahmad adalah mujadid saja dan penghidup nilai-nilai Islam. Dari poin pertama saja kita sudah dapat mengetahui bahwa sebenarnya Ahmadiyah masih meyakini akan datang nabi baru dan Mirza Ghulam Ahmadlah nabi baru itu. Tetapi dengan permainan kata-kata mereka (Ahmadiyah) berusaha sembunyi dari kenyataan ini. berikut ini bukti nyata bahwa pengikut Ahmadiyah serta Mirza Ghulam Ahmad mengkalim nabi dan Rasul.
a. Imam Mahdi dan Almasih jang dijanjikan jang sudah bangkit itu orangnja adalah Hazrat Mirza Gulam Ahmad a.s. pendiri Ahmadiyah. Beliau tidak datang sebagai Nabi baru dalam arti, bahwa beliau mengganti, merobah, menambah atau mengurangi adjaran Islam. (Soal-Djawab Ahmadiyah oleh: Saleh A. Nahdi hal.100).
b. Antara ilham2 jang beliau terima dalam hubungan dengan kebangkitan sebagai Imam Mahdi dan Almasih oleh Tuhan dikatakan, bahwa Almasih jang dahulu itu sudah wafat dan Almasih jang didjanjikan achirzaman adalah mirza Gulam Ahmad a.s. sendiri. Dalam bahasa Arabnja antara lain ialah satu ilham berbunji: “dja’alnaakal Masiihabna Maryama” (Kami djadikan engkau Almasih anak Maryam. (Soal-Djawab Ahmadiyah oleh: Saleh A. Nahdi hal. 103).
c. Tafsiran poin b tersebut menjustifikasi bahwa Isa putera Maryam=Al masih=nabi=Mirza Ghulam Ahmad adalah tampak jelas pada poin berikut: Nabi Isa a.s. akan mendjadi sebagai apanja? Kita-berdasarkan Quran dan Hadist-masih menunggu kedatangan Nabi, dalam Hadist dikatakan Nabi Isa a.s. akan datang. (Soal-Djawab Ahmadiyah oleh: Saleh A. Nahdi hal. 55).
Adapun klaim bahwa Mirza Ghulam Ahmad adalah seorang Rasul serta Nabi sekaligus yang keluar dari mulutnya sendiri adalah sebagai berikut:
I swear by God Who has sent me --- and about Whom it is the work of the accursed to make fabrications --- that He has sent me as the Promised Messiah. And just as I believe in the verses of the Holy Quran, similarly, without an iota of difference, I believe in the clear and open revelation of God which I receive, the truth of which has become evident to me by its repeated signs. I can swear on oath in the House of God that the holy revelation which descends on me is the word of the same God Who sent His word to Moses, Jesus and Muhammad mustafa, may peace and the blessings of God be upon him. The earth testified for me, and so did heaven. So also did both heaven and earth proclaim that I am the khalifa (appointed one) of God. However, according to the prophecies it was necessary that I should be denied, so those upon whose hearts are veils do not accept me. I know that God will certainly succour me, as He has ever been helping His messengers. None can stand against me, as he has not the aid of God. (Ayk Ghalati Ka Izala).
Wherever I have denied prophethood and messengership, it is only in the sense that I am not the independent bearer of a shariah, nor am I an independent prophet. However, in the sense that, having gained spiritual graces from the Messenger whom I follow, and having attained for myself his name, I have received knowledge of the unseen from God through the mediation of the Holy Prophet, I am a messenger and a prophet but without a new shariah. (Ayk Ghalati Ka Izala).
Masihkah kita percaya bahwa Mirza Ghulam Ahmad dan pengikutnya tidak pernah mengklaim bahwa dirinya adalah Rasul dan Nabi??? Orang Islam cerdas dan pintar yang beriman pastilah memikirkannya masak-masak. Jika memang masih memerlukan bukti, maka marilah kita simak statement Mirza Ghulam Ahmad berikut ini:
“It has been revealed to me that Iam the same man who is the mujaddid of this faith and the guide for the people I proclaim with a loud voice that Iam the Messiah, and that Iam the Khalifa of the great king who is now in heaven” (Predominance of Islam).
Dan penafsiran paling aneh serta nyeleneh tentang ramalan bahwa Mirza Ghulam Ahmad telah diramalkan di dalam Al Quran. Mereka mengklaim bahwa Mirza Ghulam Ahmad telah diramalkan di dalam surat Ash Shaf ayat 6 berikut:
Dan ketika Isa putera Maryam berkata: "Hai keturunan Israel, Sesungguhnya aku adalah rasulullah kepada kalian, membenarkan kitab sebelumku, Yaitu Taurat, dan memberi khabar gembira dengan seorang Rasul yang akan datang sesudahku, yang namanya Ahmad”. Maka tatkala Rasul itu datang kepada mereka dengan membawa bukti-bukti yang nyata, mereka berkata: "Ini adalah sihir yang nyata." (Q.S. Ash Shaf [61]: 6).
Menurut Ahmadiyah nama Ahmad itu bermakna ganda, selain untuk nabi Muhammad SAW, nama tersebut juga mencerminkan nama Mirza Ghulam Ahmad, berikut kami ambil dari buku Ahmadiyah:
Nama Muhammad mencerminkan sifat jalali (kebesaran dan keagungan)…akan tetapi, nama Ahmad mempunyai sifat jamali (keindahan).Tetapi sebagai mana diramalkan di akhir zaman, akan ada lagi penjelmaan dari nama Ahmad. (Gerakan Ahmadiyah hal. 25).
Dari berbagai bukti diatas masihkah syubhat siapa Ahmadiyah itu, Ahmadiyah Qadiyan secara tegas merupakan sebuah agama baru dengan nabi baru dan tak seperti dan sama dengan Islam karena mempunyai nabi sendiri yaitu mirza Ghulam Ahmad. Lalu bagaimana dengan Ahmadiyah Lahore, apakah mereka sesat dan menyesatkan pula?, saya katakan dengan tegas dan lantang “YA”, apa dasarnya?. Dasarnya adalah bahwa Ahmadiyah Lahore mengklaim bahwa Nabi Isa itu mempunyai ayah bologis yang bernama Yusuf, dengan kata lain Yusuf kawin dengan Maryam yang menghasilkan Isa secara tegas tertulis di Tafsir Quran:
“Sungguh menarik perhatian bahwa Quran tidak menyebut-nyebut suami Siti Maryam sama sekali; dalam hal ini, mirip sekali dengan peristiwa lahirnya Nabi Musa, karena disanapun tak disebut-sebut ayah nabi Musa sama sekali. Oleh karena itu, dengan tidak disebutnya ayah Nabi Isa, bukanlah suatu bukti bahwa Nabi Isa tak mempunyai ayah. Selain itu, diantara orang tua beliau (Siti Maryam dan Yusuf), Siti Maryam memang jauh lebih terkenal dari Yusuf”. (Quran Suci Terjemah dan Tafsir oleh: Maulana Muhamad Ali hal. 171 tafsir nomor 424.).
Sudah jelas sekali bahwa kesesatan dan penyesatan oleh Ahmadiyah Qadian dan Ahmadiyah Lahore ini harus segera ditindak tegas, karena dapat mengancam stabilitas aqidah umat Islam. Wallahu ‘alam bi showab
Bisa juga dibaca di Web Swaramuslim: http://swaramuslim.com/more.php?id=5886_0_1_0_M
Tidak ada komentar:
Posting Komentar